بسم الله الرحمن الر حيم
إن
الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران
– الآية: 102
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURIHubungan Terbitnya Matahari dari Barat dengan Perpindahan Kutub Utara ke Selatan
Sekedar bertukar-tukar pendapat semoga ianya dapat memberi sedikit maklumat kepada pembaca ,kesilafan dan kelemahan cara ana sampaikan mungkib kerana kelemahan diri ana sendiri,semoga dapat di maafkan dalam membahas isu ini.
Saat ini sedang hangat di bincangkan perpindahan Kutub Utara ke Selatan begitu juga sebaliknya. Terbayang tidak bilamana perpindahan kutub itu ada hubungannya dengan salah satu tanda Kiamat, yaitu terbitnya Matahari dari Barat,sungguh memeranjatkan para pembaca?......
Baiklah akan dijelaskan, begini jika
Kutub Utara berpindah ke Selatan maka secara harfiah maka Barat dan
Timur akan berpindah juga, ya kan? nah secara langsung perubahan kutub
akan otomatik mengubah posisi Barat dan Timur.
Investigasi lanjutan mengenai
anomali-anomali 2012 tiba pada verifikasi ilmiah yang paling
menggetarkan : Prediksi NASA bahwa dalam beberapa tahun ke depan ada
kemungkinan terjadi perubahan Kutub Magnet Bumi yang merupakan siklus
ribuan tahun dari planet dan bintang.
Meski susah untuk dipercaya, sebagai contoh
NASA mengatakan bahwa pada tahun 2001 bintang kita "Matahari", telah
mengalami perubahan kutub tersebut. Namun karena massa Matahari relatif
uniform dan kita tidak tinggal disana maka manusia relatif tidak
merasakan perubahan ini.
Seperti kita ketahui bumi dapat
diibaratkan sebutir telur dimana kulit telur adalah daratan dan lautan
tempat kita berpijak, dan cairan telur adalah material vulkanis logam
cair dan inti bumi adalah kuning telur yang merupakan logam padat
bersuhu tinggi.
Dan inti bumi inilah yang memiliki medan
magnet yang keluar dari Kutub Utara menuju Kutub Selatan yang dikenal
dengan Sabuk Van Hallen. Medan magnet ini melindungi bumi dari sinar
kosmis Matahari yang memungkinkan kehidupan berjalan dengan normal.
Dalam beberapa dekade terakhir
dinyatakan Kutub Utara telah bergeser dalam derajat yang signifikan, dan
tidak ada yang bisa memastikan kapan terjadi pergeseran total Kutub
Utara menjadi Kutub Selatan ini. Boleh jadi dalam hitungan tahun, atau masih
ratusan tahun lagi.
Bukan berarti bumi yang berputar balik,
tapi karena inti bumi dan kerak bumi diisi oleh cairan, posisi inti dan
keraklah yang sebenarnya berputar (Seperti kuning telur berputar didalam
telur yang sedang diam).
Jadi apakah efeknya terhadap kehidupan
di dunia ini? Satu hal yang bisa dipastikan adalah jarum kompas kita
tidak akan lagi menunjuk ke arah Utara namun mengikuti kutub magnet
Utara yang sudah pindah di Selatan.
Cuma jarum kompas berubah arah? Mungkin
saja. Skenario terburuknya malah kemungkinan terjadi sedikit gangguan
magnetik yang bisa merusak peralatan elektronik, satelit, pembangkit
listrik atau piranti teknologi lainnya.
Ooh, jadi sebenarnya kita tidak perlu
khawatir kan? Seperti prediksi Badai Matahari di tahun 2012, upaya negara-negara mungkin lebih kepada mitigasi terhadap kerusakan peralatan
GPS dan sarana telekomunikasi.
Jadi benarkah kita tidak perlu khawatir?
Coba dipikirkan lagi, apabila kutub magnetik Utara bumi ada di Selatan,
darimanakah Matahari kita akan terbit?
jadi mulai bertobatlah dari sekarang!!!!
Dalil-dalil Islam Mengenai Terbitnya Matahari dari Barat
1. Dalil dari Al-Qur’an.
Allah ta’ala berfirman:
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا“Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya” [QS. Al-An’am 6:158].
Beberapa hadits shahih menunjukkan
bahwasannya yang dimaksudkan dengan ‘sebagian tanda-tanda (ayat)’ yang
disebutkan dalam ayat di atas adalah terbitnya matahari dari arah Barat.
Hal itu merupakan perkataan kebanyakan mufassiriin (ahli tafsir).[1]
Telah berkata Ath-Thabariy – setelah menyebutkan perkataan mufassiriin tentang ayat ini :
وأولى الأقوال بالصواب في ذلك ما تظاهرت به الأخبار عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : ذلك حين تطلع الشمس من مغربها“Perkataan yang lebih mendekati kebenaran tentang perkara itu adalah apa yang datang dengannya khabar dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, bahwasannya beliau bersabda: ‘Hal itu terjadi ketika matahari terbit dari arah barat”.[2]
Asy-Syaukaniy berkata :
فإذا ثبت رفع هذا التفسير النبوي من وجه صحيح لا قادح فيه، فهو واجب التقديم، محتَّم الأخذ به“Apabila telah tetap akan marfu’-nya tafsir nabawiy ini dari jalan yang shahih tanpa ada cacat di dalamnya, maka wajib untuk mendahulukan dan mengambil/menerimanya”.[3]
2. Dalil dari As-Sunnah Ash-Shahiihah
Hadits-hadits yang menunjukkan terbitnya matahari dari arah barat sangat banyak, diantaranya :
a. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan
dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam bersabda :
لا تقوم الساعة حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت، فرآها الناس؛ آمنوا أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا“Tidaklah tegak hari kiamat hingga Matahari terbit dari arah Barat. Apabila ia telah terbit (dari arah Barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”.[4]
b. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam pernah bersabda :
c. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda :لا تقوم الساعة حتى تقتتل فئتان…(فذكر الحديث، وفيه : ) حتى تطلع الشمس من مغربها، فإذا طلعت، فرآها الناس؛ آمنوا أجمعون، فذاك حين لا ينفع نفسًا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا“Tidaklah tegak hari kiamat hingga berperang dua kelompok besar kaum manusia….. (yang kemudian di dalamnya disebutkan: ) hingga terbitnya Matahari dari arah Barat. Apabila ia telah terbit (dari arah Barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”. [5]
d. Muslim meriwayatkan dari Hudzafah bin Usaid radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda :بادِروا بالأعمال ستًّا : طلوع الشمس من مغربها
“Bersegeralah melakukan amal-amal ketaatan sebelum datangnya enam perkara : terbitnya Matahari dari arah Barat”.[6]
e. Al-Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr radliyallaahu ‘anhuma, ia berkata :إنها لن تقوم حتى ترون قبلها عشر آيات”. فذكر الدخان، والدجال، والدابة، وطلوع الشمس من مغربها، ونزول عيسى ابن مريم صلى الله عليه وسلم….“Tidaklah tegak hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya, yaitu : Ad-Dajjaal, kabut (ad-dukhaan), ad-daabbah, terbitnya matahari dari arah barat, turunnya ‘Isa bin Maryam shallallaahu ‘alaihi wa sallam….”.[7]
f. Dari Abu Dzarr radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda pada suatu hari :حفظتُ من رسول الله صلى الله عليه وسلم حديثًا لم أنسه بعد، سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : إن أول الآيات خروجًا طلوعُ الشمس من مغربها“Aku menghapal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebuah hadits yang aku tidak lupa setelahnya. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya tanda-tanda (besar hari kiamat) pertama yang akan muncul adalah terbitnya Matahari dari arah Barat”.[8]
Referensi:أتدرون أين تذهب هذه الشمس ؟. قالوا : الله ورسوله أعلم. قال : إن هذه تجري حتى تنتهي إلى مستقرِّها تحت العرش، فتخرُّ ساجدةً، فلا تزال كذلك، حتى يقال لها : ارتفعي، ارجعي من حيث جئت، فترجع فتصبح طالعة من مطلعها، ثم تجري حتى تنتهي إلى مستقرها تحت العرش، فتخرُّ ساجدة، ولا تزال كذلك حتى يقال لها : ارتفعي ارجعي من حيث جئت، فترجع فتصبح طالعة من مطلعها، ثم تجري لا يستنكر الناس منها شيئًا، حتى تنتهي إلى مستقرها ذاك تحت العرش، فيقال لها : ارتفعي، أصبحي طالعة من مغربك، فتصبح طالعة من مغربها. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أتدرون متى ذاكم ؟. ذاك حين لا ينفع نفسًَا إيمانُها لم تكن آمنت من قبل أو كسبت في إيمانها خيرًا“Apakah kalian mengetahui kemana perginya matahari ?”. Mereka (para shahabat) menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau melanjutkan : “Sesungguhnya matahari terus berjalan hingga berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu tunduk bersujud (kepada Allah). Maka terus-menerus ia melakukan hal itu hingga dikatakan kepadanya : ‘Bangkitlah, dan kembalilah dari tempat kamu datang (yaitu arah timur)’. Maka ia pun kembali, dan muncul dari tempat terbitnya. Kemudian ia berjalan hingga berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy, lalu tunduk bersujud (kepada Allah). Maka terus-menerus ia melakukan hal itu hingga dikatakan kepadanya : ‘Bangkitlah, dan kembalilah dari tempat kamu datang (yaitu arah timur)’. Maka ia pun kembali, dan muncul dari tempat terbitnya. Kemudian ia berjalan dimana manusia tidak mengingkarinya sedikitpun. Hingga ia berhenti di tempat menetapnya di bawah ‘Arsy. Dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah, dan terbitlah dari arah tenggelammu (arah barat)’. Maka ia pun muncul dari tempat tenggelamnya”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apakah kalian mengetahui bilakah hal itu terjadi ? Hal itu terjadi ketika keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya”.[9]
[1] Lihat Tafsir Ath-Thabariy (8/96-102), Tafsir Ibni Katsir (3/366-371), Tafsir Al-Qurthubi (7/145), dan Ittihaaful-Jamaa'ah (2/315-316).
[2] Tafsir Ath-Thabariy (8/103).
[3] Tafsir Asy-Syaukaniy (2/182).
[4] Shahih Al-Bukhariy, Kitaabur-Riqaaq (11/352 – bersama Al-Fath) dan Shahih Muslim, Kitaabul-Iimaan, Baab Az-Zamani Alladzii laa Yuqbalu fiihil-Iiman (2/194 – bersama Syarh An-Nawawiy).
[5] Shahih Al-Bukhariy, Kitaabul-Fitan (13/81-82 – bersama Al-Fath).
[6] Shahih Muslim, Baab Fii Baqiyyatin min Ahaadiitsid-Dajjaal (18/87 – bersama Syarh An-Nawawiy).
[7] Shahih Muslim, Kitaabul-Fitan wa Asyraathis-Saa'ah (18/27-28 – bersama Syarh An-Nawawiy).
[8] Musnad Ahmad (11/110-111 no. 6881) tahqiq Ahmad Syaakir, dan Shahih Muslim, Kitaabul-Fitan, Baab Dzikrid-Dajjaal (18/77-78 – bersama Syarh An-Nawawiy).
[9] Shahih Muslim, Kitaabul-Fitan, Baab Bayaaniz-Zamani Alladzii Laa Yuqbalu fiihil-Iimaan (2/195-196 – bersama Syarh An-Nawawiy). Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhari secara ringkas dalam Shahih-nya, Kitaabut-Tafsiir, Baab : Wasy-Syamsu tajrii li-mustaqarril-lahaa (8/541 – bersama Al-Fath), dan Kitaabut-Tauhiid, Baab Wa Kaana 'Arsyuhu 'alal-Maa', Wahuwa Rabbul-'Arsyil-'Adhiim (13/404 – bersama Al-Fath).