بسم الله الرحمن الر حيم
إن الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ،
ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له
ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، واشهد
أن محمد عبده ورسوله
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل
عمران – الآية: 102
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
Bismillah. Segala puji bagi Allah Rabb semesta
alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi
Muhammad, beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan ihsan.
Sebagian kaum Muslimin ternyata masih banyak yang belum memahami mengapa mereka perlu untuk menghafal Al Qur’an. Bahkan ada yang mengatakan, “mengapa kita bangga dengan anak-anak yang hafal Qur’an yang notabene bukan bahasa kita? bukankah lebih baik mengajarkan mereka membaca terjemahannya agar bisa menerapkan nilai luhur di dalamnya?”
Perkataan ini keluar tentu karena ketidak-pahaman mengenai keutamaan dan urgensi menghafal Al Qur’an. Orang tersebut juga tidak memahami keutamaan Al Qur’an serta bagaimana cara mempelajari Al Qur’an, sehingga ia merasa cukup dengan terjemahan Al Qur’an saja dalam mempelajari Al Qur’an. Oleh karena itu mari kita simak pembahasan berikut..
maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).
Dan banyak lagi keutamaan dari membaca Al Qur’an. Maka seorang Muslim yang hafal Al Qur’an dapat dengan mudahnya membaca kapan saja dimana saja, langsung dari hafalannya tanpa harus membacanya dari mushaf. Dan ini merupakan ibadah yang agung. Ibnu Mas’ud berkata:
Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan mengenai keutamaan dan urgensi menghafal Al Qur’an. Sekarang akan kita bahas mengenai apakah cukup mempelajari Al Qur’an dari terjemahannya? Karena sebagian kaum Muslimin menganggap menghafal Al Qur’an sudah tidak dibutuhkan lagi dengan banyaknya terjemahan Al Qur’an yang beredar ditengah umat. Sehingga untuk mempelajarinya tidak perlu repot-repot menghafalnya, tinggal baca saja terjemahnya. Bagaimana yang benar? Simak ulasan berikut..
Karena Allah Ta’ala menurunkan Al Qur’an dengan bahasa arab. Dan banyak sekali hikmah dari hal ini, diantaranya makna-makna yang dikandung Al Qur’an sangat mendalam dan tidak bisa diungkapkan dalam terjemahan. Terjemahan Al Qur’an dalam bahasa apapun tidak mampu merepresentasikan secara sempurna makna-makna yang dikandung setiap ayat dalam Al Qur’an.
Al Lajnah Ad Da’imah Saudi Arabia menjelaskan: “semua tafsir/terjemah Al Qur’an, baik yang berbahasa arab maupun yang berbahasa non-Arab bukanlah Al Qur’an. Al Qur’an adalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dengan nash, lafadz dan bahasanya sendiri. Dan Al Qur’an itu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang tidak bisa diterapkan pada kitab-kitab tafsir, syarah atau terjemahan Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman: ”
Ia juga berfirman:
Ia juga berfirman:
Dan lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam adalah lisan Arab yang jelas. Allah Ta’ala berfirman:
(Majalah Buhuts Al Islamiyah, 12/314-315)
Selain itu, terjemahan itu sifatnya relatif. Terjemahan dari seseorang mungkin berbeda dengan terjemahan orang yang lain, dari segi makna dan bahasanya. Terjemahan dipengaruhi oleh ilmu si penerjemah, semakin tinggi ilmunya, semakin baik dalam menerjemahkan. Juga dipengaruhi oleh pemikiran si penerjemah. Sebagian penerjemah menerjemahkan ayat sesuai dengan pemikiran yang dicenderunginya. Misal jika penerjemah adalah seorang Syi’ah, maka dia akan menerjemahkan ayat sehingga seolah-olah mendukung pemikiran syi’ah. Oleh karena itu memilih terjemahan Al Qur’an pun harus selektif dan hendaknya kita ambil yang terpercaya terjemahannya. Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan:
Intinya, tidak mungkin menggali kandungan Al Qur’an dengan sempurna hanya dengan mengandalkan terjemahan. Bahkan terkadang memahami Al Qur’an sekedar dari terjemahannya saja lalu dipahami dengan opini semata tanpa merujuk pada penjelasan ahli tafsir dan kaidah-kaidah tafsir, merupakan hal yang berbahaya. Maka seseorang yang ingin serius mempelajari agama dan ingin memahami Al Qur’an dengan baik harus menguasai bahasa Arab dan disempurnakan lagi dengan menghafal Al Qur’an. Imam Asy Syafi’i mengatakan:
Secara ringkas, metode yang benar dalam menafsirkan Al Qur’an adalah sebagai berikut:
Inilah mengapa kita mempelajari Al Qur’an dan bukan mempelajari terjemahan Al Qur’an, dan kita menghafal Al Qur’an dan bukan menghafal terjemahan Al Qur’an.
Juga membantu kaum Muslimin untuk men-tadabburi Al Qur’an. Tadabbur berbeda dengan tafsir. Tadabbur adalah merenungi ayat Al Qur’an untuk dipertanyakan kepada diri sendiri apakah sudah sesuai dengan ayat tersebut atau sudah melaksanakan ayat tersebut ataukah belum. Karena kata para ulama, semua orang bisa ber-tadabbur, dan tadabbur tidak disyaratkan menguasai bahasa Arab. Karena inti tadabbur adalah merenungkan keadaan dari untuk dibandingkan dengan ayat yang dibaca. Namun kemampuan bahasa arab dan ilmu tentu tafsir membantu seseorang untuk ber-tadabbur lebih dalam lagi. Demikian, semoga bermanfaat.
Mengapa Perlu Menghafal Al Qur’an?
Sebagian kaum Muslimin ternyata masih banyak yang belum memahami mengapa mereka perlu untuk menghafal Al Qur’an. Bahkan ada yang mengatakan, “mengapa kita bangga dengan anak-anak yang hafal Qur’an yang notabene bukan bahasa kita? bukankah lebih baik mengajarkan mereka membaca terjemahannya agar bisa menerapkan nilai luhur di dalamnya?”
Perkataan ini keluar tentu karena ketidak-pahaman mengenai keutamaan dan urgensi menghafal Al Qur’an. Orang tersebut juga tidak memahami keutamaan Al Qur’an serta bagaimana cara mempelajari Al Qur’an, sehingga ia merasa cukup dengan terjemahan Al Qur’an saja dalam mempelajari Al Qur’an. Oleh karena itu mari kita simak pembahasan berikut..
Hukum menghafal Al Qur’an
Syaikh Ibnu Baz mengatakan, “menghafal Al Qur’an adalah mustahab (sunnah)” (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, 89906). Namun yang rajih insya Allah, menghafal Al Qur’an adalah fardhu kifayah, wajib diantara kaum Muslimin ada yang menghafalkan Al Qur’an, jika tidak ada sama sekali maka mereka berdosa (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 17/325).Keutamaan menghafal Al Qur’an
1. Penghafal Qur’an adalah Shahibul Qur’an
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani menyatakan, “ketahuilah, makna dari shahibul Qur’an adalah orang yang menghafalkannya di hati. berdasarkan sabda nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah”maksudnya yang paling hafal. Maka derajat surga yang didapatkan seseorang itu tergantung pada banyak hafalan Al Qur’annya di dunia, bukan pada banyak bacaannya, sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Maka di sini kita ketahui keutamaan yang besar bagi pada penghafal Al Qur’an. Namun dengan syarat ia menghafalkan Al Qur’an untuk mengharap wajah Allah tabaaraka wa ta’ala, bukan untuk tujuan dunia atau harta” (Silsilah Ash Shahihah, 5/281).
2. Al Qur’an akan menjadi syafa’at bagi shahibul Qur’an
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا لأصحابه
“bacalah Al Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at bagi shahibul Qur’an” (HR. Muslim 804)3. Derajat di surga tergantung pada hafalan Qur’an
Semakin banyak hafalannya, akan semakin tinggi kedudukan yang didapatkan di surga kelak. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يقال لصاحب القرآن اقرأ وارتقِ، ورتل كما كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلك عند آخر آية تقرؤها
“akan dikatakan kepada shahibul qur’an (di akhirat) : bacalah dan
naiklah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil
di dunia. karena kedudukanmu tergantung pada ayat terakhir yang engkau
baca” (HR. Abu Daud 2240, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).4. Termasuk sebaik-baik manusia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
خيركم من تعلم القرآن وعلَّمه
“sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Al Bukhari 4639).5. Allah mengangkat derajat shahibul Qur’an di dunia
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواماً ويضع به آخرين
“sesungguhnya Allah mengangkat beberapa kaum dengan Al Qur’an ini dan menghinakan yang lain dengannya” (HR. Muslim 817)6. Penghafal Al Qur’an lebih diutamakan untuk menjadi imam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يؤم القوم أقرؤهم لكتاب الله
“hendaknya yang mengimami sebuah kaum adalah yang paling aqra’ terhadap kitabullah” (HR. Abu Daud 582, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)Urgensi menghafal Al Qur’an
Selain keutamaan-keutamaan di atas, ada beberapa hal juga yang menjadi pendorong untuk kita semua agar menghafalkan Al Qur’an:1. Meneladani Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
Panutan kita, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menghafalkan Al Qur’an, dan setiap bulan Ramadhan Jibril datang kepada beliau untuk mengecek hafalan beliau. Hal ini diceritakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس ، وكان أجود
ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان
فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من الريح
المرسَلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang
paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat
beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan
Al Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melebihi angin yang berhembus” (HR. Bukhari, no.6)2. Membaca Al Qur’an adalah ibadah yang agung
Membaca Al Qur’an adalah ibadah, setiap satu huruf diganjar satu pahala.
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ
حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ
وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“barangsiapa yang membaca 1 huruf dari Al Qur’an, maka baginya 1
kebaikan. dan 1 kebaikan dilipat-gandakan 10x lipat. aku tidak
mengatakan alif lam miim itu satu huruf, tapi alim satu huruf, lam satu
huruf dan mim satu huruf” (HR. At Tirmidzi 2910, ia berkata: “hasan shahih gharib dari jalan ini”)Dan banyak lagi keutamaan dari membaca Al Qur’an. Maka seorang Muslim yang hafal Al Qur’an dapat dengan mudahnya membaca kapan saja dimana saja, langsung dari hafalannya tanpa harus membacanya dari mushaf. Dan ini merupakan ibadah yang agung. Ibnu Mas’ud berkata:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ
وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ
يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ
“Barangsiapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan
Rasul-Nya, maka perhatikanlah, jika ia mencintai Al Quran maka ia
mencintai Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid berkata: “semua rijalnya shahih”).3. Modal utama dalam mempelajari agama
Al Qur’an adalah sumber hukum dalam Islam. Dengan menghafalkan Al Qur’an, seseorang lebih mudah dalam mempelajari ilmu agama. Ia mempelajari suatu permasalahan ia dapat mengeluarkan ayat-ayat yang menjadi dalil terhadap masalah tersebut langsung dari hafalannya. Yang kemudian ia perjelas lagi dengan penjelasan para ulama mengenai ayat tersebut. Ibnu ‘Abdl Barr mengatakan:
طلب العلم درجات ورتب لا ينبغي تعديها، ومن تعداها جملة فقد تعدى سبيل السلف رحمهم الله، فأول العلم حفظ كتاب الله عز وجل وتفهمه
“Menuntut ilmu itu ada tahapan dan tingkatan yang harus dilalui, barangsiapa yang melaluinya maka ia telah menempuh jalan salaf rahimahumullah. Dan ilmu yang paling pertama adalah menghafal kitabullah ‘azza wa jalla dan memahaminya” (dinukil dari Limaadza Nahfadzul Qur’an, Syaikh Shalih Al Munajjid).4. Modal utama dalam berdakwah
Kata para ulama, hidayah ada 2 macam: hidayah taufiq yang ada di tangan Allah dan hidayah al irsyad wal bayan yaitu dakwah yang menjadi tugas para Nabi dan Rasul dan juga kita. Dan Al Qur’an adalah sumber dari hidayah ini, Allah Ta’ala berfirman:
(إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ) (الإسراء: من الآية9)
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan hidayah kepada (jalan) yang lebih lurus” (QS. Al Isra: 9)5. Menjaga keotentikan Al Qur’an
Salah satu keistimewaan Al Qur’an adalah keotentikannya terjaga, tidak sebagaimana kitab-kitab samawi yang lain. Dan salah satu sebab terjaganya hal tersebut adalah banyak kaum Muslimin yang menghafalkan Al Qur’an di dalam dada-dada mereka. Sehingga tidak mudah bagi para penyeru kesesatan dan musuh-musuh Islam untuk menyelipkan pemikiran mereka lewat Al Qur’an atau mengubahnya untuk menyesatkan umat Islam.6. Tadabbur dan Tafakkur
Dengan menghafal Al Qur’an, seseorang bisa lebih mudah dan lebih sering ber-tadabbur dan ber-tafakkur. Yaitu merenungkan isi Al Qur’an untuk mengoreksi keadaan dirinya apakah sudah sesuai dengannya ataukan belum dan juga memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah. Allah Ta’ala berfirman
(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا) (محمد:24)
“Maka apakah mereka tidak men-tadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24).7. Mengobati
Al Qur’an adalah obat bagi penyakit hati dan penyakit jasmani. Allah Ta’ala berfirman
(وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ) (الإسراء: من الآية82)
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar” (QS. Al Isra: 82).Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan mengenai keutamaan dan urgensi menghafal Al Qur’an. Sekarang akan kita bahas mengenai apakah cukup mempelajari Al Qur’an dari terjemahannya? Karena sebagian kaum Muslimin menganggap menghafal Al Qur’an sudah tidak dibutuhkan lagi dengan banyaknya terjemahan Al Qur’an yang beredar ditengah umat. Sehingga untuk mempelajarinya tidak perlu repot-repot menghafalnya, tinggal baca saja terjemahnya. Bagaimana yang benar? Simak ulasan berikut..
Terjemah Al Qur’an bukan Al Qur’an
Perlu diketahui bahwa seluruh dalil mengenai keutamaan Al Qur’an, itu terkait dengan teks Al Qur’an yang berbahasa arab, bukan terjemahannya. Yang diganjar pahala per-hurufnya adalah membaca Al Qur’an, bukan membaca terjemahannya. Al Qur’an sebagai petunjuk dan juga penyembuh juga berlaku pada Al Qur’an, bukan pada terjemahannya. Demikian juga hukum-hukum Islam diambil istinbath dari Al Qur’an, bukan dari terjemahannya.Karena Allah Ta’ala menurunkan Al Qur’an dengan bahasa arab. Dan banyak sekali hikmah dari hal ini, diantaranya makna-makna yang dikandung Al Qur’an sangat mendalam dan tidak bisa diungkapkan dalam terjemahan. Terjemahan Al Qur’an dalam bahasa apapun tidak mampu merepresentasikan secara sempurna makna-makna yang dikandung setiap ayat dalam Al Qur’an.
Al Lajnah Ad Da’imah Saudi Arabia menjelaskan: “semua tafsir/terjemah Al Qur’an, baik yang berbahasa arab maupun yang berbahasa non-Arab bukanlah Al Qur’an. Al Qur’an adalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam dengan nash, lafadz dan bahasanya sendiri. Dan Al Qur’an itu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang tidak bisa diterapkan pada kitab-kitab tafsir, syarah atau terjemahan Al Qur’an. Allah Ta’ala berfirman: ”
إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya
kamu memahami(nya). Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab
(Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan
amat banyak mengandung hikmah” (QS. Az Zukhruf: 3-4).Ia juga berfirman:
قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“(Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa” (QS. Az Zumar: 28)Ia juga berfirman:
إِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا
“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan
bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu
kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan
dengannya kepada kaum yang membangkang” (QS. Maryam: 97)Dan lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam adalah lisan Arab yang jelas. Allah Ta’ala berfirman:
لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ
“Padahal orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar
kepadanya ia berbahasa ‘Ajam, sedang Al Quran adalah dalam bahasa Arab
yang terang” (QS. An Nahl: 103)(Majalah Buhuts Al Islamiyah, 12/314-315)
Selain itu, terjemahan itu sifatnya relatif. Terjemahan dari seseorang mungkin berbeda dengan terjemahan orang yang lain, dari segi makna dan bahasanya. Terjemahan dipengaruhi oleh ilmu si penerjemah, semakin tinggi ilmunya, semakin baik dalam menerjemahkan. Juga dipengaruhi oleh pemikiran si penerjemah. Sebagian penerjemah menerjemahkan ayat sesuai dengan pemikiran yang dicenderunginya. Misal jika penerjemah adalah seorang Syi’ah, maka dia akan menerjemahkan ayat sehingga seolah-olah mendukung pemikiran syi’ah. Oleh karena itu memilih terjemahan Al Qur’an pun harus selektif dan hendaknya kita ambil yang terpercaya terjemahannya. Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan:
أما الترجمات المختلفة لمعاني القرآن فهي تفسير لمعانيه ،
ومن اليسير على أئمة المسلمين وعلمائهم أن يقابلوا الترجمة على الأصل
العربي المنزل ، فيقبل الموافق للنص ، وينبذ المخالف
“Adapun berbagai terjemahan terhadap Al Qur’an yang menjelaskan
makna-makna Al Qur’an, cukup mudah bagi para pemimpin dan para ulama
kaum Muslimin untuk membandingkan terjemahan-terjemahan tersebut dengan
teks asal Al Qur’an yang berbahasa Arab. Jika terjemahannya cocok, maka
diterima. Jika terjemahannya menyimpang maka ditolak” (Majalah Buhuts Al Islamiyah, 12/314-315)Intinya, tidak mungkin menggali kandungan Al Qur’an dengan sempurna hanya dengan mengandalkan terjemahan. Bahkan terkadang memahami Al Qur’an sekedar dari terjemahannya saja lalu dipahami dengan opini semata tanpa merujuk pada penjelasan ahli tafsir dan kaidah-kaidah tafsir, merupakan hal yang berbahaya. Maka seseorang yang ingin serius mempelajari agama dan ingin memahami Al Qur’an dengan baik harus menguasai bahasa Arab dan disempurnakan lagi dengan menghafal Al Qur’an. Imam Asy Syafi’i mengatakan:
مَا جَهِلَ النَّاسُ وَلاَ اخْتَلَفُوا، إِلاَّ لِتَرْكِهِم لِسَانَ العَرَبِ، وَمِيلِهِمْ إِلَى لِسَانِ أَرْسطَاطَالِيْسَ
“tidaklah orang-orang itu menjadi bodoh dan banyak berselisih (dalam
masalah agama) kecuali disebabkan mereka meninggalkan bahasa Arab dan
lebih condong kepada perkataan Aristoteles” (Siyar A’lamin Nubala,
10/74)Bagaimana Menafsirkan Al Qur’an?
Perlu diperhatikan juga, bahwa seseorang yang menguasai bahasa Arab belum tentu bisa memahami Al Qur’an dengan benar. Dan juga ia tidak bisa menggali kandungan makna-makna Al Qur’an sekedar dengan paham bahasa Arab. Namun diperlukan manhaj (metode) yang benar untuk menafsirkan Al Qur’an, atau disebut dengan ilmu tafsir. Maka apatah lagi orang yang tidak bisa bahasa Arab dan hanya membaca terjemahan??Secara ringkas, metode yang benar dalam menafsirkan Al Qur’an adalah sebagai berikut:
- Menafsirkan ayat Al Qur’an dengan ayat Al Qur’an yang lain. Para ulama mengatakan bahwa ayat-ayat Al Qur’an itu saling menafsirkan satu sama lainnya
- Menafsirkan ayat Al Qur’an dengan As Sunnah, yaitu hadits-hadits Nabi yang shahihah. Karena As Sunnah adalah penjelas Al Qur’an.
- Menafsirkan ayat Al Qur’an dengan penjelasan para sahabat Nabi radhiallahu’anhum. Karena Al Qur’an diturunkan di masa mereka hidup, mereka yang lebih tahu bagaimana Rasulullah memahami setiap ayat yang turun dan bagaimana prakteknya. Mereka juga sebaik-baik manusia dalam mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an.
- Menafsirkan ayat Al Qur’an dengan penjelasan para tabi’in yang dikenal serius dalam mempelajari tafsir Al Qur’an kepada para sahabat Nabi
- Menafsirkan ayat Al Qur’an sesuai dengan makna-makna Syar’i dan kaidah-kaidah bahasa Arab
Inilah mengapa kita mempelajari Al Qur’an dan bukan mempelajari terjemahan Al Qur’an, dan kita menghafal Al Qur’an dan bukan menghafal terjemahan Al Qur’an.
Terjemahan Al Qur’an Tetap Bermanfaat
Namun demikian, bukan berarti terjemahan Al Qur’an tidak bermanfaat. Terjemahan Al Qur’an bermanfaat bagi kaum Muslimin yang belum menguasai bahasa Arab. Terjemahan Al Qur’an yang sudah diverifikasi dengan benar oleh pemerintah dan para ulama terpercaya membantu kaum Muslimin memahami kandungan Al Qur’an secara garis besar.Juga membantu kaum Muslimin untuk men-tadabburi Al Qur’an. Tadabbur berbeda dengan tafsir. Tadabbur adalah merenungi ayat Al Qur’an untuk dipertanyakan kepada diri sendiri apakah sudah sesuai dengan ayat tersebut atau sudah melaksanakan ayat tersebut ataukah belum. Karena kata para ulama, semua orang bisa ber-tadabbur, dan tadabbur tidak disyaratkan menguasai bahasa Arab. Karena inti tadabbur adalah merenungkan keadaan dari untuk dibandingkan dengan ayat yang dibaca. Namun kemampuan bahasa arab dan ilmu tentu tafsir membantu seseorang untuk ber-tadabbur lebih dalam lagi. Demikian, semoga bermanfaat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan