AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

Ahad, 19 Mei 2013

CIRI-CIRI PEMIMPIN,PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM ISLAM

بسم الله الرحمن الر حيم

إن الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمرانالآية: 102

Foto Saya
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

CIRI-CIRI PEMIMPIN DALAM ISLAM

Firman Allah swt, Al Anfaal: 27. Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu mengkhianati (amanah) Allah swt dan Rasul-Nya, dan (janganlah) kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan keatas kamu, sedang kamu mengetahui (salahnya).
Marilah kita bertakwa kepada Allah swt di mana sahaja kita berada dengan meningkatkan rasa takut kita kepada-Nya, semoga kita sentiasa dibawah jagaan-Nya.

Sekarang kita tahu bahwa pemimpin itu adalah pribadi-pribadi unggul yang memiliki dua karakter asasi yaitu al’ilm dan al quwwat. Maka saatnya kita membedah dua karakter tersebut.

1. AL ‘ILM

Yang dimaksud dengan al-‘ilm (ilmu dan hikmah) tidaklah hanya terbatas pada al-tsaqafah (wawasan). Wa wasan hanyalah sarana menuju ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah rasa takut kepada Allah. Karena itulah Allah berfirman,”Yang takut kepada Allah diantara para hamba-Nya hanyalah para ulama” (QS. Faathir: 28). Ibnu Mas’ud pun mengatakan,”Bukanlah ilmu itu dengan banyaknya riwayat, akan tetapi ilmu adalah rasa takut kepada Allah”.

Namun bagaimana rasa takut itu bisa muncul ? Tentu saja rasa itu muncul sesudah mengenal-Nya, mengenal keperkasaan-Nya, mengenal kepedihan siksa-Nya. Jadi ilmu itu tidak lain adalah ma’rifat kepada Allah. Dengan mengenal Allah, akan muncul integritas pribadi (al-‘adalat wa al-amanat) pada diri seseorang, yang biasa pula diistilahkan sebagai taqwa.

Jadi jelaslah, bahwa pemimpin organisasi da’wah adalah pribadi unggul yang “pembelajar”. Dalam bahasa Al Qur’an “ …kuunuu Robbaniyyiin bima kuntum tu’allimuunal kitaaba wabimaa kuntum tadrusuun (3:79)”. Pemahaman dan penguasaan aqidah, fikrah dan manhaj da’wah menjadi kewajiban dari karakter ini. Aspek manejemen dan kepemimpinan merupakan tuntutan tak terelakkan. Selebihnya ikhwah fillah kita bahas lebih dalam dalam karakter kedua yaitu al quwwat.

2. AL QUWWAT

Mihwar muassasi yang merupakan tangga menuju mihwar dauli, menuntut aktifis da’wah terutama para pemimpinnya untuk lebih serius melakukan “wa’aidduu lahum mas tatha’tum min Quwwat”, guna meningkatkan kualitasnya menjadi rijalud(qiyadah) da’wah, rijalul(qiyadah) ummah wa rijalud(qiyadah) daulah.

Nah menurut saya, ada 5 komponen dominan Al Quwwat yang saya sebut “Asasul khamsah/ the big five”yang bisa mengantarkan pemimpin organisasi da’wah menjadi GREAT LEADER (qiyadatud da’wah-qiyadatul ummah- qiyadatud daulah). 5 komponen dominan tersebut adalah :

2.a. Visioner

Ciri utama pemimpin visioner adalah keteguhannya dalam memegang prinsip (nilai-nilai imani) menjadikannya mampu melihat dengan tajam “big picture”, mampu memvisualisasikannya pada diri dan seluruh pengikutnya. Contoh spektakuler adalah keputusan Rasul untuk menerima perjanjian Hudaibiyah, Abu Bakar mengumpulkan Al Qur’an, dll. Sedangkan terhadap hal yang murunah (flexible secara syar’i) pemimpin visioner sangat “openness to experience”

CARA BERPIKIR TERBUKA, CENDERUNG…

Imaginatif dan kreatif Lebih menyukai hal-hal baru (novelty) dan keragaman (variety)
Banyak pilihan dan minat Mengutamakan hal-hal baru yang original Sangat menghargai emosi
Cenderung fleksibel

CARA BERPIKIR “MUSEUM”, CENDERUNG…

Fokus pada “sekarang” dan “disini”, hal yang kasat mata Lebih menyukai hal-hal yang rutin dan mekanistik Sedikit pilihan dan minat Menyukai hal-hal konvensional Tidak anggap penting emosi Cenderung dogmatik

2.b. Pemberani/ Enthusiasm/keterbukaan hati dan telinga (Courageness)

Pemimpin da’wah bekerja selalu dengan hati, terus melakukan terobosan-terobosan baru (inisiatif), dan berani mengambil resiko (risk taker). Contoh praktis pada fase sekarang adalah ; pengembangan organisasi, revitalisasi fungsi lembaga secara serius dan berkelanjutan serta dipastikan benar-benar sampai bawah berjalan semua prosesnya, penerapan ‘semacam penyaringan’ untuk calon-calon pemimpin baru. Demikian pula untuk yang ‘sudah terlanjur’ jadi pemimpin namun belum memenuhi kualifikasi diwajibkan untuk mengikuti pelatihan dengan sangat serius dan dipantau perkembangannya. Ciri lain bisa kita lihat pada bagan dibawah ini;

KETERBUKAAN HATI TINGGI, CENDERUNG…

terpola, metodologis terorganisir, tertata ( secara bertahap) menghargai waktu, tepat
dapat diandalkan disiplin tinggi ada dorongan/ motivasi kuat persistensi bergerak otomatis (self motivated)

KETERBUKAAN HATI RENDAH, CENDERUNG…

spontan, random tak terorganisir, kacau terlambat , tidak tepat waktu kurang bertanggung jawab semaunya tidak berambisi menunda-nunda, mengabaikan tugas harus didorong-dorong

2.c. Ats- Tsiqah/ Extrovertness (Keterbukaan terhadap orang Lain)

Karakter ini sangat penting, sebagaimana disebutkan oleh Allah SWT. Dalam al Qur’an : “… aziizun ‘alaihi maa ‘anittum hariitsun ‘alaikum bil mu’miniina rouufur rohiim.” (QS. 9:128). Qiyadah da’wah memiliki pengaruh yang kuat, disebabkan karena kepeduliannya pada a’dho dan semua orang. Ia cukup peka terhadap setiap kesulitan a’dho’nya dan berempati pada mereka. Ia bekerja dengan hati dan penuh percaya diri.

Pemimpin yang berkarakter seperti ini akan selalu membangun paradigma KESALINGTERGANTUNGAN, yaitu; -. Dalam prinsip kepemimpinan antar pribadi – BERPIKIR MENANG/MENANG

-. Dalam prinsip komunikasi empatiknya – BERUSAHA MAU MENGERTI DULU BARU DIMENGERTI

-. Dalam prinsip kerjasama kreatifnya – WUJUDKAN SINERG

KETERBUKAAN TINGGI, CENDERUNG…

senang berkawan, bekerja dalam tim,senang mendatangi,lugas,mengukir ‘kesenangan’,tertantang dengan emosi positif,berenergi, bergairah,aktif dalasenang berkawan, bekerja dalam tim senang mendatangi tugas mengukir ‘kesenangan’m pembicaraan percaya orang lain percaya diri, penuh keberanian

KETERBUKAAN RENDAH, CENDERUNG…

senang menyendiri enggan mendatangi orang menjadi sangat pribadi bukan pengukir’kesenangan’datar, kurang “menggigit” ritme “santai” pasif, diam curiga pada orang lain takut berlebihan 

2.d. Al Wafa’/ Keterbukaan Terhadap kesepakatan (Agreeableness)

Pembaharuan, pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan sekian banyak kesepakatan-kesepakatan, keputusan-keputusan. Disinilah tanggung jawab pemimpin dipertaruhkan “… wakullukum mas’uulun ‘an Ra’iyyatihi…”. Pemimpin bertanggung jawab besar untuk mengawal dan memastikan diri berkomitmen tinggi untuk merealisasikannya, demikian pula pemimpin-pemimpin dibawahnya (kabid, kadep, kadiv, kabag, kabiro, dll.).

KETERBUKAAN TINGGI, CENDERUNG…

komitmen dengan kesepakatan-kesepakatan mempercayai mau melimpahkan wewenang kooperatif suka memberi, bersahabat mau menerima siap berkorban

KETERBUKAAN RENDAH, CENDERUNG…

mengabaikan kesepakatan skeptis ( ragu-ragu) arogan enggan bekerja sama menolak/ kasar agresif menghindar/ enggan berkorban

2.e. Istiqamah/ Kegigihan terhadap tekanan-tekanan

Salah satu unsur terpenting dalam organisasi da’wah adalah Istimrariyatut Tarbiyyah. Tarbiyah ini bagaikan ibu bagi organisasi da’wah yang akan melahirkan futuhat di bidang-bidang yang lainnya. Tarbiyahlah yang melahirkan futuhat di bidang siyasi ( legislatif ataupun eksekutif, di berbagai tingkatannya), futuhat di bidang sosial, dll. Karakter pemimpin yang paling dibutuhkan untuk menjaga istimrariyatut tarbiyah ini adalah Istiqamah/ Kegigihan terhadap berbagai tekanan, misalnya dominasi/tekanan politik, dominasi/ tekanan ekonomi, social, dll. Ciri-ciri pemimpin yang berkarakter seperti ini adalah;

KEGIGIHAN TINGGI

kalem, kenyal ,tidak takut, tidak emosional, terkendali resisten terhadap godaan
tidak mudah cemas

KEGIGIHAN RENDAH

mudah bersedih pencemas, gelisah, mudah marah, tak terkendali ekspresif
mudah tergoda(impulsif) sering nerveous

Dengan karakter ini, dalam fase apapun, mihwar apapun, di bawah tekanan dan acaman seperti apapun niscaya pemimpin organisasi da’wah tetap mampu mengawal ummat dengan da’wah sampai pada tujuan asasinya dengan tetap pada relnya yaitu mardhatillah/ ridha Allah swt( lillah-ma’alloh-ilalloh).

Peranan Dan Tanggungjawab Pemimpin Dalam Islam

Firman Allah swt, Al Anfaal: 27. Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu mengkhianati (amanah) Allah swt dan Rasul-Nya, dan (janganlah) kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan keatas kamu, sedang kamu mengetahui (salahnya).

Ikhwan muslimin, hari ini ramai orang yang ghairah untuk menjadi pemimpin tanpa melihat dan mengukur kelayakan diri sendiri, sedangkan jawatan pemimpin itu satu amanah dan tanggungjawab. Mereka meminta menjadi pemimpin dalam berbagai jawatan dalam sektor awam atau swasta, sehingga  meminta menjadi wakil rakyat dan menteri. Demi untuk memperolehi sesuatu jawatan ada kemungkinan mereka akan melakukan apa saja dan bersedia menghalalkan cara walaupun dengan melakukan jenayah dan perkara-perkara yang ditegah oleh syarak seperti rasuah, mencaci, mengumpat, menipu dan sebagainya.
Memimpin adalah amanah dan tanggungjawab yang akan dipersoalkan di akhirat nanti. Amanah dan tanggungjawab ini tidak akan terlaksana tanpa adanya pemimpin yang berwibawa memeliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang tertentu, sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya, mengajak manusia mengabdikan diri sesungguhnya kepada Allah swt, melalui kerja-kerja memakmurkan bumi Allah swt, melakukan islah, menegakkan kebenaran, mengujudkan keamanan, keharmonian dan kesejahteraan dalam masyarakat dan negara.
Berdasarkan amanah dan tanggungjawab seorang pemimpin, maka orang yang lemah dan tidak memiliki kelayakan tidak boleh menjadi pemimpin. Oleh itu melantik seorang pemimpin atau pegawai yang tidak memeliki kelayakan kepada sesuatu jawatan sedangkan masih ada orang yang lebih layak kepada jawatan tersebut, merupakan suatu pengkhianatan besar kepada Allah swt dan Rasulullah saw. Dan sangat bertentangan dengan ajaran syariat Islam kerana akibat dari perbuatan itu, masyarakat dan negara akan musnah dan tergadai serta diangkat keberkatannya.
Sabda Rasulullulah saw; ‘Apabila disandarkan pekerjaan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat (saat kehancuran)’.
Sabda Rasulullulah saw lagi; ‘Barang siapa melantik seseorang sebagai pemimpin/pegawai di dalam sebuah kumpulannya sedangkan masih ada di kalangan mereka orang yang lebih layak, orang yang lebih disukai Allah swt daripadanya maka sesungguhnya dia telah mengkhianati Allah swt dan Rasul-Nya dan mengkhianati orang-orang yang beriman’.
Demi menjaga kepentingan umat dan negara, demi menjaga pengaruh keduniaan agar tidak meresab masuk ke dalam jiwa pemimpin, Rasulullah saw melarang meminta sesuatu jawatan di dalam pemerintahan, apa lagi merebut tanpa kelayakan dan persedi aan yang mencukupi. Sabda Rasulullulah saw yang bermaksud; ’Kami demi Allah, tidak akan melantik ke jawatan pemerintahan ini, orang yang memohonnya dan juga orang yang sangat-sangat berkeinginan untuk mendapatkannya’.
Sifat loba dan sifat tamak dan menginginkan jawatan akan mendorong seseorang untuk berbuat zalim dan dosa demi untuk mendapatkannya. Apabila sudah dapat berjawatan maka akan dipergunakannya untuk kepentingan-kepentin gan dirinya. Adapun orang yang diberikan jawatan berdasarkan kelayakkan, sedangkan ia tidak mengingin kan jawatan itu, maka Allah swt akan memberikan pertolongan dan taufik kepadanya di dalam menjalankan tanggungjawabnya sebagai seorang pemimpin yang merupakan amanah daripada Allah swt.
Orang yang menginginkan jawatan kerana mengejar pangkat, mencari pengaruh, mengumpul harta kekayaan, kemewahan duniawi semata-mata, sangat terdedah kepada melakukan sebarang penyelewengan, pengkhianatan dan penipuan semasa menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Kepada mereka ini diingatkan bahawa pengkhianatan dan penipuan yang dilakukan oleh seorang pemimpin sangat besar kesan dan akibatnya keatas diri, keluarga, rakyat dan negara. Diatas perbuatannya itu ia akan menanggung kesusahan hidup di dunia dan di akhirat dan dia akan menyesal kerana disiksa oleh Allah swt di dalam Neraka jahanam nanti.
Sabda Rasulullulah saw yang bermaksud; ‘Tiadalah seorang hamba Allah swt yang diberi tugas pemimpin untuk memimpin rakyat kemudian dia mati di hari kematiannya dalam keadaan dia menipu rakyatnya melainkan Allah swt mengharamkannya dari memasuki syurga’. (Hadis Muttafaq’alaih)
Seorang pemimpin hendaklah menjalankan tugas dengan jujur, tidak boleh melarikan diri dari menjalankan tanggungjawabnya. Kalau dia seorang pemimpin rakyat, maka dia harus turun ke medan menemui rakyat dan menyelesaikan permasalahan mereka. Rakyat hendaklah dilayani dengan adil dan saksama.
Sabda Rasulullulah saw yang bermaksud; ’Sesiapa yang diberi Allah swt kuasa untuk menguruskan sesuatu urusan kaum Muslimin, tetapi dia berlindung tidak menunaikan keperluan mereka atau menghiraukan kemiskinan mereka, nescaya Allah swt berlindung Diri tidak melayani hajat dan permintaannya’. (Hadis Sahih)
Ikhwan muslimin, sudah menjadi hak masyarakat untuk dididik dan dibantu oleh pemimpin begitu juga menasihati dan menegur mana-mana pemimpin yang terlanjur dengan cara berkhikmah kerana Islam adalah agama ‘al-nasihah’; nasihah kerana Allah, berpandukan kitabnya dan Rasulnya untuk memimpin kaum Muslimin dan sekalian rakyatnya. Masyarakat dan rakyat hendaklah mentaati pemimpin dalam perkara-perkara kebaikan dan kebajikan dan hendaklah bersedia membantu dalam melaksanakan program-program pembangunan dan kebajikan.
Penyalahgunaan kuasa oleh pemimpin adalah merupakan satu kezaliman yang sangat besar bahayanya, demikian juga menyalahgunaan kekayaan negara dan harta rakyat. Pemimpin atau pegawai yang terlibat dengan mengurus harta kerajaan tidak boleh menggunakan harta kerajaan atau makan harta kerajaan dengan cara yang tidak benar dari segi syariat Islam dan melanggar peraturan. Apapun harta yang di sampaikan kepadanya, hendaklah ia menyerahkan kepada perbendaharaan atau Baitulmal milik kaum muslimin, jangan ada sedikitpun yang dijadikan milik peribadi.
Rasulullulah saw bersabda yang bermaksud; ‘Barang siapa di antara kamu yang kami tugaskan untuk memimpin, lalu dia menyembunyikan harta walaupun sebesar jarum atau lebih kecil dari itu, maka pada hari kiamat nanti dia akan datang membawanya sebagai  seorang pengkhianat’.
Seorang pemimpin hendaklah sentiasa peka dan berwaspada terhadap perbagai manusia yang keluar masuk kepadanya dan yang ada di sekelilingnya, lantaran itu hendaklah ia mengambil penasihat-penasihat dari kalangan orang-orang yang baik-baik, ikhlas lagi dipercayai dari kalangan ulamak dan orang yang bijak pandai.
Rasulullulah saw pernah mengingatkan kita dengan sabdanya, bermaksud; ‘Tidak ada seorang nabi diutuskan Allah dan tidak ada pula seorang pemimpin yang diangkat kecuali mereka mempunyai dua jenis teman rapat; teman rapat yang menyuruhnya dan yang mendorongnya berbuat kebaikan dan selalu mendorongnya untuk berbuat baik sedangkan teman yang satu lagi menyuruhnya membuat kejahatan serta mendorongnya berbuat kejahatan. Orang yang terpelihara sebenarnya ialah orang yang mendapat jagaan dan pemeliharaan daripada Allah swt.’ (Sahih Bukhari)
Jalan yang selamat ialah sentiasa berhati-hati, tidak terburu-buru membuat keputusan atau tindakan tanpa bermesyuarah terlebih dahulu. Seorang pemimpin hendaklah bersikap jujur dan mesra dengan masyarakat atau orang bawahannya serta memberi layanan yang adil kepada semua tanpa memilih kasih.
Pemimpin yang baik ialah pemimpin yang disayangi oleh rakyat atau orang bawahannya. Oleh itu seorang pemimpin hendaklah memupuk kesetiaan masyarakat kepada kepimpinannya dan jangan melakukan sesuatu yang melemahkan kepercayaan mereka dan kesetiaan mereka. Ingatlah sabda Rasulullulah saw; kepada Abu Dzar ra ketika ia meminta dilantik menjadi pegawai Rasulullulah saw, Rasulullulah saw menepuk bahunya serta bersabda; ‘Hai Abu Dzar kamu seorang yang lemah sedangkan jawatan itu adalah satu amanah (tanggungjawab) yang kelak di hari kiamat menjadi hina dan menyesal kecuali orang yang mengambilnya dengan hak dan menunaikan kewajipannya’.
Was’salam mualaikum wrt. Wallah A’lam.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan