AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

Jumaat, 23 Ogos 2013

Hukum Bermakmum dengan Imam Shalat Syiah

Bermakmum dengan Imam Shalat Syiah

 

بسم الله الرحمن الر حيم

إن الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمرانالآية: 102

OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
Pertanyaan:
Apa hukumnya shalat di belakang imam yang bermadzhab syi’ah, Sedangkan dalam kesehariannya orang tersebut tidak shalat di masjid juga tidak Shalat Jum’at. Saya juga mendengar ia mencaci maki dan memusuhi para sahabat Rasulullah SAW, apakah saya termasuk dalam golongan yang dikatakan oleh Rasulullah SAW: “Tidak masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahmi.” Bagaimana hukumnya apabila saya memutuskan hubungan dengannya?
ما حكم الصلاة خلف إمام شيعي، يترك الصلاة في المساجد وصلاة الجمعة أيضا وسمعته يسب ويعادي كبار الصحابة ، وهل ادخل ضمن من قال الحبيب المصطفي صلوات الله عليه ( لا يدخل الجنة قاطع رحم ) إذا قاطعته ؟
Jawaban:
Meninggalkan Shalat Jum’at bagi yang memenuhi kriteria wajib jum’at, yaitu: muslim, baligh, berakal, mampu hadir ke tempat dilaksanakannya Shalat Jum’at, mukim, bukan musafir dan laki-laki, adalah termasuk dosa paling besar dari sekian banyak dosa besar. Telah disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis:
 من ترك ثلاث جمع متوالية تهاوناً بها طبع الله على قلبه بطابع النفاق
“Barangsiapa yang meninggalkan tiga kali Shalat Jum ‘at berturut-turut karena meremehkannya (tanpa udzur) niscaya Allah mencap hatinya dengan sifat munafik “
Melakukan hal tersebut termasuk kefasikan, na’uzubillah, begitu juga mencaci-maki para sahabat, mereka adalah generasi yang terbaik. Sementara telah disebutkan dalam hadis shahih bahwa mencaci-maki seorang muslim adalah suatu kefasikan, muslim manapun mencaci-makinya menjadi fasik. Bagaimana mencaci-maki muslimin terbaik? Apalagi mencaci-maki para pembesar dari golongan generasi pertama (para sahabat Rasulullah) yang telah di istimewakan oleh Allah menjadi generasi awal, berhijrah bersama Rasulullah SAW dan membela beliau. Allah telah berfirman:
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (Surat At-Taubah ayat: 100).
Allah memerintahkan kita untuk mengikuti mereka dan Allah menjanjikan kepada orang yang mengikuti mereka dengan baik akan bersama mereka dan mendapatkan keridhaan serta masuk ke dalam surgaNya, Maka wajib bagi kita mencegah orang Adapun dari segi memutuskan hubungan, manakala ada manfaatnya atau meggugah kesadarannya, maka boleh saja memutuskannya, dengan catatan bukan karena faktor hawa nafsu atau urusan dunia tetapi marah karena Allah. Namun, jika ada harapan untuk menyelamatkannya dari jurang itu dengan cara menjalin hubungan persaudaraan dengannya, maka itulah yang harus dilakukan dan itu lebih bagus. Anda harus melihat perkara tersebut dari segala sisi dan mintalah petunjuk serta bersungguh-sungguhlah kepada Allah dalam masalah itu.
Jika pelaku perbuatan haram termasuk orang yang tidak mengingkari yang “Ma’lum minaddiin bidzdzarurah” (perkara agama yang umum diketahui) maka dibolehkan menjadi makmumnya, tapi mencari seorang imam yang lebih mendekati keshalehan dan sifat istiqamah lebih utama dan lebih bagus. Disebutkan dalam hadis: “Shalatlah kalian di belakang orang yang baik dan yang tidak baik.” Hanya saja shalat di belakang orang yang lebih bertaqwa dan lebih shaleh, lebih afdhal dan lebih bagus. Sebagaimana makna yang terkandung dalam hadits:“Imam adalah seorang penjamin”, tidaklah seorang menjadi penjamin melainkan ia memiliki kekuatan, kedudukan dan pangkat.
Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda untuk selalu istiqamah di jalan lurus yang diwariskan oleh Rasulullah SAW, para sahabat, ahli bait dan orang-orang terbaik dari umatnya dari abad ke abad dan generasi ke generasi. Semoga Allah menjauhkan Anda dari segala musibah seperti membuat bid’ah dalam agama dan lancang terhadap para pembesar dari kalangan mukminin dan generasi terbaik dari hamba-hamba Allah.
Semoga Allah teguhkan kaki Anda di jalan yang baik untuk menyelamatkan orang yang teijerumus di jurang kelalaian dan tipuan yang di propagandakan oleh berbagai macam kelompok yang mengajak untuk mencaci, mencela, berpecah belah, berseteru, menggunjing dan mengadu domba serta melakukan kerusakan-kerusakan lainnya.
ترك صلاة الجمعة ممن وجبت عليه وهو المسلم البالغ العاقل الذي يقدر على الحضور إلى الجمعة المقيم غير المسافر الذكر، فمن اجتمعت فيه هذه الشروط فتركه للجمعة من أكبر الكبائر، وقد جاء عنه صلى الله عليه وسلم ( من ترك ثلاث جمع متوالية تهاوناً بها طبع الله على قلبه بطابع النفاق )، فقصد ذلك من الفسوق والعياذ بالله تبارك وتعالى، وكذلك سب أصحاب المصطفى عليه الصلاة والسلام فهم خيار الأمة، كيف وقد صح في الحديث عن نبينا أن سباب المسلم فسوق، فأي مسلم يكون سبابه فسوقاً، فكيف بخيار المسلمين؟ فكيف بقمتهم من الرعيل الأول الذين اختصهم الله بالسبق والهجرة مع رسول الله والنصرة له؟ قال تعالى: ( والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان )، فأمرنا تعالى أن نتبعهم ووعد من اتبعهم بإحسان أن يكون معهم حائزاً للرضى ودخول الجنة ( والذين اتبعوهم بإحسان رضي الله عنهم ورضوا عنه وأعد لهم جنات تجري تحتها الأنهار )، فيجب زجر فاعل ذلك المتأخر عن صلاة الجمعة والساب للصحابة ولغيرهم من المسلمين بكل ما أمكن زجره به، وإنكار ذلك عليه وعدم الإصغاء إليه، والفكر في تخليصه من ذلك السوء الذي أصابه.
وأما من جهة المقاطعة، فإن كانت تثمر أو تفيد بشيء من المنافع فلا شيء فيها مهما لم تكن لهوى نفس ولا لشيء من شؤون الدنيا؛ ولكن غضباً لله تبارك وتعالى.
ولكن إن كان يمكن التوصل إلى إنقاذ ذلك الشخص القريب من تلك الهوة بشيء من التواصل بأي وجه فهو المتعين وهو الأولى، فينبغي أن تراعى الأمور من جوانبها وأن يعامَل الحق تبارك وتعالى في تلك القضايا.
ثم إن فاعل المحرمات ممن لم ينكر معلوماً من الدين بالضرورة تجوز الصلاة خلفه، إلا أن طلب الإمام الأقرب إلى الصلاح والاستقامة أفضل وأولى بالإنسان، فقد جاء: ( صلوا خلف كل بر وفاجر )، وإنما الصلاة خلف الأتقى والأقرب إلى الصلاح أولى وأفضل، كما يفيده حديث: ( الإمام ضامن )، وإنما يكون الضامن ذا مكانة ورتبة ومنزلة.
وفقك الله للاستقامة على المنهج السوي الموروث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم وصحابته وأهل بيته وخيار أمته قرناً بعد قرن وجيلاً بعد جيل، وجنبك مصائب الابتداع في الدين والتجري على أكابر المؤمنين وخلاصة عباد الله الصالحين، وثبت قدمك على حسن الإنقاذ لمن وقع في ورطات الغفلات والبعد والاغترارات لما يروج من قبل مختلف الفئات الداعية إلى السباب والشتائم والتفرق والنزاع والغيبة والنميمة وغير ذلك من أوجه الفساد، وبالله التوفيق
Hukum Bermakmum dengan Imam Syi’ah dalam Sholat

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa sholat dibelakang seorang pelaku bid’ah masih menjadi masalah yang diperselisihkan dan perlu perincian. Apabila anda tidak mendapatkan seorang imam pun selainnya seperti pada sholat jum’at yang tidak bisa dilaksanakan kecuali di satu tempat atau seperti sholat di kedua hari raya.. hal itu bisa dilakukan dibelakang imam yang berprilaku baik dan buruk sebagaimana kesepakatan para ulama Ahluss Sunnah Wal Jama’ah.
Sholat-sholat tersebut tidak boleh dilakukan dibelakang ahli bid’ah seperti Rafidhah dan yang lainnya dari golongan orang-orang yang tidak melihat adanya sholat jum’at dan jama’ah apabila tidak ada di kampung itu kecuali satu masjid. Sholatnya dibelakang imam yang buruk lebih baik daripada sholat di rumahnya sendirian karena hal ini akan menjadikannya meninggalkan berjama’ah secara mutlak.
Adapun apabila memungkinkan baginya untuk sholat dibelakang imam yang bukan pelaku bid’ah maka hal itu lebih baik dan lebih utama tanpa suatu keraguan, akan tetapi jika dia sholat dibelakangnya maka terdapat perselisihan terhadap sholat yang dilakukannya. Madzhab Syafi’i dan Abu Hanifah mengatakan sah sholatnya. Adapun Malik dan Ahmad didalam madzhab mereka berdua terdapat perselisihan.
Dan hukum ini adalah pada bid’ah menyalahi Al Qura’an dan Sunnah seperti bid’ah Rafidhah, Jahmiyah dan yang lainnya. (Majmu’ Fatawa juz XXIII hal 355)
DR. Wahbah mengatakan bahwa seorang pelaku bid’ah adalah orang yang meyakini sesuatu yang bertentangan dengan hal-hal yang ma’ruf dari Rasulullah saw dan mendurhakainya akan tetapi semacam syubhat seperti basuhan seorang syi’ah terhadap kedua kakinya (saat berwudhu) dan pengingkaran mereka terhadap pengusapan terompah dan lain-lain.
Yang perlu diperhatikan bahwa setiap yang termasuk dalam ahli kiblat kita (kiblatnya sama dengan kiblat kita) maka tidaklah dikafirkan hanya karena perbuatan bid’ah yang jelas-jelas syubhatnya bahkan terhadap kaum khawarij yang menghalalkan darah dan harta kita serta mencerca Rasulullah saw, mengingkari sifat Allah swt dan membolehkan melihat-Nya dikarenakan ta’wil dan syubhatnya. Dalilnya adalah diterimanya kesaksian mereka.
Namun apabila seorang pembuat bid’ah mengingkari bagian-bagian agama yang prinsip (aksioma) maka ia telah kufur, seperti orang yang mengatakan bahwa Allah memiliki tubuh seperti halnya tubuh-tubuh yang lain, mengingkari sahabat Rasulullah saw yang di dalamnya terdapat kebohongan terhadap firman Allah swt
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ
Artinya : “Dia (Rasulullah saw) berkata kepada temannya (sahabat).” (QS. At Taubah : 40) maka tidak sah sholat dibelakangnya. (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz II hal 1206)
Apabila seorang sunni meyakini bahwa sifat sholat imam syi’ah tidaklah berbeda dengan sifat sholatnya baik zhuhur, ashar, maghrib maupun yang lainnya, mengerjakan sholatnya dalam keadaan suci serta tidak ada kemaksiatan didalamnya maka boleh baginya bermakmum dengannya karena mereka adalah bagian dari kaum muslimin.
Sebaliknya dengan yang anda dapati saat sholat jumat berjama’ah dengan mereka, yaitu terdapat beberapa perbedaan didalam berwudhu untuk sholatnya maupun didalam sholatnya sendiri meskipun sebagian yang anda sebutkan tidaklah masuk dalam perkara yang diwajibkan oleh para ulama sunni, seperti bersedekap ataupun menengok ke kanan maupun kekiri saat salam.
Namun ada baiknya, selain perbedaan diatas anda juga mencoba untuk mengetahui tentang keyakinan mereka terhadap prinsip-prinsip islam, seperti keyakinannya terhadap sahabat Ali bin Abi Thalib, para sahabat Rasul saw maupun prinsip-prinsip lainnya.
Apabila ternyata anda mendapati adanya penyimpangan dalam diri imam tersebut maka anda tidak boleh sholat di belakangnya, termasuk sholat jum’at. Untuk selanjutnya anda berusaha mencari masjid lain menyelenggarakan sholat jum’at bagi orang-orang sunni atau yang sholatnya tidak berbeda dengan sholat orang-orang sunni.
Namun apabila masjid yang demikian juga tidak didapat, terlalu jauh jaraknya dari tempat tinggal anda atau sulit dijangkau maka dibolehkan bagi anda untuk melakukan sholat jum’at di rumah walaupun hanya dengan 5 orang, sebagaimana pendapat Abu Hanifah dan Muhammad bahwa sholat jum’at bisa dilakukan minimal oleh tiga orang selain imam, walaupun mereka orang yang musafir atau orang sakit.

فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ
Artinya : “Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah.” (QS. Al Jumu’ah : 9)
Akan tetapi jika anda meyakini bahwa tidak ada penyimpangan keyakinan didalam diri imam tersebut terhadap prinsip-prinsip islam atau anda tidak mengetahuinya dan anda juga melihat bahwa hal-hal yang tidak dilakukan oleh imam itu didalam sholatnya adalah bukan termasuk didalam rukun-rukun sholat maka anda dibolehkan bermakmum dengannya didalam setiap sholat termasuk sholat jum’at karena pada asalnya ia tetap termasuk dalam kelompok umat islam.
Kemudian gerakan-gerakan sholat anda tetaplah seperti yang anda yakini dalam sunnah-sunnah sholat meskipun ada beberapa hal yang berbeda dengan yang dilakukan imam tersebut.

 Semoga bermanfaat untuk kita semua Agar dapat menguatkan Ajaran kita yakni Ahli Sunnah Waljamaah Yang kita Yakini khatta dapat merobek hujah-hujah para pendakwah Syi'ah yang sesat lagi menyesatkan.

Wallahu A’lam

Tiada ulasan:

Catat Ulasan