بسم الله الرحمن الر حيم
إن
الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران
– الآية: 102
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURIoleh ketika hampir mati (nyawanya akan keluar), selain kesukaran dan huru-hara. Dan ia tidak memperoleh ketika berhenti di padang mahsyar (al-mauqif), selain terbuka kejahatan (fadlihah) dan hukuman".
Al-Qur’an yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW merupakan mukjizat paling besar
pengaruhnya, isinya selalu relevan dengan kehidupan, serta ilmu-ilmu yang
terkandung di dalamnya merupakan anugerah bagi manusia.
Salah
satu kemu’jizatan (keistimewaan) Al-Qur’an yang paling utama adalah hubungannya
dengan sains dan ilmu pengetahuaan, begitu pentingnya sains dan ilmu
pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali
Q.S Al-‘alaq 96/1-5.
Ada banyak ciri kemukjizatan
Al-Qur’an salah satunya adalah dipeliharanya isi Al-Qur’an hingga
keotentikannya dijamin oleh Allah SWT dalam Surat Al-Hijr Ayat 9 yang artinya : Kami yang menurunkan
Al-Qur’an dan kamilah pemelihara-pemelihara-Nya."
Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan
yang diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat
upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia.
Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan
didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah
dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat
Nabi saw.[1]
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari
kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara
general Al-Qur’an berarti sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam
Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui
perantaraan malikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa
terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Al-Qur’an memberikan dalil yang berisi khikmah
dan kekuasaan-Nya bahwa Allah Maha Bijaksana dalam menciptakannya.[2] Segala sesuatu
yang diciptakan oleh allah tidak akan sia-sia, bahkan semua itu menjadi bukti
dan bukti tanda-tanda kebesaran Allah SWT, bahwa Allah ada dan allah yang maha
menciptakan atas segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta ini. Jika kita
menelaah ayat-ayat di dalam Al-Qur’an maka Bukti-bukti ciptaan dan hikmah-Nya
jelas nyata.
Ia adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana
tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah terkafer di
dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan
dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam,
lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum
dan sebgaianya.(Q.S. Al-an’am: 38). Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan,
“sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam
Al-Qur’an”.
Islam merupakan satu-satunya agama di dunia
yang sangat berempatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan
Al-Qur’an itu sendiri merupakan sumber ilmu dan sumber inspirasi berbagai disiplin
ilmu pengetahuan sains dan teknologi. Al-Qur’an mengandung banyak konsep-konsep
sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap orang-orang yang
berilmu. Dalam Allah berfirman, “Allah akan mengangkat orang-orang yang
beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa
derajat”(Q.S.
Al-Mujadalah 58/11) Selain Al-Qur’an, Hadits-hadits Nabi juga
sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan mewajibkan kepada umatnya
untuk menuntut ilmu. Hadits ini memberikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum
muslimin untuk belajar mencari ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu-ilmu agama
maupun ilmu-ilmu umum, karena suatu perintah kewajiban tentunya harus
dilaksanakan, dan berdosa hukumnya jika tidak dikerjakan.
Lebih lanjut Rasulullah mewajibkan kepada
umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di batasi usia, ruang,
waktu dan tempat sebagaimana sabdanya “Tuntutlah ilmu dari buayan sampai liang
lahat)”. Dan “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina”.
Dorongan dari al-Qur’an dan perintah dari Rasul
tersebut telah diperaktekkan oleh generasi Islam pada masa abad pertengahan
(abad ke 7-13 M). Hal ini terbukti dengan banyakanya ilmuan-ilmuan Muslim
tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, seperti Al-Farabi,
Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, Ibn
rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik,
Imam Syafi’I, Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkan pun
bebagai maca disiplin ilmu, bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang
pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Astrnomi, Fisika, Astronomi,
Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu
Kalam dan sebagainya, pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik
berda di bawah kendali umat Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Rasul pernah bersabda “Umatku akan jaya dengan ilmu
dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang memberikan anjuran dan
motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam kesempatan ini
tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.
SAINS DAN ILMU PENGETAHUAN
Manusia merupakan ciptaan yang paling sempurna
diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah. Karena, manusia adalah makhluk yang
diciptakan dengan disertakan alat untuk berfikir. Dengan akal dan fikirannya
manusia dapat membangun peradaban dan menghadirkan ilmu pengetahuan.
Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan
salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu
sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya
ia disebut lebih dari 744 kali[8]. Sains merupakan salah satu kebutuhan agama
Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu
memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan
shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya
waktu-waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu
astronomi. Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai
waktu-waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat
terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti untuk menunaikan ibadah haji,
bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi.
Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam
al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang
sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam
telah memberikan isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia,
bahwasanya mereka telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa
luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang
dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan
atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang
ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus angksa luar
bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi
telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan
pelanet -pelanet lainnya.
Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat
Al-Qur’an tentang ”Kebenaran Ilmiah” tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan
tentang kebesaran Tuhan dan ke Esa-an Nya, serta mendorong manusia seluruhnya
mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan
KepadaNya.
Pemaparan-pemaparan di atas secara tidak
langsung menerangkan, bahwa antara ilmu pengetahuan dan al-qur’an ada kaitan
erat. Akan tetapi keterkaitan antara keduanya disesuaikan dengan porsi yang
sesuai.
SAINS ISLAM
Allah SWT. telah menganugrahkan akal kepada
manusia, suatu anugrah yang sangat berharga, yang tidak diberikan kepada
makhluk lain, sehingga umat manusia mampu berpikir kritis dan logis. Agama
Islam datang dengan sifat kemuliaan sekaligus mengaktifkan kerja akal serta
menuntunnya kearah pemikiran Islam yang rahmatan lil’alamin. Artinya bahwa
Islam menempatkan akal sebagai perangkat untuk memperkuat basis pengetahuan
tentang keislaman seseorang sehingga ia mampu membedakan mana yang hak dan yang
batil, mampu membuat pilihan yang terbaik bagi dirinya, orang lain, masyarakat,
lingkungan, agama dan bangsanya[11].
Sains Islam bukanlah suatu yang terlepas secara
bebas dari norma dan etika keagamaan, tapi ia tetap dalam kendali agama, ia
tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya Islam . Karena
antara agama dan sains dalam Islam tidak ada pemisahan, bahkan sains Islam
bertujuan untuk menghantarkan seseorang kepada pemahaman yang lebih mendalam
terhadap rahasi-rahasia yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, baik ayat
qauliah maupun ayat kauniah melalui pendayagunaan potensi nalar dan akal secara
maksimal. Sains Islam tetap merujuk kepada sumber aslinya yakni Al-Qur’an dan
Hadits, tidak hanya berpandu kepada kemampuan akal dan nalar semata, tetapi
perpaduan anatara dzikir dan fikir, sebab bila hanya akal dan nalar yang
menjadi rujukan, maka tidak jarang hasil temuaannya bertentangan ajaran agama
atau disalah gunakan kepada hal-hal yang menyimpang dari norma-norma dan ajaran
agama. Hasil penemuan tersbut bisa-bisa tidak mendatangkan manfaat tepi malah
mendatangkan mafsadah, kerusakan, dan bencana di sana sini.
Karekteristik dari sains Islam adalah
keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta dzikir dan fikir,
sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim batul-betul Islami, bermakna,
membawa kesejukan bagi alam semesta, artinya mendatangkan manfaat dan
kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam rahmatan
lil’alamin. Sains Islam selalu terikat dengan nilai-nilai dan norma agama dan
selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan ia membantu menghantarkan para
penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna kepada kebanaran
informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui keagungan, kebesaran,
dan kemaha kuasan-Nya.
Pengetahuan adalah dinamo peradaban masa depan,
mereka yang menguasai ilmu pengetahuan, merekalah yang akan menguasai
peradaban. Bila pemuda Islam saat ini jauh dari ilmu pengetahuan, maka akan
sangat sulit untuk menikmati kejayaan Islam dalam waktu dekat. Tantangan kita
sebagai mahasiswa Muslim adalah bagaimana ilmu pengetahuan yang kita dapatkan
di kampus mampu bermanfaat untuk kemashalatan umat. Masyarakat membutuhkan
inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan baru untuk mendorong kesejahteraan
mereka. Harapan besar di masa datang adalah bagaimana kita mampu memanfaatkan
kampus kita sebagai pendorong dari peradaban Islam itu.
Jadi Al-Qur’an mengandung anjuran untuk
mengamati alam raya, melakukan eksperimen dan menggunakan akal untuk memahami
fenomenanya, dalam hal ini ditemukan persamaan dengan para ilmuwan, namun di
segi lain terdapat perbedaan yang sangat berarti antara pandangan atau
penerapan keduanya.
Dalam bukunya, Science and the Modern World, A.N.
Whitehead menulis: “Bila kita menyadari betapa pentingnya agama bagi manusia
dan betapa pentingnya ilmu pengetahuan, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan
bahwa sejarah kita yang akan datang bergantung pada putusan generasi sekarang
mengenai hubungan antara keduanya.”
Menarik, menguja dan mengasyikkan. Bagi sesiapa yang baru bertatih mengenali ilmu sains, sungguh ia menakjubkan. Tidak hairan juga bagi yang sudah lama berkecimpung dalam dunia sains. Penerokaan ilmu sains seharusnya menimbulkan rasa kagum dan takjub tentang kebesaran Allah.Pembangunan sains dan teknologi tanpa agama adalah buta tetapi tiada siapa pun yang dapat menafikan keperluan sains untuk membangun dan memakmurkan alam ini. Justeru, sains itu perlu dibicarakan dalam konteks agama untuk memandu apa jua perkembangan yang dibangunkan oleh manusia berteraskan sumber wahyu dan berinspirasikan keagungan Allah sebagai Pemilik dan Pencipta yang Maha Agung. Sudah pastilah al-Quran sebagai sumber rujukan utama.
Albert Einstein pernah menukilkan, "Science without religion is blind, religion without science is lame" .Integrasi antara agama dan sains seharusnya menjadi suatu perkara yang perlu diberi perhatian kerana pembangunan sains dan teknologi akan terus berkembang dan sudah pastilah akan mempengaruhi kehidupan masyarakat Islam. Cabaran dunia moden pada hari ini menuntut agar kita berwaspada dalam segala segi termasuklah mencari ilmu dan maklumat yang tepat. Pemahaman yang jelas tentang sains dan penemuannya akan memudahkan masyarakat menangani pelbagai masalah yang mendatang di kemudian hari. Ianya juga sebagai persediaan yang rapi bagi masyarakat muslim menghadapi sebarang kemungkinan rencah kehidupan impak daripada kemodenan sains dan teknologi.
Ilmu sains terhasil dengan cerapan dan pemerhatian yang bersumberkan akal manusia manakala agama merupakan wahyu dan pedoman daripada Allah. Oleh sebab itu, hasil pengkajian ilmu sains bersifat relatif dan sentiasa berubah-rubah tetapi sifat ilmu agama yang bersumberkan al-Quran adalah mutlak. Demikian juga Allah telah merakamkan dalam surah al-Mulk ayat 3 yang bermaksud: "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat dalam penciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?" Ayat ini sudah cukup memberikan tanda dan peringatan kepada manusia bahawa sehebat mana pun penciptaan atau penemuan sains dan teknologi tidak akan sama sekali menandingi kehebatan dan kekuasaan Allah. Justeru, agama itu perlu dinilai sebagai domain yang utama dalam menfokuskan apa jua kajian agar tidak jauh tersasar daripada landasan sebenar.Malah, seharusnya ia mampu meningkatkan keimanan kita kepada Allah dan kekerdilan diri sebagai hamba dalam segala urusan bersangkut paut dengan kehidupan.
Justeru, berbicara tentang kehidupan hari ini tidak dapat lari dengan kitab panduan seluruh umat Islam yang sememangnya padat dengan ilmu dan hidayah bagi sesiapa yang dikehendakiNya . Cuma yang paling menyedihkan pada hari ini ialah masyarakat Islam itu sendiri yang tidak melihat ilmu sains dan agama perlu kepada interaksi yang kukuh di antara keduanya. Maka akan wujudlah ahli sains yang buta dan ahli agama yang tempang. Bukankah itu juga satu kelompongan yang luas dalam medium kehidupan mutakhir kini?
Apa jua penemuan sains perlu bersandarkan keimanankepada Allah.Orientasi ini lebih indah dan terarah. Konsep yang disebut ssebagai sains tauhidik ini akan melahirkan umat Islam yang mempunyai tradisi keilmuan yang tinggi dan ketaqwaan kepada Allah akan meningkat. Umat Islam yang mempunyai minda sebegini tidak mengehadkan ilmu dengan hanya apa yang diperolehi melalui cerapan berdasarkan akal manusia semata-mata tetapi ia melangkaui dengan ilmu Allah yang kadangkala tidak boleh dicerap menggunakan pancaindera dan akal yang saintifik tetapi hanya melalui keyakinan yang tinggi kepada Allah. Ilmu yang mendasari konsep sains tauhidik tidak terbatas dengan penemuan akal manusia secara fizikal tetapi juga melalui pembacaan ilmu Allah yang terkandung dalam al-Quran dan as-Sunnah. Akhirnya, ilmu tersebut dapat mengenalkan manusia kepada Allah sebagai Penciptanyang Maha Agung.
Sains dan agama bukanlah sesuatu yang boleh diasingkan atau dipisahkan malah ia diperlukan oleh umat Islam dalam menjalani tanggungjawab yang diamanahkan kepada mereka. Sains juga tidak bertentangan dengan Islam, malah banyak konsep yang diutarakan dalam sains telah dinyatakan dalam ayat-ayat Allah termasuklah apa yang telah diajarkan oleh pesuruhNya. Namun begitu, bukanlah dikatakan al-Quran itu sebagai buku sains tetapi ia melangkaui sebagai petunjuk kepada umat manusia. Ia juga mempunyai bukti-bukti saintifik yang hanya baru dapat dibuktikan dan ditemui oleh manusia pada masa kini. Sedangkan al-Quran telah membincangkannya sejak mula ia diturunkan lagi. Begitulah hebatnya kekuasaan Allah.
Apabila membicarakan sains dan dikaitkan dengan al-Quran dan kekuasaan Allah, pasti menyebabkan perubahan yang mengkagumkan. Antara perubahan tersebut adalah meninggalkan kejahilan dan kekufuran kepada peningkatan iman. Terdapat juga yang mendapat hidayah daripada Allah kesan daripada pengkajian sains yang dihayatinya. Dengan bukti-bukti yang ada, apalagi yang dapat dilihat dengan mata kasar, dinikmati dengan pancaindera, kita akan merasai betapa bersyukurnya masih dapat meneruskan hidup ini dengan pinjaman nikmat yang Allah berikan.
Berbeza dengan apa yang dapat dilihat pada hari ini apabila ilmu sains diagung-agungkan sehingga mengenepikan nilai-nilai luhur yang dipelihara kukuh oleh masyarakat. Ilmu yang ditemui memberi natijah kepada jauhnya hubungan dengan yang Maha Mencipta. Perkembangan sains dan teknologi telah mewujudkan masyarakat materialistik yang meremehkan nilai spiritual dan kemanusiaan. Penyelidikan yang dijalankan tidak mengutamakan aspek etika yang akhirnya memberi impak kepada keseimbangan alam sekitar dan umat manusia sejagat. Kerosakan yang dideritai oleh seluruh kehidupan pada hari ini berpunca daripada kelalaian manusia yang bertuhankan kerakusan nafsu dalam mengkaji dan mencipta apa jua teknologi kehidupan manusia. Betapa buruknya sistem yang dibangunkan oleh manusia berlandaskan pencapaian sains tetapi mengabaikan tanggungjawab dengan Allah. Inilah yang dikatakan manusia akan menjadi buta sekiranya membangunkan sains dan teknologi tanpa agama serta keimanan kepada Allah.
Begitu juga dengan pembangunan agama memerlukan kepada pembangunan sains dan teknologi untuk melengkapkan kehidupan. Untuk mentadbir dan mengurus alam dan kehidupan ini, manusia memerlukan kepada sains dan teknologi. Bagaimana mungkin alam ini dapat ditadbir dan diurus dengan baik sekiranya kita jahil dengan tabii alam? Dengan kata lain, manusia perlu kepada sains dan teknologi untuk memantapkan lagi kehidupan beragama dan memudahkan kehidupan.
Dalam al-Quran, terdapat ayat-ayat yang berhubung tentang fenomena dan kejadian alam. Secara khususnya, manusia diminta untuk memikirkan tentang penciptaan alam seperti kejadian langit, bumi, hujan, air, bukit, gunung, siang dan malam serta memahami tabii alam untuk diurus dan dimanfaatkan mengikut acuan Islam. Sedangkan dalam ilmu sains, manusia diterangkan tentang fenomena alam tabii, agar lebih difahami dan juga diaplikasikan dalam kehidupan dan penghayatan agana yang sebenar.
Perbezaan antara sains dan al-Quran perlu difahami agar interaksi di antara kedua-duanya dapat menterjemahkan kehidupan yang lebih bermakna. Kitab al-Quran dapat menyuluh manusia kepada hidayah Allah kerana terdapat juga ayat-ayat didalamnya yang berbentuk perintah dan prinsip serta kehidupan sosial sesama makhluk. Manakala sains pula membolehkan manusia memanfaatkan alam dan kehidupan dengan memperbaiki dan memperelokkannya mengikut acuan yang telah ditetapkan. Betapa indahnya kehidupan beragama disulami dengan perkembangan sains dan teknologi yang terarah.
Secara tuntasnya,pembangunan sains dan teknologi tidak dapat dipisahkan dengan agama. Di sudut mana pun keintelektualan seseorang dalam bidang sains, tidak boleh meremehkan penghayatan al-Quran sebagai petunjuk dalam segenap aspek kehidupan.
Wahyu
Allah telah terputus 1400 tahun yang lalu. Rasulullah SAW adalah
manusia yang dipilih untuk memimpin wahyu ini walaupun beliau seorang
ummi / “unlettered” (tidak tahu membaca atau menulis - penulis) Islam merupakan satu-satunya agama yang menjadi petunjuk yang jelas kepada ummahnya dan ternyata paling sesuai dan
memenuhi kehendak manusia dan ala mini dalam semua keadaan, baik masa,
tempat, dan segala aspek yang terkait dengan kehidupan samada yang nyata
mahupun ghaib. Islam dan ajarannya sahajalah yang memenuhi fitrah manusia seiring dengan zaman.
Alfred Kroner ketika mengemukakan beberapa teori berkenaan penciptaan alam memberikan konklusi bahawa
: ".. If you combine all these and you combine all these statements
that are being made in the Qur'an in terms that relate to the earth and
the formation of the earth and science in general, you can basically say
that statements made there in many ways are true, they can now be
confirmed by scientific methods, and in a way, you can say that the
Qur'an is a simple science text book. And that many of the statements
made in there at that time could not be proven, but that modern
scientific methods are now in a position to prove what Muhammad said
1400 years ago..."
“..Jika
anda menggabungkan semua (perbincangan) ini dan anda menggabungkan
semua kenyataan-kenyataan ini yang dibuat dalam Qur'an tentang hal yang
berkaitan bumi dan pembentukan bumi serta sains secara umumnya, pada
asasnya anda boleh katakan bahawa kenyataan-kenyataan dibuat adalah
benar, ianya sekarang ini disahkan oleh kaedah-kaedah saintifik, dan
dalam sebahagian hal, boleh diatakan bahawa Qur'an merupakan sebuah buku
teks sains yang mudah. Dan (walaupun) banyak lagi kenyataan-kenyataan
dibuat pada masa itu (masih) tidak dapat dibuktikan, tetapi
kaedah-kaedah saintifik moden sekarang berada dalam fasa membuktikan apa
yang Muhammad katakan 1400 tahun yang lampau..”
(Abdul Majid Zindani’s Tape – This Is The Truth on Alfred Kroner Professor of the Department of Geosciences, University of Mainz, Germany)
Apabila
kita memperkatakan tentang tasawur Islam, kita tidak dapat lari
daripada membicarakan tentang dua sumber utama umat Islam dalam memahami
apa itu Islam sebagai Ad-Din iaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Dua sumber
ini sekiranya difahami dengan benar, maka manusia akan tahu betapa
agungnya Islam, tiada lain yang mampu menandingi keagungan wahyu ini.
تركت فيكم امرين لن تضلوا ما إن تمسكتم بهما كتاب الله وسنتي
“..Aku
tinggalkan kepadamu dua perkara, jika kamu berpegang pada keduanya,
kamu tidak akan sesat selama-lamanya (iaitu) Kitab Allah (Al-Quran) dan
Sunnahku..”
(Malik Bin Anas, Al-Muwatta’ Malik, jilid 2, m/s : )
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“..Barang
siapa yang mencari selain daripada Islam sebagia Din-nya (cara hidup),
maka, tidaklah akan diterima daripadanya dan di Hari Akhirat, dia adalah
dari kalangan orang-orang yang sangat rugi..”
( Surah Al-Imran : 85)
Inilah
hakikat wahyu yang diterima Muhammad SAW dari Allah untuk disampaikan
kepada semua manusia sejagat.. Islam bukan sahaja memberi solusi kepada
semua permasalahan di dunia ini bahkan ia menjadi alternatif kepada
manusia dalam pelbagai perkara. Baik dalam urusan yang melibatkan
ekonomi, perubatan, perundangan, sosial dan seumpamanya. Islam merupakan
cara hidup yang begitu sempurna bagi manusia dan alam ini. Apa sahaja
yang berkait dengan konsep kehidupan manusia mestilah dikembalikan
kepada Al-Quran dan As-sunnah. Ini bersesuaian dengan firman Allah yang
berbunyi :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ
إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
“
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta
ketua daripada kalian, dan sekiranya kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu perkara, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul..”
(An-Nisa : 59)
Berbicara
tentang dua sumber di atas, yakni Al-Quran dan Hadith, penulis dalam
makalah ini akan lebih menjuruskan perbincangan kepada kaitan antara
Islam dan Sains kerana penulis merasakan berbicara tentang ilmu Sains
bersumberkan Al-Quran lebih terkesan dengan jiwa kita dan kita akan
lebih berusaha memahami apa itu Islam dan bagaimana cara yang terbaik
untuk mendekatkan diri kita kepada pencipta alam ini kerana setiap hari
kita pasti sahaja berhadapan dengan sesuatu yang bersifat saintifik.
Al-Quran bukanlah sebuah buku ensiklopedia Sains, akan tetapi, ia adalah
kitab yang mengandungi ayat-ayat dan tanda kebesaran Allah SWT yang
mana ilmu sains dan hukum alam tidak terlepas daripada dibicarakan di
dalam kitab-Nya ini. Hadith-hadith Baginda SAW dan juga athar-athar juga
banyak menyebut tentang perihal Sains, perubatan, dan seumpama dengannya.
فَلِلَّهِ الْآخِرَةُ وَالْأُولَى
“..maka kerana Allah jualah yang menguasai segala urusan akhirat dan urusan dunia..”
(An-Najmi : 25)
Al-Imam Ibnu Kathir rh ketika menafsirkan ayat ini beliau berkata :
أَيْ
إِنَّمَا الْأَمْر كُلّه لِلَّهِ مَالِك الدُّنْيَا وَالْآخِرَة
وَالْمُتَصَرِّف فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَة فَهُوَ الَّذِي مَا شَاءَ
كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ
“…yakni
sesungguhnya urusan itu semuanya adalah bagi Allah, pemilik dunia dan
akhirat dan DIA-lah yang menjadikan apa yang DIA kehendaki dan tidak
menjadikan (meniadakan) apa yang tidak DIA kehendaki..”
(Ibnu Kathir, Tafsir Al-Azim)
Mukjizat / I’jaz Dalam Al-Quran dan Hadith
Dalam
rangka memperincikan methodology kajian tentang Sains dan Al-Quran,
adalah lebih adil sekiranya kita memperkatakan dahulu tentang waktu
penurunan wahyu Al-Quran dan taraf ilmu sains di saat waktu turunnya
wahyu itu kepada Muhammad SAW. Ketiadaan teknologi yang canggih pada
waktu itu sememangnya menjadikan sukar bagi umat Islam ketika itu untuk
mengoreksi kebenaran-kebenaran fakta Sains yang terhimpun dalam lembaran
wahyu tersebut. Bayangkan, di saat tiada teknologi secanggih sekarang
ini Al-Quran mampu menceritakan tentang perihal proses pembentukan
manusia, pergerakan gunung-ganang, kitaran air hujan dan pelbagai lagi.
Sekiranya dikatakan Al-Quran adalah kalam Muhammad SAW, masakan beliau
tahu akan semua hal ini sedangkan beliau adalah ummi dan tidak tahu
sedikit pun membaca di saat beliau menerima wahyu Allah ini. Sebelum
datangnya Al-Islam, masyarakat arab sudah mempercayai beberapa perkara
khurafat yang diimport daripada yunani seperti matahari mengelilingi
bumi, bulan mengeluarkan cahayanya sendiri, bumi itu rata, langit
disokong oleh gunung-ganang dan pelbagai lagi fakta karut yang mereka
percayai. Itu belum lagi kita perkatakan tentang karutnya masyarakat
jahiliah dalam melaksanakan ibadahnya. Sebagai contoh, :
Abu Raja’ At-Taridi R.A pernah berkata :
“..Kami
dahulu menyembah batu. Apabila kami temui satu batu yang lebih baik
daripadanya, kami akan membuangnya, dan kami akan mengambil yang lain.
Apabila kami tidak temui batu, kami kumpulkan satu timbunan tanah
kering, kemudian kami bawakan kambing dan kami perahkan susukan
kepadanya, dan kemudian kami tawaf padanya..”
(Sahih Bukhari , Al-Maghazi, no. 4376)
Dan
Al-Quran datang memperbetulkan kepelbagaian fakta karut masyarakat
jahiliah ini dan antara ayat-ayat yang membantah apa yang dipegangi
mereka tentang langit yg disokong oleh bukit dan gunung-ganang, Allah
SWT berfirman :
اللّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
“..Dialah Allah yang mengangkat langit-langit yang kamu lihat tanpa adanya tiang (yang menyokongnya)..”
(Ar-Ra’du : 13)
Namun,
ketika dibacakan firman-firman yang di dalamnya ada menyebutkan ilmu
berbentuk saintifik, para sahabat radiallahuanhum ajmain tidak banyak
mempersoalkannya kepada Rasulullah SAW bahkan mereka mengimani setiap
apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW sepenuh hati. Apatah lagi
setiap ayat yang dibaca kepada mereka yang berbentuk “tidakkah kamu
berfikir” , “tidakkah kamu mentadabbur” atau “tidakkah kamu lihat”
adalah lebih menambahkan keyakinan dan keimanan mereka kepada Allah SWT
dan Islam itu sendiri walaupun pada dasarnya kebanyakan ayat-ayat
tersebut banyak menceritakan tentang Sains yang mana mereka sendiri
tidak dapat mengoreksinya secara saintifiknya berikutan tiadanya
teknologi yang mampu membuktikan fakta-fakta yang terdapat dalam
ayat-ayat tersebut. Hal ini dapat dicontohkan dengan adanya ayat-ayat
yang menceritakan tentang penciptaan manusia / “humans creation”.
Dr.
Maurice Bucaille yang berbangsa Perancis misalnya sangat kagum dan
hairan mengapa Al-Quran yang diturunkan abad ke-14 yang lalu ada
memperkatakan fakta-fakta ilmiah sains yang baru diketahui oleh ahli
sains pada abad ke 20 atau abad ke 18 dan 19. Bahkan apa yang lebih
menarik adalah beliau menyatakan bahawa, masih banyak fakta-fakta ilmiah
sains yang belum diketahui oleh manusia pun ada termuat dalam Al Quran.
Dalam Al-Quran ada 4 istilah yang digunakan bagi menerangkan manusia
tentang tanda-tanda kebesaran Allah SWT. 4 istilah ini adalah :
1.Burhan (بُرْهَانٍ)
2.Sulton (سُلْطَانٍ)
3.Bayyinah (بَيِّنَةٍ)
4.Aayah (آيَةٍ)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
“..Wahai sekalian umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu: Bukti
dari Tuhan kamu dan Kami pula telah menurunkan kepada kamu (Al-Quran
sebagai) Nur (cahaya) yang menerangi (segala apa jua yang membawa
kejayaan di dunia ini dan kebahagiaan yang kekal di akhirat kelak)…”
(An-Nisa’ : 174)
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى
“..Benda-benda
yang kamu sembah itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan datuk
nenek kamu menamakannya. Allah tidak sekali-kali menurunkan sebarang
bukti yang membenarkannya. Mereka yang berbuat demikian, tidak menurut
melainkan sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsunya.
Padahal demi sesungguhnya telah datang kepada mereka petunjuk dari Tuhan
mereka…”
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ
“..Kami akan memperlihatkan mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di ufuk dan pada diri mereka sehinggalah nyata kepada mereka bahawa ia adalah hak..”
(Fussilat : 53)
أَفَمَنْ كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّهِ كَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ
“…Dengan yang demikian, adakah orang-orang (yang beriman dan taat) yang keadaannya sentiasa berdasarkan bukti
yang nyata dari Tuhannya: Sama seperti orang-orang (yang ingkar
derhaka) yang telah diperhiaskan kepadanya (oleh Syaitan) akan kejahatan
amalnya (sehingga dipandangnya baik) dan yang telah menurut hawa
nafsunya?”
(Muhammad : 14)
Penemuan Saintifik Dalam Al-Quran Dan Hadith
Seperkara
yang perlu kita tahu adalah dalam pengkajian kita tentang hal ini, kita
tidak boleh mengambil fakta sains yang ada kemudian kita memaksakan
ayat-ayat Al-Quran untuk membenarkannya, bahkan yang perlu dilakukan
adalah mengekstrak ayat-ayat Al-Quran dan kemudian menjadikannya kajian
bagi membuktikan sunnatullah (hukum alam) sebagai benar. Adalah salah
sekiranya kita mengambil fakta-fakta sains yang ditemukan apatah lagi
ianya berbentuk sekadar theory dan bukan law
kemudian kita cuba mencarinya di dalam Al-Quran kerana barangkali
dibimbangi akan ada yang mempersoalkan, sekiranya begitu “Apakah jika
Fakta sains itu berubah dan bercanggah dengan Al-Quran, maka Al-Quran
telah tersilap dan ianya bukan Kalam Allah “words of God”?. Ini
adalah hasil pemikiran yang meletakkan Sains dahulu baru kemudiannya
Al-Quran dan hadith. Oleh itu, jika persoalan di atas timbul, maka kami
jawabkan di sini bahawa Al-Quran tidak akan pernah silap dan fakta Sains
lah yang sentiasa silap sekiranya tidak menepati petunjuk yang
diberikan Al-Quran kerana kajian Sains itu berkemungkinan besarnya boleh
berubah-ubah dengan bergantungnya ia kepada perubahan dan peningkatan
teknologi dan seumpama dengannya. Maka, cara dan methodology kajian kita
perlulah diperbetulkan terlebih dahulu. Asas utama kajian kita adalah
dengan meletakkan dahulu ayat-ayat Al-Quran dan hadith sebagai sumber
pencarian kita dan bukan mendahulukan fakta sains kemudian kita
mencarinya dalam Al-Quran kerana mungkin barangkali fakta Sains tersebut
digunakan sebagai hujjah sesetengah saintis yang cuba memalingkan
petunjuk Allah ini daripada manusia dengan berkata, “Lihatlah, sains membuktikan Al-Quran telah tersalah dalam hal ini dan ini..!”
Hal ini dapat kita contohkan dengan isu beredarnya bumi mengelilingi
matahari sedangkan telah berkata ramai ulama’ tentang perihal beredarnya
matahari mengelilingi bumi. Hal ini mungkin terjadi kerana dua faktor
sahaja iaitu samada penafsiran para ulamak tidak menepati apa yang
sebenarnya dimaksudkan oleh Allah dalam Al-Quran sehingga membawa kepada
pergeseran antara fakta sains dan makna zahir Al-Quran atau fakta sains
yang dikemukan itu sendiri sebenarnya masih lagi tidak konkrit dan
perlu kepada lebih penelitian, pengkajian dan berkemungkinan besar
teknologi di abad ini masih lagi tidak mampu mencapai apa sebenarnya
sunnatullah tersebut.
Geocentric Theory (Bumi Pusat Dan Matahari Mengelilinginya) Vs Heliocentric Theory
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Dan
Dia-lah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarannya”
(Al-Anbiya’: 33).
Ibnu Abbas r.a berkata :”Berputar dalam satu garis edaran alat pemintal”.
قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“..Nabi Ibrahim berkata lagi: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur,
oleh itu terbitkanlah ia dari barat? Maka tercenganglah orang yang
kafir itu (lalu diam membisu). Dan (ingatlah), Allah tidak akan
memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim…”
(Al-Baqarah : 258)
وَتَرَى
الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ
وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ
مِنْهُ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ
الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
“…Dan
engkau akan melihat matahari ketika terbit, cenderung ke kanan dari gua
mereka dan apabila ia terbenam, meninggalkan mereka ke arah kiri,
sedang mereka berada dalam satu lapangan gua itu. Yang demikian ialah
dari tanda-tanda (yang membuktikan kekuasaan) Allah. Sesiapa yang diberi
hidayat petunjuk oleh Allah, maka dialah yang berjaya mencapai
kebahagiaan dan sesiapa yang disesatkanNya maka engkau tidak sekali-kali
akan beroleh sebarang penolong yang dapat menunjukkan (jalan yang
benar) kepadanya…”
(Al-Kahfi : 17)
Ayat
di atas menunjukkan bahawa Allah menjadikan yang condong dan menjauhi
adalah matahari, dan itu merupakan dalil bahawa pergerakan itu adalah
daripada matahari, kalau gerakan itu berasal dari bumi, maka niscaya
Allah akan mengatakan bahawa gua mereka condong darinya (matahari).
Begitu juga bahawa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari
menunjukkan bahawa dialah (matahari) yang berputar meskipun dilalah-nya
sedikit dibandingkan dengan dilalah firman-Nya yakni ”condong dan
menjauhi mereka”.
(Syeikh Soleh Al-Uthaimin, Majmu’ Fatawa Arkanil Islam, soal no: 16)
Ada dalam beberapa hadith Rasulullah SAW “seolah-olah”
memberikan isyarat bahawa mataharilah yang bergerak ke sana ke mari dan
berkemungkinan boleh menyokong fakta yang mengatakan bahawa matahari
mengelilingi bumi. Antara hadith-hadith yang masyhur dan sahih adalah :
وعن أبي ذر رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال يوماً : أتدرون أين تذهب هذه الشمس ؟ قالوا : الله ورسوله أعلم ، قال :إن هذه تجرى حتى تنتهي إلى مستقرها تحت العرش فتخر ساجدة ، فلا تزال كذلك حتى يقال لها : ارتفعي ، ارجعي من حيث جئت ، فترجع فتصبح طالعة من مطلعها ، ثم
تجري حتى تنتهي إلى مستقرها ، تحت العرش فتخر ساجدة ، ولاتزال كذلك حتى
يقال لها : ارتفعي ، ارجعي من حيث جئت ، فترجع ، فتصبح طالعة من مطلعها ،
ثم تجري لايستنكر الناس منها شيئاً ، حتى تنتهي إلى مستقرها ذاك تحت العرش ،
فيقال لها : ارتفعي ، أصبحي طالعة من مغربك ، فتصبح طالعة من مغربها ،
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أتدرون متى ذاكم ؟ حين لاينفع نفساً
إيمانها لم تكن آمنت من قبل أوكسبت في إيمانها خيراً
Dari
Abu Dzar r.a bahawa suatu hari Rasulullah SAW pernah bersabda :
"Tahukah kalian ke manakah matahari itu pergi?" Mreka berkata:"Allah dan
RasulNya lebih mengetahui," Beliau bersabda:"Sesungguhnya matahari itu berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah ‘Arsy,
lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan
kepadanya:"Bangunlah!Kembalilah seperti semula dari (tempat) mana yang
engkau datang." Maka diapun kembali dan terbit dari tempat terbitnya,
kemudian dia berjalan sedangkan manusia tidak menganggapnya aneh
sedikitpun darinya sehingga sampai ketempat peredarannya di bawah ‘arsy,
lalu dikatakan kepadanya:"Bangunlah!Terbitlah dari barat."Maka diapun
terbit dari barat." Rasulullah SAW bersabda:"Tahukah kalian mengapa hal
itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman seseorang
bagi dirinya sendiri yang dia belum beriman sebelum itu atau dia belum
mengusahakan kebaikan dalam masa keimannya…”
(Nampak
seakan pelik, namun hadith di atas telah dituliskan dan disahihkan
dalam sebilangan banyak ulama’ hadith antaranya adalah dalam
Al-Mustadrak Ala As-Sahihain dalam bab Al-Fitan, Al-Mu’jam Al-Ausath
dalam bab Al-Ain, Sahih Bukhari, Sahih Muslim dalam bab Al-Iman, dan
banyak lagi. Hadith ini berstatus sahih dengan jalur lafaz yang sedikit
berbeza)
Teori
ini telah dinukilkan dalam buku Ptolomeus (1140-1101 SM) namun hal ini
telah dibantah keras oleh Copernicus yang telah mengemukan satu lagi
teori baru yang sehingga kini diguna pakai. Teori yang dimaksudkan
adalah Heliocentric Theory. Kemunculan teori heliosentrik
ini adalah pada abad ke-18. Ibnu Sina, Ibn Haitham dan ramai juga
pakar-pakar Islam telah membuat bantahan keras terhadap teori geosentrik
ini. Orang yang mula-mula sekali menyatakan bumi mengelilingi matahari
adalah Aristachrus (310-230 BC). Ada juga yang berpendapat bahawa
Matahari dan bulan mengelilingi bumi dan semua planet lain mengelilingi
matahari dan tokoh yang mengemukakan teori ini adalah tokoh dari Denmark
Tycho Brahe (1546-1601). Galileo Galilei (1562-1642 (juga
pernah mengemukan teori heliosentrik vs geosentrik ini apabila
terpengaruh dengan Copernicus dan telah menulis sebuah buku yang
berjudul Dialogue of The Two Chief World System yang akhirnya menyebabkan beliau terhumban ke penjara. Namun,
ianya terserah kepada kajian demi kajian dan Allah sahajalah yang
mengetahui apa yang DIA ciptakan dan DIA-lah yang mengaturkan segalanya.
Yang benar itu pastinya dari Allah!
Maka
dengan ini wajib kita mengimaninya tanpa ragu setiap ayat-ayat Allah
dan juga hadith-hadith Rasulullah SAW. Perlu diingat juga, setiap
pendapat ulama’ semuanya berada antara dua sahaja, samada ia benar atau
boleh juga terjadi kegelinciran hingga menampakkan pergeseran antara
sunnatullah yang ada dengan Al-Quran itu sendiri. Walaubagaimana pun,
kajian lebih terperinci perlu dilakukan.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu kita fahami sebelum melanjutkan perbahasan ini :
1.Al-Quran bukanlah buku sains, perubatan, dan sebagainya dan ia adalah “Book of Signs” (Kitab Yang Menunjukkan Kebesaran Allah)
2.Al-Quran
dan hadith = 100% benar, dan hukum alam = 100% benar, namun, yang
silapnya adalah pada kajian-kajian manusia sekiranya tidak menepati 3
sumber di atas tadi.
3.Al-Quran
tidak bergantung kepada penemuan-penemuan baru bahkan semua kajian
saintifik yang bertepatan dengan Al-Quran hanyalah dengan kata lain
lebih menunjukkan keagungan Allah SWT.
4.Penemuan
Sains yang telah diperakui adalah membuktikan lagi Al-Quran itu benar
dan ia sama sekali tidak bergantung kepada Sains sedikit pun untuk
membuktikan kebenarannya.
5.Al-Quran diturunkan untuk manusia sebagai panduan hidup, bukan semata-mata dijadikan kajian!
6.Seharusnya kehadiran Al-Quran menjadikan manusia itu bertakwa dengan adanya petunjuk-petunjuk, tanda-tanda kebesarannya.
7.Tidak pernah ada sedikit pun kesilapan pada Al-Quran mahupun hadith-hadith Rasulullah SAW.
8.Al-Quran adalah mukjizat teragung yang tiada taranya.
Antara
penemuan-penemuan saintifik dalam Al-Quran yang telah terbuktikan
dengan fakta Sains adalah embryologi, geologi, anatomi haiwan (manusia),
hujan, dan sebagainya. Di antara perbahasan yang
dikemukakan oleh pelbagai saintis yang akhirnya terbukti Al-Quran dan
hadith itu benar adalah penemuan 360 sendi yang terdapat dalam tubuh
manusia.
روى الإمام أحمد في صحيحه عن أم المؤمنين السيدة عائشة رضي الله تعالى عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنه خلق كل إنسان من بني آدم على ستين وثلاث مائة مفصل فمن كبر الله وحمد الله وهلل الله وسبح الله واستغفر الله وعزل حجرا عن طريق الناس أو شوكة أو عظما عن طريق الناس وأمر بمعروف أو نهى عن منكر عدد تلك الستين والثلاث مائة السلامى فإنه يمشي يومئذ وقد زحزح نفسه عن النار
روى الإمام أحمد في صحيحه عن أم المؤمنين السيدة عائشة رضي الله تعالى عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إنه خلق كل إنسان من بني آدم على ستين وثلاث مائة مفصل فمن كبر الله وحمد الله وهلل الله وسبح الله واستغفر الله وعزل حجرا عن طريق الناس أو شوكة أو عظما عن طريق الناس وأمر بمعروف أو نهى عن منكر عدد تلك الستين والثلاث مائة السلامى فإنه يمشي يومئذ وقد زحزح نفسه عن النار
Imam Ahmad meriwayatkan dalam sahihnya bahawa dari ummul Mukminin Aisyah r.ha bahawa Rasulullah SAW pernah bersabda :
"Setiap anak Adam diciptakan memiliki 360 sendi,
maka barangsiapa yang mengagungkan Allah dengan takbir, memuji Allah
dengan hamdalah, menyatakan Ke-Esaan Allah dengan tahlil, mensucikan
Allah dengan tasbih, dan memohon ampunan Allah, dan menyingkirkan batu,
atau duri, atau tulang dari jalan yang dilalui orang, kemudian
menganjurkan perbuatan baik serta melarang perbuatan batil, sebanyak
tiga ratus enam puluh kali (360x), dijamin dia berhasil dijauhkan dari
api neraka….”
(HR Muslim, Nombor 2199)
Di
sini penulis akan memperincikan beberapa lagi penemuan-penemuan baru
berkaitan dengan fakta-fakta Sains yang secara tepatnya memenuhi
kehendak Al-Quran dan hadith dan diperakui oleh para saintis. Namun
perlu ditegaskan sekali lagi, Al-Quran tidak sama sekali bergantung
kepada semua ini untuk membuktikan kebenarannya bahkan semua inilah yang
bergantung kepada Al-Quran dan hadith.
Cop Jari Manusia Yang Berbeza-Beza
لا
أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ * وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ
اللَّوَّامَةِ * أَيَحْسَبُ الإِنسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ * بَلَى
قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ
“…Aku
bersumpah dengan hari kiamat; Dan Aku bersumpah dengan "Nafsul
Lawwaamah" (bahawa kamu akan dibangkitkan sesudah mati)! Patutkah
manusia (yang kafir) menyangka bahawa Kami tidak akan dapat mengumpulkan
tulang-tulangnya (dan menghidupkannya semula) bukan sebagaimana yang
disangka itu? Bahkan Kami berkuasa menyusun hujung jarinya (yang lebih halus)..”
(Al-Qiamah : 1-4)
Ayat
di atas jelas menunjukkan bahawa di hujung jari manusia ada sesuatu
yang sangat unik sehinggakan Allah SWT mampu menyusun semulanya dengan
rapi. Finger prints / cop jari manusia mula diciptakan
Allah pada bulan ke-4 dalam rahim ibu dan ianya berkekalan sehingga
akhir hayat manusia dan setiap manusia mempunyai cop jari yang
berbeza-beza dan hal ini dinyatakan oleh seorang saintis yang bernama
William Herschel pada tahun 1858. Maha Suci Allah atas kemampuan
mencipta segala sesuatu!
Madu dan Khasiatnya
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ*ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“…Dan
Tuhanmu memberi ilham kepada lebah: Hendaklah engkau membuat sarangmu
di gunung-ganang dan di pokok-pokok kayu dan juga di bangunan-bangunan
yang didirikan oleh manusia. Kemudian makanlah dari segala jenis
bunga-bungaan dan buah-buahan (yang engkau sukai), serta turutlah
jalan-jalan peraturan Tuhanmu yang diilhamkan dan dimudahkannya
kepadamu. (Dengan itu) akan keluarlah dari dalam badannya minuman (madu) yang berlainan warnanya, yang mengandungi penawar bagi manusia
(dari berbagai-bagai penyakit). Sesungguhnya pada yang demikian itu,
ada tanda (yang membuktikan kemurahan Allah) bagi orang-orang yang mahu
berfikir….”
(An-Nahl : 67-68)
Madu mempunyai lebih 80 bahan yang terdiri daripada gula vitamins dan 15 bahan gula yang terdiri daripada fructose, glucose, mineral, amino acids.
Antara khasiat madu adalah mengurangkan bengkak pada jangkitan kuman,
menyembuhkan luka-luka, mengurangkan jangkitan pada kornea mata,
mempercepatkan proses pertumbuhan sel-sel badan dan juga boleh digunakan
dalam ulcer perut kerana ia mengurangkan rembesan asid hidroklorik
dalam perut manusia serta terdapat ratusan lagi khasiat madu lebah
sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Quran فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ (yang
padanya mengandungi penawar bagi manusia). Baginda Rasulullah SAW juga
pernah memerintahkan seorang pemuda untuk minum madu tatkala beliau
mengadu kepada Baginda SAW tentang sakit perut yang dialaminya.
Siwak dan Khasiatnya
السواك مطهرة للفم مرضاة للرب
Berkata Rasulullah SAW : “..Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keredhaan bagi Rabb”.
(HR Ahmad, Irwaul Ghalil no 66)
لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بالسواك مع كل الصلاة
Berkata Rasulullah SAW : “..jika bukan kerana memberatkan ummatku, nescaya akanku perintahkan mereka bersiwak setiap kali (hendak) solat..”
(HR Al-Bukhari no,13458 dan dari Muslim 1/220 hadis 42 / 252)
لولا أن أشق على أمتي لأمرتهم بالسواك عند كل وضوء
“…Jika bukan kerana akan memberatkan umatku maka akan ku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali wudhu’..”
(HR Bukhari dan Muslim, Irwaul Ghalil no.70)
Dr. Salih Fauzan berkata: "..Hadith
ini menunjukkan dengan tegas bahawa bersiwak adalah sunnah pada setiap
kali akan berwudhu’. Hal itu dilakukan ketika sedang berkumur-kumur
kerana hal itu akan membantu mengharumkan dan membersihkan mulut..."
(Salih Fauzan, Al-Mulakhkhas Al-Fiqhi, m.s 30)
Bersiwak
merupakan sunnah Rasulullah SAW sebelum beliau berwudhuk dan tatkala
beliau hendak menunaikan solat hatta ketika beliau mulai masuk ke rumah
Baginda SAW. Hal ini disebut di dalam kitab Sahih Muslim dalam bab
At-Taharah dan Al-Irwa’ul Ghalil. Jika dilihat pada pesanan Rasulullah
SAW, maka dapat kita ketahui bahawa Rasulullah SAW ingin menyampaikan
satu mesej yang jelas betapa pentingnya bersiwak dan begitu banyaknya
khasiat bersiwak ini. Mari kita lihat beberapa kajian yang telah
dilakukan terhadap ekstrak kayu siwak ini.
Dalam kayu siwak ini, terdapat pelbagai jenis bahan yang berkhasiat antaranya adalah bahan perekat gam “adhesive”,
bahan penyuci, bahan pengawet, bahan pewangi, bahan hablur silika, dan
bahan yang mengandungi garam mineral termasuklah sejenis bahan yang
menyerupai penicillin yang berfungsi membunuh pertumbuhan mikrobacteria
dan parasit di dalam mulut manusia dan antaranya adalah Staphylococcus, Entamoeba Ginggivalis dan Trichomonas.
Kayu
siwak mengandungi juga bahan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium
Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine,
Salvadorine, Tannins dan lain-lain. Kebanyakan bahan-bahan ini berfungsi
untuk memutihkan, menguatkan dan membersihkan gigi. Pelbagai lagi
fungsi siwak ini yang tidak termampu penulis senaraikan.
Sehingga
di saat akhir hayat Baginda SAW, beliau masih lagi sempat bersiwak.
Kisah ini terakam dalam sebuah hadith yang masyhur iaitu :
عن
عائشة رصي الله عنها قالت: دخل عبد الرحمن بن أبي بكر على النبي صلى الله
عليه وسلم وأنا مسندته إلى صدري، ومع عبد الرحمن سواك رطب يستن به، فأبده
رسول الله صلى الله عليه وسلم، بصره فأخذت السواك فقضمته ونفضته وطيبته، ثم
دفعته إلى النبي صلى الله عليه وسلم فاستن به، فما رأيت رسول الله صلى
الله عليه وسلم استن استنانا قط أحسن منه فما عدا أن فرغ رسول الله صلى
الله عليه وسلم رفع يده أو إصبعه ثم قال: في الرفيق الأعلى، ثلاثاً، ثم قضى.
Dari ‘Aisyah r.anha berkata : Abdurrahman bin Abu Bakar menemui
Nabi SAW dan Nabi SAW bersandar di dadaku. Abdurrahman r.a membawa
siwak yang basah yang dia gunakan untuk bersiwak. Dan Rasulullah SAW
memandang siwak tersebut (dengan pandangan yang lama). Maka aku pun lalu
mengambil siwak itu dan menggigitnya lalu aku memperelokkannya kemudian
aku berikan siwak tersebut kepada Rasulullah, maka beliaupun bersiwak
dengannya. Dan tidaklah pernah aku melihat Rasulullah bersiwak yang
lebih baik dari itu. Dan setelah Rasulullah selesai dari bersiwak dia
pun mengangkat tangannya atau jarinya lalu berkata : فِي الرَّفِيْقِ الأَعْلَى Beliau mengatakannya tiga kali. Kemudian beliau wafat…”
(Dr.Wahbah Zuhaily, Fiqhul Islami wa Adillatuhu 1/300)
Sakit Pada Kulit
Kulit
merupakan organ terbesar pada tubuh manusia. Ia memainkan peranan yang
cukup penting kepada manusia. Dipercayai sejak dahulu kala bahawa kulit
akan menjadi sakit apabila terkena objek tajam, api dan sebagainya namun
manusia tidak mengetahui bahawa ada sejenis saraf yang terdapat pada
badan manusia yang memberikan rasa sakit ini. Saraf ini dipanggil
sebagai “nerve ending” dan ia terdapat pada kulit-kulit manusia.
إنَّ الذٌينّ كّفّرٍوا بٌآيّاتٌنّا سّوًفّ نصليهم نّارْا كٍلَّمّا نّضٌجّتً جلودهم بدلناهم جلوداَ غيرها ليذوقوا العّذّابّ إنَّ اللَّهّ كّانّ عّزٌيزْا حّكٌيمْا
“..Sesungguhnya
orang-orang yang kufur ingkar kepada ayat-ayat keterangan Kami, Kami
akan membakar mereka dalam api Neraka. Tiap-tiap kali kulit mereka masak hangus, Kami gantikan untuk mereka kulit yang lain supaya mereka dapat merasa azab sengsara itu dan (ingatlah) sesungguhnya Allah adalah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana…”
(An-Nisa’ : 58)
Dari
ayat di atas dapat kita fahami bahawa kulit manusia mempunyai saraf
yang mencetuskan rasa sakit dan apabila saraf ini terbakar hangus
bersama kulit, fungsinya akan hilang. Perkataan “masak hangus”
menunjukkan itu merupakan peringkat terakhir sakit pada kulit dan
kemudiannya rasa sakit itu akan hilang. Kemudian Allah akan
menggantikannya lagi sebagaimana fungsi asal dan membakarnya sehingga ke
peringkat ketiga dan mengulangi proses tersebut. Ini bermakna manusia
yang dibakar api neraka akan senantiasa merasa sakit. Sakit pada kulit
akibat terbakar ada 3 jenis iaitu :
1- Burns of first degree :
ini kebiasaannya terjadi apabila kulit terdedah dengan cahaya matahari
dan menyebabkan kulit menjadi merah, sakit dan membengkak. Jangka masa
kulit untuk kembali kepada asal memakan masa sekitar hanya 2 atau 3 hari
sahaja.
2- Burns of the second degree : ini kebiasaannya terjadi apabila dermis dan epidermis kulit terbakar. Peringkat ini merupakan peringkat yang paling sakit.
3- Burns of the third degree
: peringkat ini keseluruhan kulit manusia beserta saraf tersebut
terbakar dan hilang fungsinya. Pada peringkat ini, pesakit tidak akan
merasakan sebarang kesakitan kerana saraf tersebut telah terbakar
bersama kulit.
Susu Dalam Kantung Haiwan
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ
“…Dan
sesungguhnya pada binatang-binatang ternak itu, kamu beroleh pelajaran
yang mendatangkan iktibar. Kami beri minum kepada kamu daripada apa yang terbit dari dalam perutnya, yang lahir daripada antara hampas makanan dengan darah (iaitu) susu yang bersih, yang mudah diminum, lagi sedap rasanya bagi orang-orang yang meminumnya…”
(An-Nahlu : 66)
Peringkat Penciptaan Manusia
Hamm
and Leeuwenhoek merupakan manusia pertama yang menemukan spermatozoa
pada tahun 1677 yakni setelah 1000 tahun kewafatan Rasulullah SAW itupun
dengan menggunakan alat microskop yang canggih. Bagaimanakah
perbincangan yang sehebat ini (peringkat penciptaan manusia) boleh
disebutkan di dalam Al-Quran sedangkan di saat tiada teknologi yang
mampu membantu. Hanya satu jawapan sahaja yang mampu kita berikan iaitu ;
Al-Quran merupakan Kalam Allah yang tiada tandingannya! Hal ini telah
disahkan oleh Professor Emeritus Keith L. Moore setelah menghabiskan
kajiannya tentang hal ini, dan beliau ada mengungkapkan : “..It has
been a great pleasure for me to help clarify statements in the Quran
about human development. It is clear to me that these statements must
have come to Muhammad from God, because almost all of this knowledge was
not discovered until many centuries later. This proves to me that
Muhammad must have been a messenger of God.” Consequently, Professor Moore was asked the following question: “Does this mean that you believe that the Quran is the word of God?” He replied: “I find no difficulty in accepting this.”
Peringkat penciptaan manusia ada disebut dalam firman Allah yang berbunyi :
مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا*وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا
“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian….”
(Nuh : 13-14)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ*ثُمَّ
جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ*ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ
عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”
(Al-Mukminun : 12-14)
Syeikh Abdul Majid Az-Zindani pernah menyebutkan, “Kami
bertemu dengan seorang professor Amerika bernama Marshal Johnson. Kami
berkata kepadanya, “Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa manusia diciptakan
dalam beberapa tahap.” Dia menjawab, “ Jawapan saya adalah, hal ini hanya ada tiga kemungkinannya iaitu pertamanya bahawa Muhammad memiliki mikroskop raksasa yang membuatnya mampu mengkaji perkara-perkara ini. Keduanya adalah perkara itu terjadi secara kebetulan dan yang ketiga adalah Muhammad merupakan utusan dari sisi Allah….”
(Abdul Majid Zindani’s Tape – This Is The Truth on Marshal Johnson)
Jika
disoroti jawapan pertama, maka, dengan ini jawapannya adalah mustahil
dan tidak benar! Ini kerana pada waktu itu, manusia masih lagi belum
mengenali apa itu mikroskop. Teknologi mikroskop mula diciptakan pada 1590 oleh pembuat kaca mata Hans Jansen dan anaknya Sacharias Jansen, yang disahkan oleh beberapa penulis kemudiannya iaitu Pierre Borel 1620 - 1671 atau 1628 - 1689 dan Willem Boreel 1591 – 1668 yang kemudiannya ditingkatkan lagi oleh Galelio Galilei (1562-1642 . Pada tahun sebelumnya, 1021,kanta pembesar pertama yang telah dicipta adalah oleh Ibn al-Haitham yang dipanggil sebagai Alhazen dalam bukunya yang berjudul Book of Optics.
Maka lihatlah, sungguh jauh perbezaan antara bermula wahyu Allah
tentang penciptaan manusia diturunkan kepada Muhammad jika dibandingkan
dengan permulaan penciptaan mikroskop. Maka, hujjah pertama pastinya
tertolak.
Kedua,
sekiranya dikatakan ini adalah terjadi secara kebetulan, bagaimanakah
Muhammad SAW mampu mengungkapkan perkataan ini sedangkan beliau adalah
seorang ummi yang tidak tahu membaca juga menulis. Kalaulah dikatakan
kebetulan, dari manakah Muhammad SAW mengambil fakta ini? Yang pastinya,
beliau adalah seorang ummi dan beliaulah utusan Allah yang menyampaikan
wahyu-Nya dari lisan Rasul-Nya ini.
Tempat Terendah Di Bumi Adalah Laut Mati
Allah telah mengabarkan tempat yang paling rendah di permukaan bumi dalam Al-Qur'an. Allah SWt berfirman:
الم*غُلِبَتِ الرُّومُ*فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ
Alif Laam Miim. Bangsa Romawi telah dikalahkan di negeri yang terendah dan sesudah dikalahkan, mereka akan menang."
(Ar-Ruum : 1-3)
Pakar ilmu geologi telah membuktikan bahawa Laut Mati yang merupakan tempat pertempuran antara Bangsa Persia dan Bangsa Romawi pada tahun 624 M merupakan bagian bumi yang paling rendah secara mutlak. Di mana kerendahannya mencapai 417 m (1.349 kaki) di bawah permukaan laut. Laut Mati ini berada di antara Jordan, Syria dan Latitude/Longitudenya adalah 31°32′N 35°29′E. Hal ini telah dibuktikan oleh United States Geological Survey.
Perang antara bangsa romawi dan parsi ini telah dikupas dengan baik melalui tulisan “The Two Fifth-Century Wars Between Rome And Persia”
oleh Geoffrey Greatrex. Buku ini mengupas bagaimana terjadi perang
antara dua bangsa besar ini yang mana satu tempat utama peperangan ini
adalah di Laut Mati “Dead Sea”.
Al-Quran, Sains, Akhirat dan Kita!
Setelah
kita mendapat terdapat pelbagai penemuan-penemuan yang baru tentang
kajian sains yang mana telah disebutkan 1400 tahun yang lampau, maka,
dengan ini diharap setiap manusia yang membaca dan mengetahui perihal
ini akan lebih meningkat iman mereka dan menjadikan mereka manusia yang
lebih bertakwa. Bayangkan, semua kajian sains yang bertepatan dengan
Al-Quran telah pun diperakui dan berlaku di zaman ini, namun, apakah
kita pernah berfikir sejenak bahawa bagaimana pula dengan janji-janji
Allah tentang balasan syurga dan neraka, azab kubur dan lain-lain lagi.
Pastinya semua ini adalah benar! Semoga manusia lebih mendekati Allah
dengan cara berfikir, mengkaji dan mentadabbur alam ini dengan hikmah
dan bijaksana. Jadilah kita golongan yang disebut sebagai Ulul Albab!
Tiada ulasan:
Catat Ulasan