KITAB URAIAN KEAJATBAN HATI.
(Yaitu: Kitab Pertama Dari Rubu' "Yang Membinasakan").
Segala
pujian bagi Allah, yang heranlah segala hati dan segala gurisan hati,
tiada sanggup mengetahui dengan mendalam akan keagunganNya. Dan merasa
dahsyatlah segala mata dan pandangan tentang dasar-dasar kecemerlangan
NurNya, la Yang Melihat segala rahasia yang tersembunyi, la Yang
Mengetahui segala kandungan jiwa yang tertutup, la Yang Tidak Memerlukan
kepada perundingan dan pertolongan pada mengatur keraja anNya, la Yang
Membalik-balikkan semua hati, la Yang Mengampunkan segala dosa, la Yang
Menutup semua kekurangan. Dan la Yang Mela- pangkan segala kesempitan.
Rahmat
kepada penghulu rasul-rasul, yang mengumpulkan yang bercerai- berai dari
Agama dan yang memotong pembelakangan orang-orang yang ingkar. Dan
kepada keluarganya yang baik dan suci. Dan anugerahilah ki- ranya
kesejahteraan yang sebanyak-banyaknya!
Adapun
kemudian, maka kemuliaan dan keutamaan manusia yang menga- tasi sejumlah
dari bermacam-macam makhluk yang Iain, adalah disebab- kan
persediaannya mengenal Allah (ma'rifah kepada Allah) Yang Mahasuci,
dimana mengenal Allah itu di dunia adalah keelokan, kesempurnaan dan
kebanggaannya manusia. Dan diakhirat adalah alat dan simpanannya.
Sesungguhnya manusia itu menyediakan diri bagi ma'rifah, adalah dengan
hatinya. Tidak dengan salah satu anggota badannya. Maka hatilah yang
mengetahui Allah. Dialah yang mendekati kepada Allah. Dialah yang
bekerja karena Allah. Dialah yang berjalan kepada Allah. Dan dialah yang
membuka apa yang di sisi Allah dan yang padaNya. Dan sesungguhnya
anggota badan itu, adalah pengikut, pelayan dan alat yang dipergunakan
oleh hati. Dan yang dipakainya, laksana pemilik memakai budaknya, pe-
mimpin menerima layanan rakyatnya dan pekerja bagi perkakasnya. Hatilah
yang diterima disisi Allah apabila ia selamat sejahtera dari selain
Allah. Dan hati itu terdinding (terhijab) dari Allah, apabila ia
tenggelam dengan selain Allah. Hatilah yang mencari Hatilah Yang
berbicara. Dan hatilah yang mencaci. Dan dialah yang berbahagia dengan
dekat kepada Allah. Maka ia memperoleh kemenangan, apabila ia
mensucikannya. Dan memperoleh kekecewaan dan kesengsaraan, apabila ia
mengotorkan dan merusakkannya. Hatilah pada hakikatnya yang tha'at
kepada Allah Ta'ala. Dan sesungguhnya ibadah-ibadah yang berkembang pada
anggota badan, adaiah cahayanya. Hatilah yang diirhaka, yang
mengingkari Allah Ta'ala. Sesungguhnya yang berjalan pada anggota badan,
dari kekejian- kekejian adalah bekas-bekasnya hati. Dengan gelap dan
bersinarnya hati,
|
lahirlah
segala kebaikan zahiriah dan keburiikannya. Karena tiap tempat air itu,
kena percikan dengan apa yang ada didalamnya. Hatilah apabila dikenal
oleh manusia, maka sesungguhnya manusia itu telah mengenal di- rinya.
Dan apabila manusia telah mengenal dirinya, maka ia telah mengenal akan
Tuhannya. Dan hati itu, apabila tidak dikenal oleh manusia, maka
manusia itu tidak mengenal akan dirinya. Dan apabila manusia- itu tidak
mengenal dirinya, maka ia tidak mengenal akan Tuhannya. Dan ba-
rangsiapa tidak mengenal hatinya, maka ia lebih tidak mengenal lagi akan
lainnya. Karena kebanyakan manusia itu, tidak mengetahui hatinya dan
dirinya. Dan telah terdinding di antara mereka dan diri mereka.
Sesungguhnya Allah Ta'ala mendindingkan di antara manusia dan hatinya.
Pendindingan itu, dengan mencegahnya daripada bermusyahadah,
ber-muraqabah, mengenal sifat-sifatNya dan cara berbalik-baliknya
diantara dua anak jari dari anak-anak jari Tuhan Yang Mahapemurah. Dan
ba- gaimana ia sekali turun ke tingkat yang paling bawah dan merendah
seja- jar dengan setan-setan. Dan bagaimana pada kali yang Iain, ia
meninggi ke tingkat yang paling tinggi, naik kealam malaikat yang dekat
dengan Tuhan.
Orang yang
tiada mengenal hatinya untuk bermuraqabah, menjaga dan mengintip apa
yang tampak dari dan dalam gudang alam-malakut, maka orang tersebut
termasuk dalam golongan orang yang difirmankan oleh Ta'ala:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
(Nasu'llaaha, fa-ansaahum anfusahum, ulaa-ika humul-faasiquun). Artinya: "Mereka yang lupa kepada Allah, lalu Allah melupakan mereka kepada dirinya sendiri. Itulah orang-orang yang fasiq". S.Al-Hasyr, ayat 19
Maka
mengenal hati dan hakikat sifat-sifatnya itu pokok Agama dan sendi jalan
orang-orang salik (orang-orang yang berjalan kepada Allah). Ketika kita
telah selesai dari bahagian pertama dari Kitab ini, yaitu: dari
memperhatikan ibadah-ibadah dan adat kebiasaan yang berlaku pada anggota
badan dan itu adalah Ilmu Zahir dan kita menjanjikan akan mengu- raikan
pada bahagian kedua; sifat-sifat yang membinasakan (al-muhlikat) dan
yang melepaskan (al-munjiyat) yaing berlaku pada hati dan itu adalah
Ilmu - Batin maka tak boleh tidak, bahwa kita dahulukan padanya: dua
kitab lebih dahulu: Kitab tentang uraian keajaiban sifat-sifat dan iing-
kah-laku hati dan: Kitab tentang cara ladhan hati dan pendidikan
tingkah-lakunya. Kemudian, sesudah itu, kita bertolak, pada menguraikan:
sifat-sifat yang membinasakan dan yang melepaskan. Sekarang marilah
kita sebutkan uraian keajaiban hati, dengan jalan membuat contoh-contoh,
yang mendekatkan kepada pengertian. Karena penegasan segala keajaiban
dan rahasia hati, yang masuk dalam jumlah alam-malakut, adalah diantara
yang menumpulkan kebanyakan paham daripada mengetahuinya.
897
|
PENJELASAN: arti nafas, roh, hati dan akal dan apa yang dimaksudkan dengan nama-nama itu.
Ketahuilah,
bahwa nama-nama yang empat ini dipakai pada bab-bab ini. Dan sedikitlah
dalam kalangan ulama-ulama yang terkemuka, yang mendalam pengetahuannya
tentang nama-nama ini, tentang perbedaan pengertian-pengertiannya,
batas-batasnya dan apa yang dinamakan dengan nama- nama tersebut.
Kebanyakan
kesalahan itu terjadinya karena kebodohan dengan arti nama-nama ini
dan persekutuannya diantara apa yang dinamakan itu yang bermacam-macam.
Dan kami akan menguraikan arti nama-nama tersebut, yang menyangkut
dengan maksud kami.
Perkataan Pertama: perkataan hati. Dan itu ditujukan kepada dua pengertian:-
Pertama:
daging yang berbentuk buah shanaubar(1),terletak pada pinggir dada yang
kiri. Yaitu: daging khusus. Dan didalamnya ada lobang. Dalam lobang itu
darah hitam. Itulah sumber nyawa dan tambangnya. Dan kami tidak
bermaksud sekarang menguraikan bentuknya dan caranya. Karena itu
menyangkut dengan maksud dokter-dokter. Dan tiada menyangkut dengan
maksud-maksud keagamaan.
Hati itu
ada pada hewan. Bahkan ada pada orang mati. Dan apabila kami menyebutkan
secara mutlak, perkataan hati (al-qalb) dalam Kitab ini, maka tidaklah
kami maksudkan yang demikian. Karena itu adalah sepotong daging, yang
tidak berharga. Dan itu termasuk sebahagian dari alam yang dapat
diperintah dan dilihat ('alamul-mulki wasy-syahadah), Karena hewanpun
dapat mengetahuinya dengan pancaindra melihat, Lebih-lebih lagi manusia.
Kedua:
yaitu: yang halus (lathifah), ketuhanan (rabbaniyah), kerohanian
(ruhaniyah). Dia dengan: hati yang bertubuh (al-qalbi al-jismany) itu,
mempunyai hubungan.
Yang halus
itu, ialah hakikat manusia. Dialah yang merasa, yang mengetahui, dan
mengenal, dari manusia. Dialah yang ditujukan dengan pembicaraan, yang
disiksa, yang dicaci dan yang dicari. Ia mempunyai hubungan dengan hati
yang bertubuh. Akal kebanyakan manusia, heran untuk mengetahui cara
hubungannya. Karena hubungannya itu menyerupai hubungan sifat
('aradl)dengan tubuh (jisim). Hubungan sifat dengan yang bersi fat
(maushuf). Atau hubungan pemakai alat dengan alatnya. Atau hubungan
orang bertempat dengan tempatnya.
I. Buah shanaubar berbentuk bundar memanjang. Dari itu dinamakan: hati sunubari. (Pent:).
|
898
|
Dan menguraikan yang demikian itu, termasuk apa yang kami takuti, karena dua pengertian.
Pertama: bahwa
yang demikian itu menyangkut dengan Ilmu-Mukasyafah. Dan tidaklah
maksud kami dari Kitab ini, selain: Ilmu-Mu'amalah. Kedua: bahwa mencari
hakikatnya itu meminta disiarkan rahasia roh (nyawa). Dan yang demikian
itu termasuk hal yang tidak diperkatakan oleh Rasulu'llah s.a.w. Maka
tidaklah bagi orang lain, bahwa memperkatakan nya.
Yang dimaksudkan: bahwa
apabila kami menyebutkan perkataan hati (al- qalb) dalam Kitab ini,
maka yang kami maksudkan, ialah: yang halus (lathifah) itu. Dan maksud
kami, ialah menyebutkan sifat-sifat dan keadaannya, Bukan menyebutkan'
hakikatnya pada zatnya. Dan Ilmu Mu'amalah itu mengkehendaki mengenal
sifat-sifat dan keadaannya. Dan tidak menghendaki kepada menyebutkan
hakikatnya.
Perkataan Kedua: nyawa (ruh). Dia juga ditujukan pada yang menyangkut, dengan jenis maksud kami, karena dua pengertian:
Pertama: tubuh halus (jisim lathif).
Sumbernya itu lobang hati yang bertubuh. Lalu bertebar dengan
perantaraan urat-urat yang memanjang, ke segala bahagian tubuh yang
lain. Mengalirnya dalam tubuh, membanjimya cahaya hidup, perasaan,
penglihatan, pendengaran dan penciuman daripadanya kepada
anggota-anggotanya itu, menyerupai membanjimya cahaya dari lampu yang
berkeliling pada sudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai
kepada sebahagian dari rumah, melainkan terus disinarinya Dan hidup itu
adalah seperti cahaya yang kena pada dinding. Dan nyawa itu . adalah
seperti lampu. Berjalannya nyawa dan bergeraknya pada batin, adalah
seperti bergeraknya lampu pada sudut-sudut rumah, dengan digerakkan oleh
penggeraknya.
Dokter-dokter,
apabila menyebutkan secara mutlak perkataan: nyawa, maka yang
dikehendaki oleh mereka, ialah: pengertian ini. Yaitu: uap yang halus,
yang dimasakkan oleh kepanasan al-qalb (had). Dan tidaklah uraiannya
menjadi maksud kami, Karena yang menyangkut dengan itu, adalah maksud
dokter-dokter yang mengobati tubuh. Adapun maksud dokter-dokter Agama,
yang mengobati hati, sehingga terbawa kesisi Tuhan Semesta alam,
tidaklah sekali-kali menyangkut dengan uraian nyawa itu.
Pengertian Kedua: yaitu:
yang halus dari manusia yang mengetahui dan yang merasa. Dan itulah
yang kami uraikan tentang salah satu pengertian hatr. Dan itulah yang
dikehendaki oleh Allah Ta'ala dengan firmanNya:
899
|
قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي
(Qulir-ruuhu min amri rabbii).
Artinya: "Jawablah! Nyawa' (roh) itu termasuk urusan Tuhanku". -S. Al- Isra', ayat 85.
Dan itu adalah urusan ketuhanan yang menakjubkan, yang melemahkan kebanyakan akal dan paham daripada mengetahui hakikatnya.
Perkataan Ketiga: nafas.
Dia juga bersekutu diantara beberapa pengertian. Dan yang menyangkut dengan maksud kami daripadanya adalah dua pengertian:
Pertama:
bahwa yang dimaksudkan dengan yang demikian itu, ialah pengertian yang
menghimpunkan bagi: kekuatan marah dan nafsu syahwat pada manusia,
sebagaimana akan datang uraiannya (1). Pemakaian ini adalah yang biasa
pada ahli tasawwuf. Karena mereka maksudkan dengan nafas (nafsu) itu,
ialah: pokok yang menghimpunkan sifat- sifat tercela pada manusia. Lalu
mereka berkata: tak boleh tidak melawan nafsu dan menghancurkannya. Ke
situlah isyaratnya sabda Nabi s.a.w.:-
أعدى عدوك نفسك التي بين جنبيك
(A'daa 'aduwwika nafsu-kallatii baina janbaika). Artinya: "Musuhmu yang terbesar, ialah nafsumu yang berada diantara dua lembungmu" (2).
Pengertian Kedua:
yaitu: yang halus (lathifah) yang telah kami sebutkan di- atas, dimana
pada hakikatnya: itulah manusia. Yaitu: diri manusia dan zatnya. Tetapi
disifatkan dengan bermacam-macam sifat, menurut bermacam-macam
keadaannya. Apabila dia itu tenang, dibawah perintah dan jauh dari
kegoncangan disebabkan penantangan nafsu-syahwat, mana dinamakan: nafsu
muthmainnah (diri atau jiwa yang tenang). Allah Ta'ala berfirman
tentang contohnya:-
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
(Yaa-ayyatu-hannafsul-muthmainna-tur-ji'ii ilaa rabbiki raadliya-tan mar- dliyyah).Artinya: "Hai jiwa yang tenang-tenteram! Kembalikah kepada Tuhanmu, merasa senang (kepada Tuhan) dan (Tuhan) merasa senang kepadanya" -S. Al-Fajr, ayat 27-28.
Jiwa
(nafsu) dengan pengertian pertama, tidaklah tergambar kembalinya kepada
Allah Ta'ala. Sesungguhnya dia itu menjauh dari Allah. Dan dia itu
termasuk golongan setan.
1.Dalam bahasa kita disebut nafsu (Peny).
|
2.Dirawikan
Al-Baihaqy, dari Ibnu 'Abbas. Pada sanadnya, terdapat Muhammad bin
Abdurrahman bin Ghazwan, salah seorang pemalsu hadits.
|
900
|
Apabila
tidak sempurna ketenangannya, akan tetapi jadi pendorong kepada nafsu
syahwat dan penantangnya, maka dinamakan: nafsu lawwamah (jiwa yang
mencela). Karena jiwa itu mencela tuannya ketika teledor pada menyembah
Tuhannya. Tuhan berfirman:
وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
(Wa laa uqsimu bin-naf-sil-Iawwaa-mah)."Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat mencela (kejahatan)" S. Al-qiamah, ayat 2.
Kalau
nafsu (jiwa) itu meninggalkan tantangan, tunduk dan patuh, menurut
kehendak nafsu-syahwat dan panggilan setan, maka dinamakan: nafsu yang
menurut kepada yang jahat (an-naf-sul-amma-rah bis-suu-i). Allah Ta' ala
berfirman, menceritakan tentang Jusuf a.s. atau isteri seorang pembesar
(Mesir yang membujuk Jusuf a.s.):-
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
(Wa maa ubarri-u nafsii, innan-nafsa la-am-maaratum bis-suu-i). Artinya: "Dan aku tidaklah membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu suka menyuruh kepada yang buruk". S. yusuf,ayat 53.
Kadang-kadang
boleh dikatakan bahwa yang dimaksud dengan suka menyuruh kepada yang
buruk itu, ialah: nafsu dengan pengertian pertama. Jadi, nafsu dengan
pengertian pertama itu, sangat tercela. Dan dengan pengertian kedua
itu, terpuji. Karena dia adalah nafsu (diri) manusia. Artinya: zat dan
hakikatnya, yang mengetahui Allah Ta'ala dan pengetahuan- pengetahuan
lainnya.
Perkataan Keempat: Akal. Itu
juga bersekutu dengan pengertian yang ber macam-macam, yang telah kami
sebutkan pada "Kitab Ilmu". Dan yang menyangkut dengan maksud kami dari
jumlah pengertiannya, ialah dua pengertian:-
Pertama: sesungguhnya,
kadang-kadang ditujukan dan dimaksudkan dengan akal itu: pengetahuan
tentang hakikat segala keadaan. Maka akal itu, ibarat dari sifat-sifat
ilmu, yang tempatnya hati.
Pengertian Kedua: sesungguhnya,
kadang-kadang ditujukan dan dimaksudkan dengan akal itu: ialah yang
memperoleh pengetahuan itu. Dan itu adalah: hati, Ya'ni: yang halus
itu.Kita
mengetahui, bahwa tiap-tiap orang yang berilmu, maka ia mempunyai wujud
pada dirinya. Yaitu: pokok yang berdiri dengan sendirinya. Dan ilmu itu
suatu sifat yang bertempat padanya. Dan sifat itu, bukan benda yang
disifatkan
901
|
Kadang-kadang
akal itu ditujukan dan dimaksudkan: sifat orang yang ber- ilmu. Dan
kadang-kadang ditujukan dan dimaksudkan: tempat pengetahuan. Yakni: yang
mengetahui. Dan itulah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi s.a.w.:-
أول ما خلق الله العقل
(Awwalumaa
khala-qa'l-laahu'l-'aqlu).Artinya: "Yang pertama-tama dijadikan oleh
Allah, ialah akal" (1). Sesungguhnya ilmu itu sifat ('aradl), yang tidak
tergambar bahwa dia itu makhluk pertama. Tetapi, tak boleh tidak, bahwa
adalah tempat itu, yang dijadikan sebelum ilmu atau bersama ilmu. Dan
karena tidak mungkin ditujukan perkataan kepada ilmu.
Pada
hadits, Allah Ta'ala berfirman kepada akal: "Menghadaplah!". Lalu ia
menghadap. Kemudian Allah berfirman kepada akal: "MembelakangLah, lalu
ia membelakangsampai akhir hadits (2).
Jadi,
sesungguhnya telah terbuka kepada kita, bahwa pengertian nama- nama
tersebut itu ada. Yaitu: hati-jismani (hati yang berbentuk jisim), roh-
jismani (berbentuk jisim), nafsu-syahwat dan ilmu.
Maka
inilah empat pengertian yang ditujukan kepada empat perkataan. Dan
pengertian yang kelima, yaitu: yang halus dari manusia yang mengetahui
dan yang merasa. Dan perkataan empat itu keseluruhannya, banyak kali
datang pemakaiannya kepada yang halus itu..
Maka
pengertian itu lima dan perkataannya empat. Tiap-tiap perkataan,
ditujukan kepada dua pengertian. Dan kebanyakan ulama, telah meragu- kan
kepada mereka, perbedaan kata-kata tersebut dan kebiasaan pemakaiannya.
Maka anda akan melihat mereka, memperkatakan tentang gurisah-gurisan
hati (al-khawaathir). Dan mereka mengatakan: ini gurisan akal, ini
gurisan jiwa, ini gurisan hati dan ini gurisan nafsu (diri). Dan orang
yang memperhatikan, tiada akan tahu perbedaan pengertian nama-nama itu.
Dan untuk meriyingkap tutupnya dari yang demikian itu, kami telah
dahulukan uraian nama-nama tersebut. Bilamana tersebut perkataan hati
dalam Al-Qur-an dan Sunnah, maka yang dimaksudkan, ialah: pengertian
yang dipahami dari manusia. Dan yang mengetahui hakikat segala sesuatu.
Kadang-kadang secara tidak langsung (dengan jalan kinayah), disebutkan
tentang hati itu, akan hati yang di dalam dada. Karena diantara yang
halus itu dan antara jisim hati, ada hubungan khusus. Dan yang halus
itu, walaupun ada sangkutannya dengan seluruh tubuh dan dipakai untuk
seluruh tubuh, akan tetapi ia bersangkutan dengan tubuh itu, dengan
peranta raan hati
1. Hadits ini sudah dipaparkan pada "Kitab Ilmu".
|
2. Hadits ini sudah diterangkan dulu, pada "Bab Ilmu".
|
902
|
Maka
sangkutannya yang pertama, ialah dengan hati. Dan seolah-olah hati itu,
tempatnya yang halus tersebut, kerajaannya, alamnya dan binatang
kenderaannya. Dan karena itulah, Sahl At-Tusturi menyerupakan hati
dengan 'Arasy dan dada dengan Kursi. Ia mengatakan: hati itu ialah
'Arasy. Dan dada itu ialah Kursi. Dan tidak ada yang menyangka, bahwa
dia itu berpendapat, bahwa itu 'Arasy Allah da KursiNya. Karena demikian
itu mustahil. Tetapi ia bermaksud dengan demikian, bahwa hati itu
kerajaanNya dan saluran pertama untuk mengatur dan memperlaku kannya.
Maka keduanya (hati dan dada) dibandingkan kepada manusia, adalah
seperti 'Arasy dan Kursi dibandingkan kepada Allah Ta'ala. Dan juga
penyerupaan ini tidak lurus, kecuali dari beberapa segi. Dan juga uraian
itu tidak layak dengan tujuan kita sekarang. Maka dari itu, hendaklah
kita lampaui saja.
PENJELASAN: tentara hati. Allah Ta'ala berfirman :-
Artinya: "Tiadalah yang mengetahui tentara Tuhanmu, selain Ia sendiri". S. Al-Muddats-tsir, ayat 31. Allah
S.W.T. mempunyai tentara yang terkumpul banyak dalam hati, dalam roh
dan dalam alam-alam yang lain. Hanya Allah sendiri yang mengetahui
hakikatnya dan penguraian bilangannya. Dan kami sekarang mengisyaratkan
kepada sebahagian tentara hati. Maka itulah yang menyangkut dengan
maksud kami.
Hati itu
mempunyai dua tentara: tentara yang dapat dilihat dengan mata kepala dan
tentara yang tidak dapat dilihat, kecuali dengan mata hati. Hati itu
berkedudukan raja. Dan tentara itu berkedudukan pelayan dan pembantu.
Inilah arti tentara.
Adapun
tentara hati yang dapat disaksikan dengan mata, ialah: tangan, kaki,
mata, telinga, lidah dan anggota-anggota tubuh lainnya, yang zahir dan
yang batin. Semuanya itu pelayan hati dan yang bekerja cuma-cuma untuk
hati. Hatilah yang menggunakannya dan yang pulang pergi kepada- nya.
Semua
anggota itu dijadikan secara naluri patuh kepada hati. Tiada sang- gup
menyalahinya dan mendurhakainya. Apabila hati menyuruh mata dibuka,
niscaya dia terbuka. Apabila hati menyuruh kaki bergerak, niscaya ia
bergerak. Apabila hati menyuruh lidah berkata-kata dan ia yakin akan
hukum yang akan diperkatakan, niscaya lidah itu berkata-kata. Dan
begitulah dengan anggota-anggota badan lainnya.
903
|
Kepatuhan
anggota-anggota tubuh dan pancaindra kepada hati, dapat di-serupakan
dari segi kepatuhan para malaikat kapada Allah Ta'ala. Sesungguhnya
malaikat itu secara naluri patuh, .tiada sanggup menyalahiNya. Bahkan,
mereka tiada mendurhakai Allah akan apa yang disuruh oleh Allah. Mereka
berbuat, apa yang disuruh.
Hanya
keduanya itu, berbeda pada satu hal. Yaitu: bahwa para malaikat a.s.
itu, mengetahui dengan keta'atan dan kepatuhannya. Dan pelupuk mata itu
mematuhi hati tentang terbuka dan tertutupnya, dengan jalan: terjadinya
demikian (taskhir). Tiada berita baginya dari dirinya dan dari
kepatuhannya kepada hati.
Sesungguhnya,
hati itu memerlukan kepada tentara tersebut, sebagaimana perlunya
kepada kenderaan dan perbekalan perjakpiannya, yang karena itulah, dia
dijadikan. Yaitu: perjalanan kepada Allah S.W.T. dan dilam- paui
tempat-tempat untuk menemuiNya. Maka karena itulah, hati itu dijadikan.
Allah Ta'ala berfirman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
(Wa maa kha-laqtul- jinna wal-insa, illaa li-ya-buduu-ni). Artinya: "Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan untuk ber'ibadah (memperhambakan diri) kepadaKu". - S. Adz-Dzariyat, ayat 56.
Sesungguhnya
kenderaan hati itu tubuh. Dan perbekalannya ilmu. Dan sesungguhnya
sebab-sebab yang menyampaikannya kepada perbekalan dan yang
menetapkannya dari perbekalan itu ialah: amal salih. Dan
tidak mungkin hamba itu sampai kepada Allah S.W.T. selama badannya
tidak tenang. Dan ia tidak melewati (meninggalkan) dunia. Sesungguhnya
tempat yang terdekat tak boleh tidak- dilewati, untuk sampai ketempat
yang terjauh. Dunia adalah tempat bercocok tanam bagi akhirat. Dan salah
satu tempat petunjuk.Dinamakan dengan dunia, karena dia itu yang terdekat dari dua tempat tersebut (1).
Maka
perlulah menyiapkan perbekalan dari dunia (alam) ini. Maka badan itu,
kenderaannya, yang menyampaikannya kepada alam ini. Maka ia memerlukan
kepada persiapan badan dan memeliharakannya. Sesungguhnya badan itu
dipelihara, dengan menarikkan kepadanya makanan dan lain-lain yang
sesuai dengan dia. Dan menolak dari padanya, sebab-sebab kebinasaan,
yang meniadakan badan itu. Maka ia memerlukan kepada dua tentara untuk
menarik makanan itu.
Yaitu:
tentara batin, ialah: nafsu- syahwat dan tentara zahir, ialah: tangan
dan anggota-anggota badan yang menarik makanan. Maka dijadikan didalam
hati, apa yang dihayatinya, dari keinginan-keinginan. Dan dijadikan
anggota-anggota badan yang menjadi alat keinginan-keinginan itu. Maka
diperlukan dua tentara untuk menolak bahaya yang membinasakan: tentara
batin. Yaitu: marah yang menolak segala yang membinasakan dan menuntut
balas dari musuh. Dan: tentara zahir, yaitu: tangan dan kaki, dimana
dengan tangan dan kaki itu dapat bekerja menurut kehendak marah.
1. Dunya, artinya yang asli, ialah: terdekat.
|
904
|
Semua itu, dengan hal-hal yang diluar badan. Maka anggota-angota dari badan itu, adalah seperti aiat senjata dan lainnya.
Kemudian-
orang yang memerlukan kepada makanan, selama ia tidak mengenal makanan
itu, niscaya tidak bermanfa'at kepadanya, keinginan dan kesukaan kepada
makanan itu. Maka ia memerlukan kepada dua tentara untuk mengenalnya:
tentara batin. Yaitu: pancaindra pendengaran, penglihatan, penciuman,
penyentuhan dan perasaan lidah. Dan: tentara zahir, yaitu: mata,
telinga, hidung dan lain-lain. Penguraian segi keperluan dan segi hikmah
padanya itu, panjang. Dan tidak sampai kepada banyak jilid. Dan telah
kami isyaratkan kepada bagian yang sedikit daripadanya, pada "Kitab
Syukur". Maka hendaklah dicukupkan dengan itu! Maka jumlah tentara hati
itu, dihinggakan oleh tiga jenis: jenis pembangkit dan pendorong.
Adakalanya kepada penarikan yang bermanfa'at, yang sesuai, seperti:
nafsu syahwat. Dan adakalanya kepada penolakan yang mendatangkan
melarat, yang tidak bermanfa'at, seperti: marah. Kadang- kadang
dikatakan tentang penggerak itu: kemauan.
Jenis kedua, yaitu:
penggerak anggota badan untuk menghasilkan mak- sud-maksud itu. Dan
dikatakan tentang yang kedua ini: kekuasaan. Yaitu: tentara yang
berkembang pada anggota-anggota badan yang lain. Lebih-lebih sendi-sendi
dan anggota-anggota badan yang tumbuh pada sendi- sendi badan.
Jenis
ketiga, yaitu: yang mengetahui dan yang ingin mengenal semua per- kara,
seperti: mata-mata. Yaitu: kekuatan penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasaan dengan lidah dan penyentuhan. Dan itu berkembang pada
anggota-anggota badan tertentu. Dan disebutkan tentang ini: ilmu dan
perasaan.
Dan
bersama masing-masing tentara batin ini, ada tentara zahir. Yaitu:
anggota-anggota badan yang tersusun dari: lemak, daging, urat, darah dan
tulang, yang menyediakan perkakas untuk tentara itu. Maka sesungguhnya
kekuatan menggenggam, ialah dengan anak-anak jari. Kekuatan melihat
dengan mata. Dan begitulah kekuatan-kekuatan lainnya.. Kami tidak
memperkatakan tentang tentara zahir, yakni: anggota-anggota badan.
Karena dia termasuk 'alamul-mulki wasy-syahadah. Dan yang kami
perkatakan sekarang, ialah: apa yang diperkuatkan dengan tentara-tentara
yang tiada engkau melihatnya.Jenis yang ketiga ini, ialah yang
mengetahui keseluruhan ini, yang terbagi kepada: yang menempati
tempat-tempat zahiriah, yaitu: pancaindra yang lima. Yakni: pendengaran;
penglihatan, penciuman, perasaan lidah dan penyentuhan. Dan kepada:
yang menempati tempat-tempat batiniah. Yaitu: rongga-rongga otak. Dan
itu juga lima.
905
|
Maka sesungguhnya manusia, sesudah melihat sesuatu itu, memejamkan kedua matanya. Maka ia memperoleh bentuknya dalam dirinya.
Yaitu: khayal. Kemudian bentuk itu kekal padanya, disebabkan sesuatu
yang menjagakannya. Yaitu: tentara penjaga. Kemudian, ia bertafakkur
pada yang dijagakannya. Lalu disusunnya sebahagian yang demikian, kepada
yang sebahagian. Kemudian ia mengingati apa yang telah dilupakannya dan
ia kembali kepadanya. Kemudian, dikumpulkannya sejumlah pengertian
dari yang dirasakan, dalam khayalannya, dengan perasaan yang bersekutu
diantara yang dirasakan dengan pancaindra itu. Dalam batin ada perasaan
yang bersekutu, khayalan, pemikiran, ingatan dan hafalan. Jikalau tidak
dijadikan oleh Allah, kekuatan hafalan, pikir an, ingatan dan khayalan,
niscaya adalah otak itu kosong daripadanya, Sebagaimana kosongnya tangan
dan kaki daripadanya. Maka kekuatan-keku atan itu juga tentara batiniah
dan tempatnya juga batiniah. Inilah segala macam tentara hati!
Uraiannya
sehingga dapat diketahui oleh paham orang-orang yang lemah dengan
memberikan contoh-contoh itu akan panjang. Dan maksud Kitab yang seperti
ini adalah untuk dimanfa'atkan oleh orang-orang Kitab yang seperti ini
dan adalah untuk diman- fa'atkan oleh orang-orang yang kuat pemahamannya
dan oleh ulama-ulama yang terkemuka. Akan tetapi kami berusaha
sungguh-sungguh untuk memberi pengertian kepada orang-orang yang lemah,
dengan mengemuka kan contoh contoh, supaya yang demikian itu,
mendekatkan kepada pemahaman mereka.
PENJELASAN: Contoh-contoh hati serta tentara batiniahnya.
Ketahuilah,
bahwa dua tentara: tentara marah dan tentara nafsu-syahwat,
kadang-kadang keduanya tunduk kepada hati dengan sempurna. Lalu yang
demikian itu dapat menolong hati kepada jalan yang akan ditempuhnya. Dan
baguslah pengawanan keduanya dalam perjalanan yang dilaksanakan oleh
hati.
Kadang-kadang
keduanya (tentara marah dan nafsu-syahwat) itu mendurhakai hati dengan
memberontak dan menantang. Sehingga keduanya itu memiliki hati dan
memperbudakkannya. Pada yang demikianlah, kebinasaan dan terputusnya
hati dari perjalanannya, yang menyampaikannya ke pada kebahagiaan abadi.
906
|
Dan hati
mempunyai tentara Iain, yaitu: ilmu, hikmah kebijaksanaan dan pemikiran,
sebagaimana akan datang uraiannya. Dan menjadi hak hati untuk meminta
pertolongan pada tentara ini. Sesungguhnya tentara ini adalah tentara
Allah Ta'ala (hizbu'llah) terhadap dua tentara yang tersebut diatas.
Sesungguhnya dua tentara tadi, kadang-kadang berhubungan dengan tentara
setan. Kalau hati itu tidak meminta pertolongan dan tentara marah dan
nafsu-syahwat menguasai atas dirinya, niscaya hati itu pasti bi- nasa
dan memperoleh kerugian yang nyata.
Begitulah
keadaan kebanyakan makhluk manusia. Akal-pikirannya tunduk kepada
nafsu-syahwatnya dalam mencari daya-upaya memenuhi nafsu- syahwat itu.
Dan adalah seyogianya bahwa nafsu-syahwat itu tunduk kepada
akal-pikirannya, mengenai sesuatu ' yang diperlukan oleh akal-pikiran.
Kami akan mendekatkan yang demikian kepada pemahaman anda dengan tiga
contoh:
Contoh Pertama: kami
berkata: bahwa jiwa manusia dalam tubuhnya kami maksudkan jiwa halus
yang tersebut dahulu, adalah seperti raja dalam kota dan kerajaannya.
Sesungguhnya tubuh itu kerajaan jiwa (nafsu), alamnya, tempat
ketetapannya dan kotanya. Dan anggota-anggota tubuh dan keku- atannya
adalah seperti tukang-tukang dan pekerja-pekerja. Dan kekuatan 'aqliah
yang berpikir baginya itu adalah, seperti: penunjuk yang menasehati dan
menteri yang berakal pikiran. Nafsu-syahwatnya adalah seperti budak
jahat, yang menghela makanan dan makanan simpanan (al-mirah) kekota.
Kemarahan dan kepanasan hati karena kemarahan itu adalah seperti orang
yang mempunyai polisi. Dan budak yang menghela makanan al-mirah itu
pembohong, pengicuh, penipu yang keji, yang membentuk dirinya dengan
bentuk penasehat. Dan dibawah nasehatnya itu kejahatan yang menakutkan
dan racun yang membunuh. Sifat dan kebiasaannya itu bertentangan bagi
menteri yang menasehati dalam semua pendapat dan pengaturannya. Sehingga
tidak terlepas sesa'atpun daripada perlawanan dan penantangannya.
Sebagaimana
raja dalam kerajaannya, apabila ia merasa cukup dalam pe- ngaturannya
dengan menterinya dan ia bermusyawarah dengan menteri- nya itu dan
menolak isyarat budak yang keji tadi, berdalilkan dengan isya- ratnya,
bahwa yang benar adalah yang berlawanan dengan pendapat budak itu,
niscaya raja itu telah dituntun oleh kepala polisinya dan bertindak
bijaksana bagi menterinya. Ia menjadikan menterinya tempat musyawa-
rahnya, yang berkuasa dari pihaknya terhadap budak yang keji itu, pengi-
kut-pengikutnya dan pembantu-pembantunya. Sehingga budak itu
disiasat-i, tidak menyiasati, disuruh dan diatur, tidak menyuruh dan
mengatur. Luruslah urusan negeri raja tersebut. Dan dengan sebab
demikian, tera turlah keadilan.
Maka
begitulah an-nafs (diri), manakala ia meminta tolong pada akal dan
memperoleh tuntunan dengan penjagaan marah. Dan an-nafs itu menguasakan
kekerasan marah atas keinginan (syahwat). Dan meminta tolong dengan
yang satu kepada yang lain Sekali dengan menyedikitkan derajat marah dan
meluapluapnya dengan menantang syahwat (keinginan) dan
907
|
menaikkannya
setingkat ke setingkat. Dan sekali dengan mencegah dan memaksakan
syahwat dengan berkuasanya marah kepanasan hati kepada- nya. Dan
memandang keji kehendak-kehendak syahwat itu, Niscaya berlaku-adillah
semua kekuatan diri (an-nafs) dan baguslah tingkah-Iakunya. Orang yang
berpaling dari jalan ini, adalah seperti orang yang difirman- kan oleh
Allah Ta'ala:-
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ
(A fara-aita mani't-takhadza ilaahahu hawaahu wa adlalla-hu'Ilaahu 'alaa ilmin).Artinya:
"Adakah engkau lihat orang yang mengambil keinginan (nafsu- nya)
menjadi tuhannya? Dan Allah membiarkannya sesat menurut penge- tahuan". -S. Al-Jatsiyah, ayat 23. Allah Ta'ala berfirman:-
وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ
(Wattaba'a hawaahu fa ma-tsaluhu kamatsalil-kalbi-in tahmil 'alaihi yalhats- au tatruk-hu yalhats).Artinya:
"Dan menurutkan kemauan hawa nafsunya. Perumpamaannya sebagai anjing:
kalau engkau halau, diulurkannya lidahnya dan kalau engkau biarkan
saja, diulurkannya juga lidahnya". S. Al-A'raf, ayat 176. Dan Allah 'Azza wa Jalla berfirman tentang orang yang mencegah nafsunya dari keinginan hawa-nafsu:-
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
(Wa-ammaa man khaafa maqaama rabbihi wa nahan-nafsa 'anil-ha-waa fa in-nal-jan-nata hiyal-ma'-waa).Artinya: "Dan
adapun orang yang takut dihadapan kebesaran Tuhannya dan menahan
nafsunya (dirinya) dari keinginan yang rendah (hawa-nafsu). Sesungguhnya
sorga tempat kediamannya". S. An-Nazi'at, ayat 40 - 41.
Dan akan
datang cara perjuangan tehtara-tentara tersebut dan cara sebahagian
daripadanya menguasai akan sebahagian yang lain pada "Kitab Latihan
Diri'insya Allah Ta'ala.
908
|
Contoh
Kedua: ketahuilah bahwa tubuh itu seperti kota. Dan akal, yakni: yang
mengetahui dari manusia adalah seperti raja, yang mengatur kota itu.
Kekuatan manusia yang mengetahui, yang terdiri dari pancaindra zahiriah
dan batiniah, adalah seperti tentaranya dan pembantu-pembantunya.
Anggota badannya adalah seperti rakyatnya. Nafsu yang menyuruh kepada
kejahatan (nafsu ammarah), ialah nafsu-syahwat. Dan amarah adalah
seperti musuh yang menantangnya dalam kerajaannya. Dan yang berusaha
membinasakan rakyatnya. Maka jadilah badannya seperti pasukan dan
benteng. Dan nafsunya seperti orang yang menetap dalam benteng, yang
menjaga pasukan. Kalau ia berjuang menghadapi musuhnya dapat
menghancurkan dan memaksakan musuh itu menurut keinginannya, niscaya
akibatnya terpuji, apabila ia kembali kehadlirat Tuhan, sebagaimana yang
difirmankan oleh Allah Ta'ala:-
وَالْمُجَاهِدُونَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فَضَّلَ اللَّهُ
الْمُجَاهِدِينَ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ عَلَى الْقَاعِدِينَ
دَرَجَةً
(Wal-mujaahiduuna
fii sabii-lil-laahi bi-amwaalihim wa anfu-sihim, fadl-
dlala'l-laahul-mujaahidiina bi-amwaalihim wa anfusihim 'alal-qaa-idii-na
darajah).Artinya: " dan orang-orang yang berjuang dijalan Allah,
dengan harta dan dirinya. Allah melebihkan tingkatan orang-orang yang
berjuang degan harta dan dirinya dari orang-orang yang tinggal duduk".
-S. An-Nisa', ayat 95.
Kalau ia
menghilangkan bentengnya dan menyia-nyiakan rakyatnya, niscaya
tercelalah akibatnya, Maka ia dituntut balas dari perbuatan tersebut
disisi Allah Ta'ala. Dikatakan kepadanya pada hari kiamat: "Hai pemimpin
jahat! Engkau makan daging dan minum susu. Engkau tidak mengembalikan
benda yang hilang dan tidak menampalkan yang pecah. Pada hari ini,
engkau dituntut balas (1), sebagaimana tersebut pada hadits. Kepada
jihad (perjuangan) inilah, yang ditujukan oleh sabda Nabi s.a.w.:-
رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر
(Raja'naa minal-jihaadil-ash-ghari ilal-jihaadil-akbar).Artinya: "Kita kembali dari jihad (perjuangan) kecil kepada perjuangan besar" (2). Contoh Ketiga: Akal itu seperti pengendera kuda, yang pergi berburu.
1. Apa
yang tertera itu dan disebutkan terdapat pada hadits, maka menurut
catatan Al- 'Iraqy pada bagian bawah halaman Ihya bahwa ia tidak
menjumpai hadits tersebut sama-sekali.
|
2. Dirawikan Al-Baihaqy dari Jabir. Dan dikatakannya: pada hadits ini ada isnad yang le mah (dla'if).
|
909
|
Nafsu
syahwatnya adalah seperti. kudanya. Dan marahnya adalah seperti
anjingnya. Manakala pengendera kuda itu cerdik, kudanya terlatih dan
anjingnya terdidik, diberi ajaran, niscaya layaklah ia memperoleh
kemenangan. Dan manakala ia sendiri tidak pandai bekerja, kudanya liar
melawan dan anjingnya buas, lalu kudanya tidak bangun mematuhi
perintahnya dan anjingnya tidak dilepaskan dengan mematuhi petunjuknya,
maka layaklah ia mendapat kebinasaan. Lebih-lebih lagi daripada ia
mencapai apa yang dicarinya.
Tidak
pandainya bekerja pengendera kuda itu, adalah seperti bodohnya manusia.
Kurang kebijaksanaannya dan tumpul pandangannya. Dan mela- wannya kuda
itu adalah seperti kerasnya nafsu-syahwat, lebih-lebih syahwat perut
dan kemaluan. Dan buasnya anjing itu adalah seperti kerasnya dan
berkuasanya kemarahan. Kita bermohon kepada Allah akan taufiq yang baik
dengan kasih-sayangNya!
PENJELASAN: kekhususan hati insan.
Ketahuilah,
bahwa sejumlah apa yang telah kami sebutkan itu, telah di-anugerahkan
oleh Allah kepada semua hewan, selain dari anak Adam. Karena, hewanpun
mempunyai nafsu-syahwat, kemarahan, pancaindra yang zahir dan yang
batin. Sehingga seekor kambing yang melihat serigala dengan matanya,
maka ia tahu dengan hatinya akan permusuhannya dengan serigala itu.
Lalu larilah ia daripadanya.
Maka yang
demikian itu, adalah pengetahuan batin (al-idrakul-bathin). Maka marilah
kami sebutkan yang khusus hati manusia dengan itu. Dan karenanya,
besarlah kehormatan manusia dan berhak untuk dekat dengan Allah Ta'ala.
Yaitu: kembali kepada ilmu dan kemauan (iradah). Ilmu, ialah: mengetahui
segala urusan dunia dan akhirat serta segala hakikat yang berhubungan
dengan akal (haqaiq-'aqliyah). Ini semuanya adalah urusan diluar yang
dirasakan dengan pancaindra. Dan hewan tidak bersekutu dengan manusia
padanya. Bahkan segala pengetahuan yang meliputi keseluruhan, yang
dlaruri, adalah hal-hal yang khusus bagi akal. Karena manusia
menetapkan, bahwa tidak tergambar pada pikiran, orang seorang berada
pada dua tempat pada satu keadaan. Dan ketetapan ini berlaku kepada
semua orang.
Sebagai
dimaklumi, bahwa tidak dapat diketahui dengan pancaindra, selain oleh
sebahagian orang. Maka menetapkannya kepada semua orang, adalah melebihi
dari apa yang dapat diketahui oleh pancaindra. Apabila ini telah
dipahami pada ilmu zahir dlaruri, maka lebih terang lagi pada ilmu
nadhari (1).
1.Ilmu-dlaruri, yang mudah diketahui, tanpa dalil. Dan ilmu-nadlari yang merupakan teori-teori, memerlukan kepada dalil.
|
910
|
Tentang
kemauan, sesungguhnya apabila dapat diketahui dengan akal,akan akibatnya
sesuatu dan jalan memperbaikinya, niscaya tergeraklah daripadanya
keinginan untuk memperbaiki, mencari sebab-sebabnya dan berkemiauan
untuk yang demikian.
Dan yang
demikian itu, selain dari kemauan nafsu-syahwat dan kemauan hewan.
Bahkan adalah berlawanan dengan nafsu-syahwat. Karena nafsu- syahwat
(keinginan) itu lari dari berbetik dan berbekam, sedang akal
menghendaki, meminta dan menyerahkan harta untuk yang demikian.
Nafsu-syahwat itu condong kepada makanan-makanan enak pada waktu sakit.
Dan orang yang berakal memperoleh pada dirinya menolaknya. Dan yang
demikian itu bukanlah penolakan nafsu-syahwat. Jikalau dijadikan oleh
Allah, akal yang mengetahui akibat segala hat dan tidak dijadikanNya
pembangkit ini, yang menggerakkan semua anggota, menurut ketetapan akal,
niscaya dengan sebenarnya ketetapan (hukum) akal itu lenyap (hilang).
hati insan
itu terkhusus dengan ilmu dan kemauan, yang terlepas hewan yang lain
daripadanya. Bahkan juga anak kecil, terlepas daripadanya pada permulaan
lahirnya. Dan baru datang yang demikian itu., sesudah dewasa (baligh).
Adapun nafsu-syahwat, kemarahan dan pancaindra zahiriah dan batiniah,
maka sesungguhnya itu terdapat pada anak kecil. Kemudian pada memperoleh
ilmu-pengetahuan ini, anak kecil itu mempunyai dua tingkat:
Tingkat pertama: bahwa
hatinya anak kecil itu melengkapi kepada ilmu dlaruri pertama yang
lain. Seperti: ilmu tentang mustahilnya segala hal yang mustahil dan
jawaznya (1) segala yang jawaz yang zahiriah. Maka adalah ilmu nadhariah
itu tidak berhasil pada tingkat ini, kecuali bahwa ia telah menjadi
kemungkinan, yang dekat kemungkinannya dan dekat keber- hasilannya.
Adalah
keadaan anak kecil itu, dengan dihubungkan kepada ilmu-pengetahuan,
seperti halnya seorang penulis, yang tidak mengenal dari hal pe-
nulisan, selain tinta, pena dan huruf-huruf tunggal yang tidak bersusun.
Ia sudah mendekati kepada penulisan. Dan belum lagi sampai kesana.
Tingkat kedua: bahwa berhasil bagi anak kecil itu ilmu-pengetahuan yang
diusahakan dengan pengalaman dan pemikiran. Maka ilmu-pengetahuan itu
adalah seperti simpanan padanya. Kalau ia mau, niscaya ia kembali
kepadanya. Dan halnya itu sama dengan halnya orang yang pandai menu-
lis. Karena dikatakan kepadanya: penulis, Walaupun ia tidak langsung
menulis, Disebabkan kemampuannya kepada penulisan itu. Inilah tujuan
penghabisan derajat insaniyah. Akan tetapi pada derajat ini terdapat
tingkat-tingkat yang tak terhingga jumlahnya, yang berlebih-kurang
manusia padanya, disebabkan banyak dan sedikitnya pengetahuan
1.
Jawaz, artinya: hal-hal yang boleh ada dan boleh tidak. Mustahil,
artinya: yang tidak mungkin ada menurut akal. Dan lawannya: wajib,
artinya: yang mesti adanya menurut akal. Tiga perkataan ini, adaiah
hukum akal (Pent.).
|
911
|
memperolehnya.
Karena sebahagian hati berhasil ilmu-pengetahuan itu, dengan ilham
ketuhanan, diatas jalan mendatangkannya (mubada-ah) dan membukakannya
(mukasyafah). Dan sebahagian mereka, memperolehnya dengan jalan belajar
dan usaha. Kadang-kadang segera berhasil dan kadang-kadang Iambat
berhasil.
Pada maqam
(kedudukan) ini, berbeda-bedalah tingkat para ulama, hukama (para ahli
hikmat atau filosuf), nabi-nabi dan wali-wali. Maka tingkat meningginya
tidak terhingga padanya. Karena ilmu Allah S.W.T. tidak berkesudahan.
Dan tingkat yang tertinggi, ialah tingkat nabi, yang terbuka baginya
tiap-tiap hakikat atau yang terbanyak dari hakikat itu, tanpa usaha dan
pemberatan diri. Akan tetapi dengan pembukaan ketuhanan dalam waktu
yang sangat segera.
Dengan
kebahagiaan ini, seorang hamba Allah mendekati Allah, dengan arti,
hakikat dan sifat. Tidak "dengan tempat dan jarak-jauhnya. Tempat
pendakian tingkat-tingkat ini, ialah tempat-tempat orang yang berjalan
kepada Allah Ta'ala. Dan tak ada hingganya tempat-tempat itu.
Sesungguhnya masing-masing orang yang berjalan itu, tahu akan tempatnya
yang menyampaikannya dalam perjalanannya. Maka ia mengetahui tempat itu
dan mengetahui tempat-tempat dibelakangnya.. Adapun yang dihadapannya,
maka tidaklah sampai hakikat pengetahuannya. Akan tetapi kadang-kadang
ia membenarkan yang dihadapan itu, karena beriman kepada yang ghaib,
sebagaimana kita beriman kepada kenabian dan nabi. Dan membenarkan
adanya. Akan tetapi tiada yang mengetahui hakikat kenabian, selain nabi
sendiri. Sebagaimana anak dalam kandungan (janin) tiada mengetahui
keadaan anak kecil. Dan anak kecil tiada mengetahui keadaan anak yang
akan dewasa (al-mumayyiz) dan pengetahuan dlaruri yang terbuka baginya.
Anak yang akan dewasa tiada mengetahui keadaan Orang yang berakal dan
pengetahuan nadhari yang diusahakannya. Maka seperti itu pulalah orang
yang berakal ('aqil) tiada mengetahui segala macam kelebihan
lemah-lembut dan rahmatnya Allah, yang dibuka oleh Allah kepada
wali-wali dan nabi-nabiNya. Barang apapun rahmat yang dibuka oleh Allah
kepada manusia, maka tiada yang menahannya. Rahmat itu di- berikan,
disebabkan kemurahan dan kemuliaan Allah S.W.T., tiada kikir kepada
seorangpun. Tetapi sesungguhnya jelas yang demikian dalam hati yang
mencari pemberian rahmat Allah Ta'ala, sebagaimana disabdakan oleh Nabi
s.a.w.:-
إن لربكم في أيام دهركم لنفحات ألا فتعرضوا لها
(Inna lirabbikum fii ayyaami dahrikum la- nafahaatin a laa fa ta 'arradluu lahaa).Artinya: "Sesungguhnya pada hari-hari masamu, Tuhanmu mempunyai
912
|
Artinya: "Sesungguhnya pada hari-hari masamu, Tuhanmu mempunyai pemberian-pemberian. Mengapa kamu tidak datang mengambilnya?" (1).
Datang mengambil pemberian itu, ialah dengan membersihkan dan
mensucikan hati dari kekejian dan kekotoran yang diperoleh dari pada
budipekerti tercela, sebagaimana akan datang penjelasannya. Kepada kemu
rahan inilah disyaratkan dengan sabda
Nabi s.a.w.:-
ينزل الله كل ليلة إلى سماء الدنيافيقول هل من داع فأستجيب له
(Yanzilul-laa-hu kulla lai-latin ilaa sa-maa-id-dun-ya, fa yaquulu, hal min daa-'in fa-astajiibulah?).Artinya: "Tiap-tiap
malam (rahmat) Allah turun ke langit dunia. Lalu Allah Ta'ala
berfirman: "Adakah orang yang berdo'a, supaya Aku perkenankan do'anya?"
(2).
Dan dengan sabda Nabi s.a.w. sebagai hikayah dari pada Allah 'Azza wajalla
لقد طال شوق الأبرار إلى لقائي وأنا إلى لقائهم أشد شوقا
(La-qad thaala syauqul-abraari ilaa Iiqaa-ii wa ana ilaa liqaa-ihim asyaddu syauqan).Artinya: "Telah lamalah rindunya orang-orang baik untuk bertemu dengan Aku. Dan Aku lebih rindu lagi untuk menemui mereka" (3). Dan dengan sabda Nabi s.a.w.:-
من تقرب إلي شبرا تقربت إليه ذراعا
(Man taqarraba ilayya syibran taqarrabtu ilaihi dzi-raa-'an).Artinya: "Barangsiapa mendekati Aku sejengkal, niscaya Aku mendekati nya sehasta". (4).
Semua itu
isyarat, bahwa cahaya ilmu tidak terdinding (terhijab) dari hati, karena
kikir dan larangan dari pihak Yang Memberi nikmat. Mahasuci Ia dari
sifat kikir dan melarang. Akan tetapi cahaya ilmu itu terdinding karena
kekejian, kekotoran dan kesibukan dari pihak hati itu sendiri.
Sesungguhnya hati itu seperti bejana (tempat air).
Selama
masih penuh dengan air, maka tidak dimasuki udara. Maka hati yang
disibukkan oleh selain Allah, niscaya tidak dimasuki oleh ma'rifah
1. Dirawikan dari Abi Hurairah dan Abi Sa'id oleh Al-Bukhari dan Muslim.
|
2. Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim, dan Iain-Iain dari Abi Hurairah (Ittihaf jilid 7, hal. 221).
|
3. Hadits
ini, menurut keterangan Al-'Iraqy, ia tidak memperoleh asalnya. Tetapi
menurut Shahibul-firdaus, hadits ini dari Abi'd-Darda'
|
4. Hadits
ini dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah. Yaitu hadits
qudsi, artinya: Nabi s.a.w. menyampaikan firman Allah. -
|
913
|
(mengenal) keagungan Allah Ta'ala. Kepada inilah diisyaratkan dengan sabda Nabi s.a.w.:-
لولا أن الشياطين يحومون على قلوب بني آدم لنظروا إلى ملكوت السماء
(Lau laa annasy-syayaathiina yahuumuuna lalaa
quluubi banii Aadama la- nadharuu ilaa malakuutis-samaa-i).Artinya:
"Jikalau tidaklah setan-setan itu mengelilingi hati anak Adam (manusia),
niscaya mereka dapat memandang kealam malakut yang tinggi.
Dari
keseluruhan ini, teranglah bahwa ke-khusus-an manusia itu: ilmu dan
hikmah.Dan yang termulia, dari segala macam ilmu itu, ialah: ilmu menge-
nai'Allah, sifat-sifatNya dan af'alNya (perbuatanNya). Maka dengan
itulah kesempurnaan manusia. Dan pada kesempurnaannya itu kebahagiaan
dan kepatutannya disisi Tuhan Yang Maha agung dan Mahasempurna. Maka
tubuh manusia itu tersusun untuk jiwa dan jiwa itu tempat ilmu. Dan ilmu
itu maksud manusia dan kekhususannya, yang karena ilmulah, manusia itu
dijadikan.
Sebagaimana
kuda bersekutu dengan keledai tentang kuatnya membawa beban dan khusus
bagi kuda dengan kuatnya lari mengejar musuh dan berlarian serta
bagusnya bentuk, maka adalah kuda itu dijadikan karena kekhususan
tersebut. Kalau hal khusus itu kosong, niscaya turunlah kuda itu
kelembah tingkatan keledai.
Begitu
pulalah manusia! Ia bersekutu dengan keledai dan kuda pada bebe rapa
hal. Dan ia berbeda dari keduanya dalam beberapa hal, yang menjadi
kekhususannya. Ke-khusus-an itu setengah dari sifat-sifat malaikat yang
dekat disisi Tuhan Semesta alam. Dan manusia dalam kedudukannya, adalah
diantara hewan dan malaikat. Sesungguhnya manusia itu dari segi ia makan
dan berketurunan, adalah tumbuh-tumbuhan. Dan dari segi ia merasa dan
bergerak dengan kemauan sendiri (ikhtiar}, adalah hewan. Dan dari segi
bentuk dan tegaknya, maka adalah seperti bentuk yang di- ukir pada
dinding tembok. Dan kekhusus-annya, ialah: mengetahui hakikat segala
sesuatu. Maka barangsiapa menggunakan semua anggota tubuh dan
kekuatannya dengan cara meminta tolong untuk ilmu dan amal, maka ia
telah serupa dengan malaikat. Maka berhaklah ia dihubungkan dengan para
malaikat. Dan layaklah dinamakan: malaikat dan rabbani (orang yang dekat
dengan Tuhan), sebagaimana diterangkan oleh Allah tentang sifat- sifat
Jusuf a.s. dengan firmanNya:- Artinya: "Ini bukan manusia, tetapi ini malaikat yang mulia". - S. Jusuf, ayat'31.
1. Dirawikan Ahmad dari Abi Hurairah.
|
914
|
Barangsiapa
berbuat dengan kemauannya untuk menuruti kesenangan badaniah, ia makan
seperti hewan makan, maka ia telah turun kelembah yang sejajar dengan
hewan. Ia menjadi bebal seperti: sapi atau rakus seperti: babi, atau
menjilat seperti: anjing atau kucing, atau pendengki seperti; unta,
atau tekebur seperti: harimau atau penipu seperti: pelanduk atau
mengumpulkan sifat-sifat tadi semuanya, seperti:setan durhaka.
Tiap-tiap
anggota tubuh dan pancaindra manusia, dapat dan mungkin di-minta tolong
untuk menempuh jalan yang akan menyampaikan kepada Allah Ta'ala.
Sebagaimana akan datang penjelasan sebahagian daripadanya pada "Kitab Syukur". Barangsiapa
menggunakan anggota tubuh dan "pancaindranya pada jalan sampai kepada
Allah, maka ia memperoleh kemenangan. Dan barangsiapa berpaling
daripadanya, maka merugi dan kecewa.
Keseluruhan
kebahagiaan pada yang demikian, ialah bahwa menjadikan bertemu dengan
Allah Ta'ala itu tujuannya. Negeri akhirat itu tempat ketetapannya.
Dunia itu tempat tinggalnya. Tubuhnya itu kenderaannya. Dan anggota
badannya itu pelayan-pelayannya. Maka tetaplah ia, yakni: yang
mengetahui dari manusia itu, dalam hati yang berada ditengah-te- ngah
kerajaannya, seperti: raja. Berlakulah kekuatan khayalan (imajinasi^
yang tersimpan pada depan otak, sebagai pengurus posnya. Karena semua
berita yang diketahui dengan pancaindra, terkumpul padanya. Berlakulah
kekuatan penjaga yang tempatnya diujung otak, sebagai penjaga gudang-
nya. Berlakulah lidah sebagai juru-bahasanya. Berlakulah anggota badan
yang bergerak, sebagai juru-tulis-juru-tulisnya. Dan berlakulah
pancaindra yang lima sebagai mata-matanya. Maka ia mewakilkan kepada
masing-masing pancaindra itu, menyampaikan berita-berita yang terjadi
dari semua penjuru. la mewakilkan kepada mata, mengenai dunia warna.
Kepada pendengaran, mengenai dunia suara. Kepada penciuman, mengenai
dunia bau-bauan. Dan begitulah pula yang Iain-lain. Semuanya mempunyai
berita yang dipetiknya dari dunia-dunia itu. Dan disampaikannya kepada
kekuatan khayalan, yang seolah-olah ia seperti: pengurus pos. Dan
pengurus pos itu menyerahkannya kepada: penjaga gudang. Dialah yang
menjaga. Oleh pengurus gudang itu, disampaikannya kepada raja. Lalu raja
itu mengambil apa yang diperlukannya pada mengatur kerajaannya dan me-
nyempurnakan perjalanannya yang menjadi tujuannya. Dan mencegah musuhnya
yang membahayakan dan menolak perampok-perampok dijalanan.
915
|
Apabila
manusia itu telah berbuat demikian, niscaya la memperoleh tau fiq,
berbahagia dan bersyukur kepada nikmat Allah. Apabila ia kosong dari
keseluruhannya ini atau dipergunakannya, akan tetapi untuk memelihara
musuhnya, yaitu: nafsu-syahwat, kemarahan dan hal-hai lain yang segera
keuntungannya atau pada pembangunan jalannya, tidak pembangunan tempat
tinggalnya, karena dunia itu jalan yang dilaluinya, sedang tanah air dan
tempat ketetapannya, ialah akhirat, niscaya orang tersebut memperoleh
kehinaan, celaka, mengingkari nikmat Allah, menyia-nyiakan tentara
Allah Ta'ala, menolong musuh-musuh Allah dan menghina barisan Allah.
Maka berhaklah ia dikutuk dan dijauhkan dari rahmat Allah didunia dan
diakhirat. Kita berlindung dengan Allah dari yang demikian. Dengan
contoh yang kami kemukakan tadi, diisyaratkan oleh Ka'bul-Ahbar, dimana
ia berkata: "Aku datang kepada 'A'isyah r.a. lalu aku berkata: "Manusia,
dua matanya itu pemberi petunjuk. Kedua telinganya itu corong. Lidahnya
itu juru-bahasa. Kedua tangannya itu sayap. Kedua kakinya itu pos. Dan
hatinya itu raja. Apabila raja itu baik, niscaya baik- lah
tentara-tenteranya". '
Lalu 'A'isyah r.a. menyahut: "Begitulah aku mendengar Rasulu'llah s.a.w. bersabda" (1).
Ali r.a.
berkata tentang memberi contoh hati: "Sesungguhnya Allah Ta'ala
mempunyai tempat-tempat air (bejana) dibumiNya. Yaitu: hati Maka hati
yang paling dikasihi oleh Allah Ta'ala, ialah: yang paling halus, yang
paling bersih dan yang paling keras. Kemudian Ali r.a. menafsirkannya
dengan mengatakan:
"Paling
kerasnya hati itu mengenai Agama, Paling bersihnya mengenai keyakinan.
Dan paling halusnya kepada saudara-saudara. Itulah yang diisyaratkan
dengan firman Allah Ta'ala:-
أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
(Asyid-daa-u
'alal-kuffaari, ruhamaa-ubainahum).Artinya: " bersikap teguh
dan kuat terhadap orang-orang yang tidak beriman, bersifat kasih-sayang
antara sesama mereka". S. Al-Fath, ayat 29.
Firman Allah Ta'ala:-
مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ
(Matsalu nuurihika misykaatin fiihaa mishbaah)Artinya: "Perumpamaan cahaya Tuhan itu sebagai sebuah lobang, yang didalamnya pelita". S. An-Nur, ayat 35.
1. Hadits 'A'isyah ini, diriwayatkan oleh Abu Na'im dan Thabrani dari Abu Hurairah. Dan diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Dzar.
|
916
|
Ubai bin Ka'ab r.a. berkata: "Artinya seperti cahaya orang mu'min dan hatinya".
Dan firman Allah Ta'ala:-
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ
(Au ka-dhulu-maatin fii bahrin luj-jiy-yin)Artinya: "Atau (keadaan mereka) sebagai kegelapan dilaut yang dalam".S. An-Nur, ayat 40.
Itu adalah seperti hati orang munafiq.Zaid bin Aslam berkata tentang firman Allah Ta'ala:-
فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
(fii lauhin mah fuudh).Artinya: "Dalam batu-tulis yang terpelihara baik". S. Al-Buruj, ayat 22. Yaitu: hati orang mu'min.
Sahl berkta: "Hati dan dada itu adalah seperti: 'Arasy dan Kursi. Itulah contoh-contoh hati itu!
PENJELASAN: kumpulan/sifat-sifat hati dan contoh-contohnya.
Ketahuilah,
bahwa manusia itu tentang kejadian dan susunan badannya, tersertakan:
empat campuran. Maka dari itu, berkumpullah pada manusia: empat sifat.
Yaitu: sifat kebuasan, sifat kebinatangan, sifat kesetanan dan sifat
ketuhanan. Bila manusia itu dikuasai oleh sifat kemarahan, maka ia
melakukan perbuatan-perbuatan binatang buas, yaitu: permusuhan,
kemarahan dan serangan terhadap manusia lain dengan pukuian dan makian:
Sekiranya manusia itu dikuasai oleh nafsu-syahwat, maka ia melakukan
perbuatan-perbuatan hewan. Yaitu: kerakusan, kelobaan, kesangatan
nafsu-syahwat dan lain-lain.
Sekiranya manusia itu ada pada dirinya urusan ketuhanan (amrun-rabba- niyyum), sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta'ala:-
قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي
(Qulir-ruuhu min amri rabbii).Artinya: "Jawablah: Ruh itu termasuk urusan Tuhanku". S. Al-Isra., ayat 85,
Maka manusia
itu mendakwakan bagi dirinya sifat rububiyah (sifat ketuhanan). Ia
ingin kekuasaan, ketinggian, ke-khusus-an, ketangan-besian dalam semua
urusan, kesendirian menjadi kepala, keterlepasan dari beleng gu
perbudakan dan kerendahan. Ia ingin mengetahui semua ilmu. Bahkan
mendakwakan dirinya mempunyai ilmu, ma'rifah dan menguasai hakikat
segala urusan. Ia senang apabila dikatakan berilmu dan susah apabila
disebutkan bodoh.
917
|
Mengetahui
semua hakikat dan menguasai dengan paksaan terhadap semua makhluk itu,
termasuk sifat ketuhanan. Dan pada manusia ada keinginan kepada yang
demikian. Dan dari segi manusia itu mempunyai sifat khusus, dapat
membedakan segala sesuatu, dibandingkan dengan hewan, disamping manusia
dan hewan itu sama-sama mempunyai sifat marah dan nafsu-syahwat, yang
menghasilkan sifat kesetanan, maka manusia itu men jadi jahat. Ia
menggunakan sifat dapat membedakan segala sesuatu, untuk memikirkan
cara-cara kejahatan. Dan ia sampai kepada maksud dengan tipuan, helah
dan tipu-daya. Dan ia lahirkan kejahatan dalam bentuk tontonan
kebajikan.
Inilah budi-pekerti setan-setan!
Pada semua
manusia terdapat campuran pokok-pokok yang empat ini. Yakni: rabbaniyah,
(sifat ketuhanan), kesetanan, kebuasan dan kebinatangan. Semuanya
terkumpul dalam hati.
Maka
seolah-olah yang terkumpul pada kulit manusia itu, ialah: babi, anjing,
setan dan ahli-fikir. Babi, yaitu: nafsu-syahwat. Sesungguhnya babi itu
tidaklah tercela karena warnanya, bentuknya dan rupanya. Akan tetapi,
karena rakusnya, dahaganya dan lobanya. Dan anjing itu ialah: marah.
Sesungguhnya, binatang buas yang menerkam dan anjing yang galak,
tidaklah dia itu anjing dan binatang buas, dipandang dari rupa, warna
dan bentuk. Akan tetapi jiwa arti kebuasan itu, penerkaman, permusuhan
dan kegalakan.
Dan dalam
batin manusia itu, terdapat kebuasan binatang buas dan kemarahannya,
kerakusan babi dan kelobaannya. Maka babi itu, dengan sifat kelobaan,
mengajak kepada kekejian dan kemungkaran. Dan binatang buas itu, dengan
sifat kemarahan, mengajak kepada kezaliman dan menyakitkan orang. Dan
setan itu selalu menggerakkan nafsu-syahwat babi dan kemarahan binatang
buas. Dan digerakkannya yang satu dengan yang lain. Dan baguslah bagi
babi dan binatang buas itu apa yang menjadi sifat nalurinya.
Ahli-fikir
(ahli hikmat) yang menjadi contoh bagi akal itu, disuruh untuk menolak
godaan dan tipuan setan, dengan membuka tipuannya dengan pandangan hati
yang tembus dan cahayanya yang cemerlang terang. Dan memecahkan
kerakusan babi itu, dengan penguasaan anjing atas babi itu. Karena
dengan kemarahan, dapat dipecahkan bergelagaknya nafsu-syahwat. Dan
ditolak kegalakan anjing dengan penguasaan babi atas anjing. Dan
dijadikan anjing itu, terpaksa tunduk dibawah kebijaksanaan babi. Kalau
diperbuat yang demikian dan dikuasainya, maka luruslah urusan dan
lahirlah keadilan dalam kerajaan tubuh. Dan berjalanlah semua diatas
jalan yang lurus. Dan jikalau lemah daripada memaksakannya, maka mereka
itu yang memaksakannya dan mempergunakannya. Lalu senantia- salah
memikirkan daya-upaya dan menghaluskan pemikiran, untuk menge nyangkan
babi dan menyenangkan anjing. Maka selalulah ia menyembah anjing dan
babi.
918
|
Inilah
keadaan kebanyakan manusia, manakala kebanyakan cita-cita mereka itu
perut, kemaluan dan berlomba-lomba dengan musuh . Yang heran, bahwa ia
menantang kepada penyembah-penyembah berhala, akan pe- nyembahan mereka
itu kepada batu. Jikalau terbuka tutup daripadanya, dibiikakan
keadaannya yang sebenarnya dan diberi contoh kepadanya akan hakikat
keadaannya itu, sebagaimana diberi contoh kepada orang- orang yang
memperoleh muka-syafah (terbuka hijab), adakalanya dalam tidur atau pada
waktu jaga, niscaya ia melihat akan dirinya, patuh diha- dapan babi.
Sekali ia sujud kepada babi itu. Dan pada kali yang lain, ia ruku'
kepadanya. Menunggu petunjuk dan perintahnya. Maka manakala babi itu
bergerak untuk meminta sesuatu dari keinginan nya niscaya dengan cepat
ia bangun untuk melayani dan mendatangkan keinginan babi itu. Atau ia
melihat akan dirinya patuh dihadapan anjing galak, menyembah anjing itu.
Patuh dan mendengar apa yang dikehendaki dan diminta oleh anjing tadi.
Memutar pikiran dengan daya-upaya untuk sampai kepada mematuhinya.
Dengan
demikian, ia berujsaha menyenangkan setannya. Sesuriggujhnya ia yang
menggerakkan babi I dan membangunkan anjing. Ia yang memba- ngunkan
anjing dan babi itu untuk melayani setan. Maka dari segi ini, ia
menyembah setan, dengan menyembah anjing dan babi. Maka hendaklah semua
hamba Allah itu memperhatikan geraknya, dan te ta pnya, diamnya dan
bicaranya, tegaknya dan duduknya! Dan hendaklah ia memandang dengan
mata-hati! Maka ia tidak melihat - kalau ia menginsyafi akan dirinya -
selain ia berusaha sepanjang hari, menyembah yang tersebut itu.
Inilah
penganiayaan yang paling penghabisan! Karena pemilik dijadikannya, yang
dimiliki. Pemimpin dijadikannya yang dipimpin. Tuan dijadikannya
budak. Dan yang berkuasa dijadikannya yang dikuasai. Karena akallah yang
berhak untuk menjadi tuan, yang dapat memaksa dan yang berkuasa. Dan
telah diperbuatnya akal itu untuk melayani yang tiga itu (anjing, babi
dan setan). Nlaka tak dapat dibantah, lantaran mematuhi yang tiga tadi,
berkembanglah dalam hatinya, sifat-sifat yang bertindis-lapis. Sehingga
ia menjadi setempel dan karat, yang membinasakan dan mematikan hati.
Adapun
menta'ati babi nafsu-syahwat,, maka timbullah daripadanya sifat kurang
malu, keji, boros, kikir, ria, rusak kehormatan, suka main-main,
senda-gurau, loba, rakus, penjilat, dengki, busuk-hati, suka memaki dan
lain-lain.
919
|
Adapun
menta'ati anjing amarah, maka berkembanglah daripadanya, kepada hati,
sifat-sifat: membuta-tuli, semberono, angkuh, ingin tinggi sebenang,
kemarahan meluap-luap, tekebur, membanggakan diri, suka mele cehkan
orang, memandang ringan terhadap orang, penghinaan terhadap orang,
kamauan jahat, ingin berbuat kezaliman dan lain-lain. Adapun menta'ati
setan, ialah: dengan mengikuti nafsu-syahwat dan kemarahan. Maka
menghasilkan sifat mengieuh, menipu, mencari dalil, tipu-muslihat,
berani babi, menipu, membuat contoh yang tidak-tidak, menokoh, merusak,
perkataan kotor dan sebagainya. Jikalau keadaan itudibalik dan semuanya
dipaksakan dibawah kebijaksa- naan sifat ketuhanan(sifat rabbaniyah),
niscaya tetaplah dalam hatinya sifat- sifat ketuhanan. Yaitu: ilmu,
hikmah, yakin, meliputi pengetahuannya tentang hakikat segala sesuatu,
mengetahui segala urusan menurut yang sebenarnya, menguasai atas tiap
sesuatu, dengan kekuatan ilmu, nur mata-hati dan berhak tampil diatas
makhluk, karena kesempurnaan dan keagungan ilmu. Dan ia terlepas dari
pada perbudakan hawa nafsu dan kemarahan. Dan berkembanglah sifat-sifat
mulia, lantaran terkungkung- nya babi hawa-nafsu dan kembalinya kebatas
normal. Sifat-sifat mulia itu, seperti: sifat menjaga diri, merasa cukup
dengan yang ada, tenang, zahud, wara', taqwa, lapang dada, bagus sikap
malu,ramah, bertolong-tolongan dan sebagainya.
Dan dengan
mengekang kekuatan amarah, memaksakannya dan mengem- balikannya ke
batas yang seharusnya, maka menghasilkan sifat: berani, dermawan, suka
menolong, mengekang nafsu, sabar, penyantun, memikul kewajiban, pema'af,
tetap pendirian, hati mulia, cerdik, berjiwa besar, dan lain-lain.
Maka hati
adalah seperti cermin yang telah diliputi oleh hal-hal yan mem- bekas
tadi. Bekas-bekas itu secara bersambung akan sampai kepada hati. Adapun
bekas-bekas yang terpuji yang Sudah kami sebutkan dahulu, maka akan
menambah cemerlangnya cermin hati, bersinar, cemerlang, nur dan terang.
Sehingga cemerlanglah jelasnya kebenaran. Dan terbukalah hakikat urusan
yang dicari dalam Agama. Kepada contoh hati inilah, dii- syaratkan
dengan sabda Nabi s.a.w.:-
إذا أراد الله بعبد خيرا جعل له واعظا من قلبه
(Idzaa araada'l-laahu bi-vabdin khairan, ja'ala lahu waa-'idhan min qab-Bih).Artinya:
"Apabila dikehendaki oleh Allah kebajikan pada seorang hamba, niscaya
dijadikanNya orang itu memperoleh pelajaran dari hatinya" (1). Dan
dengan sabda Nabi s.a.w:-
1. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Manshur Ad-Dailamy, dari Ummu Salmah. Isnad hadits ini baik.
|
920
|
من كان له من قلبه واعظ كان عليه من الله حافظ
(Man kaana lahu min qalbihi waa 'idhun, kaana 'alaihi mina'llaa- hi haa-fidhun).Artinya: "Barangsiapa mempunyai juru-nasehat dari hatinya, niscaya ada penjaga daripada Allah kepadanya". (l).
Hati ini ialah yang menetap ingatannya kepada Allah. Allan Ta'ala berfirman:
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(A laa
bi-dzikril-laahi, tath-ma-innul-guluub)Artinya: "Ketahuilah, bahwa
dengan mengingati Allah, hati menjadi tenteram". S. Ar-Ra'd, ayat 28.
Adapun
bekas-bekas yang tercela, adalah seperti: asap yang menggelap- kan, yang
naik kepada kaca hati. Dan senantiasa bertambah tebal, dari se- kali
kesekali. Sehingga hati itu hitam dan gelap. Dan secara keseluruhan,
hati itu menjadi terdinding (terhijab) daripada Allah Ta'ala. Yaitu:
tabiat. Dan itu karatan. Allah Ta'ala berfirman:-
كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
(Kallaa,
balraana'alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun). Artinya: "Jangan
berpikir begitu! Bahkan apa yang telah mereka kerjakan itu, menjadi
karat pada hati mereka". S. Al-Muthaffifin, ayat 14. Allah 'Azza wa
Jalla berfirman:-
أَنْ لَوْ نَشَاءُ أَصَبْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَنَطْبَعُ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لا يَسْمَعُونَ
(An law nasyaa-uashabnaa-hum bi dzunuubihim wa nathba'u 'alaa quluu- bi-him fahum laa yas-ma'uun).Artinya: "Bahwa
jika Kami mau, niscaya mereka akan Kami binasakan, disebabkan dosa
mereka. Dan Kami capkan hati mereka, sehingga mereka tidak
mendengarkan". S. Al-A'raf, ayat 100.
Tidak
mendengarnya itu diikatkan dengan mencapnya dengan segala dosa, adalah
sebagaimana mendengar diikatkan dengan taqwa. Allah Ta'ala berfirman :-
Artinya: "Bertaqwalah kepada Allah dan dengarkanlah perintahNya". S. Al-Maidah, ayat 108. Firman Allah Ta'ala:-Artinya: "Bertaqwalah kepada Allah dan Allah mengajar kamu". S. Al- Baqarah, ayat 282.
1. Menurut keterangan Al-'Iraqi pada bagian bawah halaman Ihya', dia tidak mendapati hadits ini asalnya.
|
921
|
Manakala
dosa itu telah bertindis-lapis, niscaya tercapkanlah diatas hati. Dan
pada ketika itu, butalah hati daripada mengetahui kebenaran dan ke
baikan Agama. Dan ia mempermudah urusan akhirat. Dan membesarkan urusan
dunia. Dan jadilah cita-citanya terbatas kepada dunia. Maka apabila
pendengarannya diketok dengan urusan akhirat dan bahaya-bahaya yang ada
diakhirat, niscaya masuk dari satu telinga dan keluar dari telinga yang
satu lagi. Tidak menetap didalam hati dan tidak menggerakkannya kepada
tobat dan memperoleh yang telah hilang. Merekalah orang-orang yang telah
putus asa dari akhirat, sebagaimana putus asanya orang-orang kafir yang
didalam kubur.
Inilah
artinya kehitaman hati disebabkan dosa, sebagaimana dituturkan oleh
Al-Qur-an dan Sunnah. Maimun bin Mahran berkata: "Apabila seorang hamba
Allah berdosa dengan sesuatu dosa, maka menitiklah pada hatinya suatu
titik hitam. Maka apabila ia mencabut dirinya dari dosa itu dan
bertobat, maka hati itu berkilat kembali. Dan kalau ia kembali lagi,
niscaya ditambahkan pada titik hitam itu, sehingga hatinya tinggi. Maka
itulah karat namanya.
Nabi s.a.w. bersabda:-Artinya: "Hati orang mu'min itu bersih, padanya pelita yang bercahaya gemilang. Dan hati orang kafir itu hitam terbalik" (1).
Maka menta'ati Allah s.w.t. dengan menyalahi hawa-nafsu itu melicinkan
hati. Dan berbuat maksiat kepada Allah Ta'ala itu menghitamkan hati.
Orang yang menghadapkan dirinya kepada perbuatan maksiat, niscaya hi
tamlah hatinya
1.
Hadits ini diriwayatkan Ahmad dan Ath-Thabrani dari Abi Sa'id
Al-Khudry. Hadits ini adalah sebahagian dari hadits yang berikut ini.
|
922
|
Dan orang
yang berbuat kebajikan sesudah kejahatan dan menghapuskan bekas
kejahatan itu, niscaya hatinya tidak gelap. Akan tetapi cahayanya
berkurang, seperti kaca, yang bernafas padanya. Kemudian disapunya dan
bernafas lagi, kemudian disapunya. Maka kaca itu tidak terlepas dari
kekeruhan.
Nabi s.a.w. bersabda:-
القلوب
أربعة قلب أجرد فيه سراج يزهر فذلك قلب المؤمن وقلب أسود منكوس فذلك قلب
الكافر وقلب أغلف مربوط على غلافه فذلك قلب المنافق وقلب مصفح فيه إيمان
ونفاق(Al-quluubu.arba'atun*
qalbun ajradu fiihi siraajun yuzhiru, fa dzaalika qalbul-mu'mini, wa
qalbun aswadu mankuusun, fadzaalika qalbul-kaafiri, wa qalbun aghlafu,
marbuuthun calaa ghilaafihi, fa dzaalika qalbul-munaa- fiqr, wa qalbun mush-fahun, fiihi iimaanun wa nifaaq). Artinya: "Hati
itu tempat macam: hati yang bersih, padanya pelita yang bersinar
gemilang. Maka itulah hati orang mu'min. Hati hitam terbalik, maka
itulah hati orang kafir. Hati terbungkus yang terikat bungkusannya.
Itulah hati orang munafiq. Dan hati yang melintang, padanya keimanan dan
kemunafikan"(l).
Maka
keimanan didalam hati. itu, adalah seperti sayur-sayuran, yang
dipanjangkan oleh .airyyang baik. Dan kemunafikan didalam hati, adalah
seperti luka yang dipanjangkan oleh darah dan nanah. Maka yang manakah
diantara dua hal tadi yang banyak pada hati, maka bagitulah jadinya hati
itu". Dan pada suatu riwayat: berjalanlah hal itu dengan hati. Allah
Ta'ala berfirman:-
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
Artinya: "Sesungguhnya
orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka diti pu oleh setan yang
datang berkunjung, mereka ingat kembali dan ketika itu mereka menjadi
orang-orang yang mempunyai pemandangan S. A I-A'raf, ayat 201.
Diterangkan,
bahwa terangnya hati dan dapat memandang adalah berhasil dengan zikir
(menyebut dan mengingati Allah). Dan ingatan itu tidak mungkin selain
dari orang-orang yang taqwa. Maka taqwa itu pintu zikir. Dan
zikir itu pintu kasyaf (terbuka hijab). Dan kasyaf itu pintu kemenangan
besar. Yaitu: kemenangan bertemu dengan Allah Ta'ala.
1.
Hadits ini termasuk dalam hadits yang diatas tadi. Dan dibawahnya
sambungan hadits ini dan tidak kami cantumkan bahsa Arabnya, karena
panjang. (Peny).
|
923
|
PENJELASAN: contohnya hati dihubungkan kepada ilmu-pengetahuan khususnya.
Ketahuilah,
bahwa tempat ilmu itu, ialah: hati. Yakni: yang halus, yang mengatur
segala anggota tubuh manusia. Yang halus inilah, yang dipatuhi dan yang
dilayani oleh segala anggota tubuh. Yang halus itu, dengan dihubungkan
kepada hakikat pengetahuan, adalah seperti: cermin, dengan dihubungkan
kepada bentuk segala yang berwarna. Maka sebagaimana yang berwarna itu
mempunyai bentuk dan keadaan bentuk itu melekat pada cermin dan terdapat
pada cermin, seperti demikian pula, masing-masing pengetahuan yang
diketahui itu, mempunyai hakikat. Dan hakikat itu mempunyai bentuk yang
tercap dalam cermin hati dan jelas didalamnya. Sebagaimana cermin itu
lain dan bentuk segala sesuatu itu lain dan hasil bentuknya dalam cermin
itu Iain pula, maka itu menjadi tiga hal. Maka demikian pulalah disini,
terdapat tiga hal: hati, hakikat segala sesuatu dan hasil hakikat itu
sendiri dalam hati dan beradanya didalam hati. Maka orang yang berilmu itu, adalah ibarat hati, dimana keadaan hakikat segala sesuatu bertempat didalamnya.
Dan pengetahuan yang diketahui itu, adalah ibarat hakikat segala
sesuatu. Dan pengetahuan itu sendiri adalah ibarat hasil bentuk didalam
cermin.
Sebagaimana
genggaman umpamanya-memerlukan adanya penggenggam, seperti: tangan dan
yang digenggam, seperti: pedang dan hubungan diantara pedang dan tangan,
dengan berhasilnya pedang itu didalam tangan dan dinamakan: genggaman.
Maka begitu pulalah sampainya keadaan ilmu yang diketahui kepada hati,
yang dinamakan: pengetahuan. Sesungguhnya hakikat* itu ada dan hati itu
ada. Dan tidaklah ilmu itu sudah berhasil. Karena ilmu itu ibarat
daripada sampainya hakikat kepada hati. Sebagaimana pedang itu ada dan
tangan itu ada. Dan tidaklah nama genggaman dan pengambilan itu sudah
berhasil. Karena tidak adanya pedang itu didalam tangan.
Ya,
genggaman itu adalah ibarat daripada berhasilnya pedang itu sendiri
dalam tangan. Dan ilmu yang diketahui itu sendiri, tidak berhasil
didalam hati.
Orang yang
mengetahui api, tidaklah api itu sendiri berada dalam hatinya. Akan
tetapi yang ada, ialah batasnya dan hakikatnya yang sesuai dengan
bentuknya. Maka mencontohkannya dengan cermin, adalah lebih utama.
Karena diri manusia itu tidak ada dalam cermin. Yang ada, ialah: keadaan
yang bersesuaian dengan manusia itu. Begitu pula adanya keadaan yailg
bersesuaian dengan hakikat pengetahuan didalam hati, yang dinamakan:
ilmu. Dan sebagaimana cermin, tidak menampak padanya bentuk sesuatu,
disebabkan oleh lima hal:
924
|
Pertama: kurang bentuknya, seperti zat besi, sebelum dirobah, dibentuk dan dikilatkan.
Kedua: karena buruk, berkarat dan kotornya, walaupun bentuknya sempurna.
Ketiga: karena dipindahkan arah barang itu kearah yang lain, sebagaimana apabila bentuk itu dibelakang cermin.
Keempat: karena dinding (hijab) yang terletak diantara cermin dan bentuk barangnya:
Kelima: tidak
diketahui arah, yang padanya bentuk barang yang dimak- sud. Sehingga
sukar disebabkannya, untuk dihadapkan arah bentuk barang itu dengan arah
cermin.
Maka
seperti itu pula hati, adalah cermin yang disediakan untuk menam- pakkan
padanya hakikat kebenaran dalam segala hal. Dan sesungguhnya hati itu
kosong dari pengetahuan, dimana kekosongan itu terjadi, disebab kan,
oleh sebab yang lima ini:-
Pertama:
kekurangan pada hati itu sendiri, seperti: hati anak-anak. Maka tidak
menampak padanya pengetahuan, karena kekurangannya.
Kedua: karena
kekotoran perbuatan maksiat dan keji yang bertindis-Iapis diatas wajah
hati, lantaran banyaknya hawa nafsu. Sesungguhnya yang demikian itu,
mencegah bersih dan cemerlangnya hati. Lalu tercegahlah lahir kebenaran
padanya, karena kegelapan dan ketindis-lapisannya. Dan kepadanyalah
isyarat dengan sabda Nabi s.a.w.:-
من قارف ذنبا فارقه عقل لا يعود إليه أبدا
(Man qaa-rafa dzanban faaraqahu 'aqlum, laa ya'uudu ilaihi abadan). Artinya: "Barangsiapa mengerjakan dosa, niscaya ia diceraikan oleh akal, yang tidak akan kembali lagi kepadanya untuk selama-lamanya" (1).
Artinya: terdapat kekotoran pada hatinya, yang tidak akan hilang
bekasnya. Karena tujuannya, bahwa diikutkannya dosa itu dengan kebaikan,
yang akan tersapu dosa.itu dengan kebaikan tersebut. Kalau ia
mengerjakan kebaikan dan tidak didahului oleh kejahatan, niscaya -
sudah pasti - bertambahlah kecemerlangan hati. Maka manakala datanglah
kejahatan, niscaya hilanglah faedah kebaikan. Akan tetapi hati itu
kembali kepada keadaannya, sebelumnya kejahatan dan tidak bertambah
cahayanya.
Inilah
kerugian yang nyata dan kekurangan yang tidak dapat dielakkan. Maka
tidaklah cermin yang kotor, kemudian disapu dengan alat yang
mengkilatkan, seperti yang disapu dengan alat yang mengkilatkan karena
bertambah cemerlangnya, tanpa ada kekotoran yang terdahulu.
1. Al-'Iraqi mengatakan, bahwa ia belum pernah melihat hadits ini.
|
925
|
Maka
menghadapkan diri kepada menta'ati Allah dan berpaling dari ke- hendak
hawa-nafsu, itulah yang mencemerlangkan dan yang membersih- kan hati.
Karena itulah, Allah Ta'ala berfirman:-
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
(Wal-ladziina
jaahaduu fiinaa la-nahdiyanna- hum subulanaa). Artinya: "Dan
orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya akan kami
tunjukkan kepada jalan Kami". A. Al-'Ankabut, ayat 69.
Nabi s.a.w. bersabda:-
من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم
(Man’
ami-la bimaa 'alima, warra-sahu'l-laahu 'ilma maa lam ya'lam). Artinya:
"Barangsiapa mengamalkan (melaksanakan) apa yang telah diketahuinya,
niscaya diberi pusaka oleh Allah kepadanya akan pengetahuan, yang belum
diketahuinya" (1).
Ketiga: hati
itu dipalingkan dari arah hakikat yang dicari. Sesungguhnya hati orang
yang ta'at dan salih, meskipun bersih, maka tidaklah jelas padanya
kecemerlangan kebenaran. Karena ia tidak mencari kebenaran. Dan ia tidak
berbetulan dengan cerminnya, akan arah yang dicarinya. Akan tetapi
kadang-kadang, adalah kelengkapan cita-citanya, dengan penguraian amalan
ta'at badaniah.
Atau
dengan penyediaan sebab-sebab kehidupan. Dan pikirannya tidak ditujukan
kepada memperhatikan hadlarat keTuhan-an dan hakikat ilahiyah yang
tersembunyi. Maka tidaklah terbuka baginya, selain apa yang dipikirkan,
dari yang halus-halus dari bahaya amalan dan yang tersembunyi dari
kekurangan-kekurangan diri, kalau ia bertafakkur padanya. Atau tentang
kepentingan-kepentingan kehidupan, jikalau ia bertafakkur pada yang
demikian.
Apabila
adalah pengikatan cita-cita dengan amal-perbuatan dan pengurai- an
keta'atan itu mencegah dari pada tersingkapnya kecemerlangan kebenaran,
maka apakah persangkaan anda tentang orang yang menyerahkan
cita-citanya kepada nafsu-syahwat duniawiah, kepada segala kesenangan
dan yang berhubungan dengan itu? Bagaimanakah ia tidak tercegah dari
pada terbukanya kehakikatan!
Keempat: hijab (dinding).
Sesunggunya orang yang ta'at, yang memaksakan hawa-nafsunya, yang
menjuruskan pikirannya pada sesuatu hakikat kebenaran, kadang-kadang
tidak terbuka juga yang demikian baginya, Karena terdinding daripadanya,
disebabkan aqidahnya yang telah lalu
1. Dirawikan Abu Nu'aim dari Anas.
|
926
|
Keempat: hijab (dinding).
Sesunggunya orang yang ta'at, yang memaksakan hawa-nafsunya, yang
menjuruskan pikirannya pada sesuatu hakikat kebenaran, kadang-kadang
tidak terbuka juga yang demikian baginya, Karena terdinding daripadanya,
disebabkan aqidahnya yang telah lalu sejak kecil, dengan jalan taqlid
(ikut-ikutan) dan menerimanya dengan baik sangka.
Maka
sesungguhnya yang demikian itu, menghambatkan diantara dia dan hakikat
kebenaran. Dan mencegahkannya daripada terbuka pada hatinya, yang
menyalahi daripada yang didapatinya dari taqlid yang nyata. Ini juga
suatu hijab yang besar, yang meng-hijabkan kebanyakan orang- orang ahli
ilmu Kalam (ilmu Tauhid) dan orang-orang yang ta'assub (fanatik) kepada
mazhab-mazhab. Bahkan juga kebanyakan orang-orang salih, yang
bertafakkur tentang alam malakut langit dan bumi. Karena mereka itu
terhijab dengan aqidah-aqidah ke-taqlid-an, yang telah beku dalam diri
mereka. Dan telah melekat dalam hati mereka. Dan menjadi hijab bagi
mereka untuk memperoleh hakikat kebenaran.
Kelima: bodoh
tentang arah yang akan diperoleh padanya yang dicari. Sesungguhnya
orang yang mencari ilmu itu, tidak mungkin memperoleh ilmu dengan
kebodohan, kecuali dengan mengingati ilmu yang bersesuaian dengan yang
dicarinya. Sehingga apabila ia mengingatinya dan menertibkannya dalam
dirinya, dengan ketertiban yang khusus, yang diketahui oleh para ulama
dengan jalan pemikiran, maka ketika itulah ia telah memperoleh arah yang
dicari. Maka terang-benderanglah hakikat yang dicari untuk hatinya.
Karena ilmu-pengetahuan yang dicari itu bukanlah fitrah (diperoleh
sejak lahir). Tidak dapat ditangkap, kecuali dengan jalan ilmu yang
menghasilkan. Bahkan semua ilmu tidak berhasil, kecuali dari dua ilmu
yang mendahului, yang tersusun dan bercampur dengan cara khusus. Maka
berhasillah dari percampuran kedua ilmu itu, ilmu ketiga, sebagaimana
berhasilnya anak daripada percampuran laki-laki dan wanita. Kemudian,
sebagaimana orang yang bermaksud menghasilkan kuda-bibit, tidak mungkin
yang demikian dari keledai, unta dan manusia. Akan tetapi dari asal
khusus dari kuda jantan dan betina. Dan yang demikian itu, apabila
terjadi diantara keduanya, percampuran khusus. Maka seperti itu pula
tiap-tiap ilmu, mempunyai dua asal khusus. Dan diantara keduanya
mempunyai jalan dalam cara percampurannya, yang menghasilkan dari
percampuran itu ilmu yang berfaedah dan yang dicari.
Maka kebodohan tentang asal-usul itu dan caranya percampuran, itulah pencegah daripada memperoleh ilmu.
Contohnya,
apa yang telah kami sebutkan, dari kebodohan mengenai arah terletaknya
bentuk barang. Bahkan contohnya, ialah, bahwa orang ingin melihat
kuduknya - umpamanya - dengan cermin. Maka apabila ia mengangkat cermin
setentang mukanya, niscaya tidak berbetulan dengan arah kuduk. Lalu
tidak tampak kuduk itu dalam cermin. Kalau diangkatnya cermin itu
dibelakang kuduk dan berbetulan dengan dia, niscaya ia telah berpaling
dengan cermin dari matanya. Maka ia tidak melihat cermin dan tidak
bentuk kuduknya dalam cermin. Maka ia memerlukan kepada cermin lain yang
diletakkannya dibelakang kuduk. Dan ini pada hadapan-nya, kira-kira
dapat dilihatnya. Dan ia menjaga kesesuaian diantara letak kedua cermin
itu. Sehingga menampak bentuk kuduk dalam cermin yang setentang kuduk.
Kemudian menampak bentuk cermin ini dalam cermin yang lain, yang
berhadapan dengan mata. Kemudian mata dapat melihat bentuk kuduk.
927
|
Maka
seperti itu pulalah, pada memetik segala macam ilmu, terdapat
jalan-jalan yang menakjubkan. Padanya ada hal-hal yang diada-adakan dan
diselewengkan, lebih menakjubkan daripada yang kami sebutkan tentang
cermin, yang sukar diperoleh diatas bumi yang lapang ini, orang-orang
yang memperoleh petunjuk kepada caranya daya-upaya tentang hal-hal yang
diadaadakan itu.
Maka
inilah sebab-sebab yang mencegah hati, daripada mengetahui hakikat
segala hal. Kalau tidak demikian, maka semua hati itu menurut
fitrah-nya, pantas untuk mengetahui semua kehakikatan. Karena hati itu
urusan ke-Tuhan-an yang mulia, yang membedakan dengan zat alam lainnya,
dengan ke-khusus-an dan kemuliaan itu. Dan kepadanya diisyaratkan
dengan firman Allah 'Azza wa Jalla:-
إِنَّا
عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ
فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا
الإنْسَانُ
(Innaa
'aradlnal-amaanata 'alas-samaawaati wal-ardli wal-jibaali, fa-abaina an
yahmil-nahaa wa asyfaqna minhaa wa hamalahal-insaan). Artinya:
"Sesungguhnya Kami telah memberikan amanah (tanggung jawab) kepada
langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi mereka enggan memikulnya dan
takut terhadap itu, sedang manusia mau memikulnya". — S. Al-Ahzab, ayat
72,
Sebagai
isyarat bahwa manusia itu mempunyai kekhususan yang membedakannya dari
langit, bumi dan gunung-gunung. yang dengan kekhususan itu, ia sanggup
memikul amanah Allah Ta'ala. Dan amanah itu, ialah: marifah (mengenal
Allah) dan tauhid. Dan hati tiap-tiap anak Adam (manusia) itu pada
asalnya, bersedia memikul. amanah dan sanggup memikulnya. Akan tetapi
sebab-sebab yang telah kami sebutkan dahulu, membawa manusia terlambat
untuk bangun melaksanakannya dan sampai kepada pentahkikannya
(pelaksanaannya yang sebenar-benarnya).
928
|
Karena itulah, Nabi s.a.w. bersabda:-
كل مولود يولد على الفطرة وإنما أبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه
(Kullu
mauluu-din yuuladu 'alal-fithrati, wa innamaa abawaahu yuhawwi- daanihi
wa yunash-shiraanihi wa yumajjisaanih).Artinya: "Semua anak itu
dilahirkan diatas fitrah (dalam keadaan asli-suci). Ibu-bapanyalah yang
mejahudikannya, menasranikannya dan memajusikannya" (1),
Dan sabda Nabi s.a.w.:-
لولا أن الشياطين يحومون على قلوب بني آدم لنظروا إلى ملكوت السماء
Lau laa
annasy-syayaathiina ya-huumuuna 'alaa quluu-bi banii Aa-dama,
la-nadharuu ilaa malakuu-tis-sa-maa').Artinya: "Jikalau tidaklah
setan-setan itu mengelilingi hati anak Adam (manusia), niscaya mereka
itu melihat kealam malakut langit" (2), sebagai isyarat kepada
sebahagian sebab-sebab tersebut, yang menjadi hijab diantara hati dan
alam malakut. Dan kepada itu pulalah diisyaratkan dengan yang
diriwayatkan dari Ibnu 'Umar r.a. bahwa Ibnu 'Umar berka tata ,Orang
bertanya kepada Rasulu'llah s.a.w.: "Wahai Rasulu'llah! Di- manakah
Allah, di bumi atau dilangit?" Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Dalam hati
hambaNya yang beriman!" (3).
Pada suatu hadits: "Allah
Ta'ala berfirman: 'Tiada termuat Aku oleh ku-bumiKu dan langitKu dan
termuat Aku oleh hati hambaKu yang beriman, yang lemah-Iembut, yang
tenang-tenteram". (4).
Pada suatu hadits tersebut:-.
قيل
يا رسول الله من خير الناس فقال كل مؤمن مخموم القلب فقيل وما مخموم القلب
فقال هو التقي النقي الذي لا غش فيه ولا بغي ولا غدر ولا غل ولا حسد (Qiila,
yaa Rasuula'llaah! Man khairun-naas? Fa qaala: "Kullu mu'minin
makhmuumil-qalbi".Fa qiila: "Wa maamakhmuumul-qal-bi?" Fa qaala: "Huwa't
- taqiyyun- naqiyyu-'lla-dzii laa ghisy-sya fiihi wa laa bagh-ya wa laa
ghadra wa laa ghil- la walaa hasada). Artinya: "Orang bertanya kepada Nabi s.a.w.: "Wahai Rasulu'llah! Siapa kah manusia yang terbaik? Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Tiap-tiap orang mu'min, yang hatinya "makhmumمخموم ". Lalu orang itu bertanya pula: "Apa- kah hati yang makhmum itu? Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Yaitu: orang yang taqwa, hatinya bersih, tak ada padanya penipuan, kedurhakaan, pengkhianatan, kedengkian dan hasutan" (5).Hadits ini dirawikan Ibnu Majah dari. Abdullah bin Umar, dengan shahih isnad.
1. Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah.
|
2. Hadits ini sudah tersebut dahulu.
|
3. Hadits ini-menurut Al-'Iraqy-tiada dijumpainya dengan kata-kata yang demikian.
|
4. Hadits ini juga tidak pernah dijumpai, menurut keterangan Al-'Iraqy.
|
5. Hadits ini dirawikan Ibnu Majah dari. Abdullah bin Umar, dengan shahih isnad.
|
929
|
Karena itulah, 'Umar r.a. berkata: رأى قلبي ربي "Hatiku
melihat Tuhanku". Karena telah terangkat hijab dengan taqwa.
Barangsiapa telah terangkat hijab diantaranya dan Allah, niscaya
menjelaslah bentuk 'alamul-mulki (alam nyata) dan 'alamul-malakut (alam
batin) dalam hatinya.
Maka ia
melihat sorga. Lintang sebahagian daripadanya ialah langit dan bumi.
Adapun jumlah- nya, maka lebih banyak dari keluasan langit dan bumi.
Karena langit dan bumi itu ibarat dari 'alamul-mulki dan
'alamusy-syahadah (alam nyata dan alam yang dapat disaksikan). Alam ini
meskipun luas tepinya. berjauhan sudut-sudutnya, tetapi pada umumnya
berkesudahan. Adapun 'alamul-malakut, ialah rahasia gaib, tidak dapat
dengan pandang- an mata. Khusus dapat diketahui dengan pandangan
mata-hati. Dia itu ti ada berkesudahan.
Benar,
yang tampak bagi hati daripadanya itu, suatu kadar yang berkesudahan.
Akan tetapi pada dirinya dan dengan ditambahkan kepada ilmu Allah, maka
ia tiada berkesudahan. Jumiah 'alamul-mulki dan 'alamul- malakut,
apabila diambil sekaligus, dinamai: Hadlarah-Rububiah (Hadlarat-KeTuhanan).
Karena Hadlarah-Rububiah itu meliputi semua yang ada. Karena pada wujud
itu tiada sesuatu, selain Allah Ta'ala, perbuatan- Nya dan kerajaanNya.
Dan hamba-hambaNya itu sebahagian dari perbu- atanNya. Apa yang
menampak dari yang tersebut bagi hati, adalah sorga, Sorga itu sendiri
pada suatu golongan. Yaitu: sebab berhaknya sorga pada ahli kebenaran.
Dan luas kepunyaannya dalam sorga, adalah menurut luas ma'rifahnya dan
menurut yang menampak baginya tentang Allah, sifat-si- fatNya dan
afalNya (perbuatanNya)
Yang
dimaksudkan dengan ta'at dan perbuatan anggota badan semuanya, ialah
pembersihan hati, penyucian dan kece merlangannya. Sesungguhnya
orang-orang yang menyucikannya memperoleh kemenangan. Yang dimaksudkan
dengan penyuciannya, ialah berhasilnya cahaya iman dalam hati. Ya'ni:
cemerlangnya nur-ma'rifah (caha pengenalan). Yaitu: yang dimaksudkan
dengan firman Allah Ta'ala:-
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ
(Fa
man yuridil-laahu an yahdiahu, yasyrah shadra-hu lil-islaam). Artinya:
"Maka barangsiapa dikehendaki oleh Allah memberi petunjuk kepadanya,
niscaya dibukakanNya hatinya menganut agama Islam". - S. Al-An'am, ayat
125. Dan firman Allah Ta'ala:-
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ
(A fa man syara-ha'l-laahu shad-rahu lil-islaami, fa huwa *alaa nuu-rin min rabbih).Artinya:
"Apakah orang yang dibukakan oleh Allah hatinya menerima' agama Islam,
karena itu dia mendapat cahaya dari Tuhannya?". — S. Az- Zumar, ayat 22.
930
|
Benar,
penampakan (at-tajalli) dan iman itu, mempunyai tiga tingkat:- Tingkat
pertama: iman orang awam. Yaitu: semata-mata taqlid. Tingkat kedua: iman
orang-orang ahli ilmu-kalam (ilmu tauhid. Yaitu: bercampur aduk dengan
macam-macam dalil. Dan tingkatnya mendekati dengan tingkat iman orang
awam.
Tingkat ketiga:
iman orang-orang arifin (orang yang berma'rifah akan Allah). Yaitu:
orang yang menyaksikan dengan nur-keyakinan. Akan kami terangkan kepada
anda tingkat-tingkat itu dengan contoh. Yaitu: bahwa pembenaran anda
adanya si Zaid dirumahnya-umpamanya- mempunyai tiga tingkat:-
Pertama: bahwa
diterangkan kepada anda, oleh orang, yang telah anda cobakan
kebenarannya. Dan tidak anda kenal padanya kebohongan dan ticlak anda
curigai kebenaran kata-katanya. Hati anda tetap kepadanya dan merasa
tenang dengan pemberitaannya, dengan semata-mata mendengarnya. Inilah
iman dengan semata-mata taqlid. Yaitu contoh imannya orang awam.
Sesungguhnya tatkala mereka telah sampai kepada umur: dapat membedakan
diantara baik dan buruk (masatamyiz), lalu mendengar dari bapak dan
ibunya, akan wujudnya Allah Ta'ala, ilmuNya, iradahNya, qu- drahNya dan
sifat-sifatNya yang lain. Mereka mendengar akan terutusnya rasul-rasul,
benarnya rasul-rasul dan apa yang dibawa rasul-rasul itu. Sebagaimana
mereka mendengar, lalu mereka menerima apa yang didengarnya. Mereka
tetap padanya, merasa tenang dan tidak terguris didalam hatinya, untuk
menyalahi daripada yang dikatakan oleh mereka kepadanya. Karena baik
sangkanya kepada bapa ibu dan guru-gurunya. Iman ini menjadi sebab
kelepasan di akhirat. Dan orang ini termasuk tingkat pertama dari
gotongan kanan (ash-habul-jamin). Dan mereka tidak termasuk orang
muqarrabin (orang yang berdekatan dengan Allah). Karena tidak ada
padanya kasyaf (terbuka hijab), mata hati (bashirah) dan terbuka dada
dengan nur-iman. Karena kesalahan itu mungkin pada yang di- dengarnya
dari orang seorang. Bahkan dari beberapa orang, tentang apa yang
berhubungan dengan aqidah. Maka hati orang-orang Jahudi dan orang-orang
Nasrani juga tenang, dengan apa yang didengarnya dari bapa dan ibunya.
Tetapi mereka ber-aqidah apa yang menjadi aqidah ibu-bapa- nya yang
salah. Karena telah dicampakkan kesalahan kepada mereka. Dan orang-orang
Islam itu ber-aqidah yang benar. Bukan karena mereka melihat kepada
kebenaran. Akan tetapi kalimah kebenaran itu telah dicampakkan kepada
mereka.
931
|
Tingkat
kedua: bahwa anda mendengar perkataan si Zaid dan suaranya dari dalam
rumah, akan tetapi dibelakang dinding. Lalu anda mengambil alasan
tentang adanya dirumah. Maka kepercayaan anda, pembenaran anda dan
keyakinan anda tentang adanya dirumah itu, lebih kuat daripada
pembenaran anda, dengan semata-mata mendengar saja. Sesungguhnya apabila
orang mengatakan kepada anda, bahwa si Zaid itu dirumah. Kemudian anda
mendengar suaranya, niscaya bertambahlah keyakinan anda. Karena suara
itu, menunjukkan kepada bentuk dan rupa pada orang yang mendengar
suaranya, dalam keadaan penyaksian bentuk. Lalu hati menetapkan, bahwa
ini suara orang itu. Dan inilah kepercayaan yang bercampur dengan dalil
(alasan). Dan kesalahan mungkin juga tertimpa kepadanya. Karena suara
itu kadang-kadang menyerupai dengan suara orang lain. Kadang-kadang
mungkin diusahakan demikian dengan jalan menirunya, Kecuali yang
demikian, tiada terguris di hati yang mendengar. Karena ia tidak
membuat di dalam hatinya, tempat untuk buruk sangka. Dan ia tidak
menduga ada maksud dalam penipuan dan peniruan itu.
Tingkat ketiga:
bahwa anda masuki rumah. Lalu anda melihat kepada orang itu dengan mata
anda dan menyaksikannya. Inilah ma'rifah (penge- nalan) yang sebenarnya
dan penyaksian dengan keyakinan. Dan itu menyerupai dengan ma'rifah
orang-orang muqarrabin dan shiddinqin. Karena mereka itu beriman dari
musyahadah (penyaksian). Lalu terlipatlah dalam keimanan mereka,
keimanan orang awam dan orang-orang ahli ilmu-kalam. Mereka dapat
membedakan dengan pembedaan yang nyata, yang mustahil kemungkinan salah.
Benar,
mereka itu berlebih-kurang juga, disebabkan kadar pengetahuan- nya dan
tingkat kasyafnya. Adapun tingkat pengetahuan, maka umpama- nya: ia
melihat si Zaid dalam rumah dari jarak dekat dan pada lapangan rumah
pada waktu cemerlangnya matahari. Maka sempurnalah pengetahuannya. Dan
prang lain, mengetahuinya dalam rumah atau dari jarak jauh atau pada
waktu petang. Lalu tergambarlah baginya dalam bentuk yang menyakinkan,
bahwa itu betul si Zaid. Akan tetapi tidak tergambar pada dirinya yang
halus-halus dan yang tersembunyi dari bentuk si Zaid. Contohnya ini
menggambarkan tentang berlebih-kurangnya penyaksian (musyahadah) bagi
hal-hal ke-Tuhanan.
Adapun
kadar pengetahuan, bahwa ia melihat dalam rumah, si Zaid, si Umar, si
Bakar dan lain-lain. Sedang orang lain hanya melihat si Zaid saja. Maka
pengetahuan yang demikian, sudah pasti bertambah dengan ba- nyaknya
yang diketahui.
Inilah keadaan hati, dengan menyandarkan kepada ilmu-pengetahuan! Allah Ta'ala yang maha-tahu dengan yang sebenarnya.
932
|
PENJELASAN: keadaan hati dengan menyandarkan kepada bermacam- macam ilmu aqal, ilmu agama, dunia dan akhirat.
Ketahuilah,
bahwa hati dengan nalurinya bersedia menerima hakikat segala
pengetahuan, sebagaimana telah diterangkan dahulu. Tetapi pengetahuan
yang bertempat didalam hati itu terbagi kepada: aqliyah (ke-akal-an) dan
syar'iyah (keagamaan).
Bahagian
'aqliyah terbagi kepada dlaruriyah (yang diketahui secara mu- dah) dan
muktasabah (dengan jalan diusahakan). Dan muktasabah itu terbagi kepada
duniawiyah (keduniaan) dan ukhrawiyah (keakhiratan). Adapun 'aqliah,
maka yang kami maksudkan dengan 'aqliyah itu, ialah: yang dikehendaki
oleh insfink akal. Dan tidak diperoleh dengan taqlid dan mendengar. Dan,
terbagi kepada dlaruriyah, yang tidak diketahui, dari mana datangnya
dan bagaimana datangnya. Seperti pengetahuan manusia bahwa orang satu
tidak ada pada dua tempat. Dan suatu benda, tidak ada dia itu baharu
(hadits) dan lama (qadim), ada dan tidak ada sekali gus. Ini semu- anya
pengetahuan yang diperoleh oleh manusia sendiri semenjak kecil, menjadi
fitrah baginya. Ia tidak tahu, kapan ilmu itu ada padanya dan dari mana
datangnya. Yakni: ia tidak tahu baginya sebab yang dekat. Kalau tidak
demikian, sesungguhnya tidak tersembunyi kepadanya, bahwa Allan Ta'ala
yang menjadikannya dan yang menunjukkannya jalan. Selain terbagi kepada
dlaruriyah tadi, terbagi pula kepada pengetahuan yang diusahakan, Yaitu:
yang diperoleh dengan belajar dan mencari dalil. Kedua bahagian
tersebut, dinamakan: akal. 'Ali r.a. berkata:- "Saya melihat akal dua
ini, akal tabi'i dan akal sam'i. (1).
Tidak bermanfa'at yang sam'i, apabila tidak ada yang tabi'i.
Sebagaimana tidak bermanfa'at matahari, dan cahaya mata itu dihalangi..
Yang pertama, ialah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi s.a.w. kepada Ali r.a.:-
لعلي ما خلق الله خلقا أكرم عليه من العقل
(Maa
khalaga'l-laahu khalqan akrama 'alaihi minal-'aqli). Artinya: "Allah
Ta'ala tidak menjadikan makhluk yang lebih mulia daripada akal". (2).
Dan yang kedua, ialah yang dimaksudkan dengan sabda Nabi s.a.w. kepada
Ali r.a.:-
1. Akal
Tahi'i, yaitu: akal dari instink, naluri, tidak dengan diusahakan,
sedang akal sam'i, diperoleh dengan diusahakan dan didengar.
|
2. Hadits ini dirawikan At-Tirmizy dengan isnad dla'if.
|
933
|
إذا تقرب الناس إلى الله تعالى بأنواع البر فتقرب أنت بعقلك
(Idzaa taqarraban-naasu ila'l-laahi Ta'ala bi-anwa'il-birri, fa taqarrab an-ta bi-'aqlik).Artinya: "Apabila
manusia mendekati (bertaqarrub) kepada Allah Ta'ala dengan
bermacam-macam kebajikan, maka engkau dekatilah dengan akal- mu!' (1).
Karena
tidak mungkin bertaqarrub dengan naluri fitrah dan tidak dengan
ilmu-dlaruriyah. Akan tetapi dengan ilmu yang diusahakan. Tetapi
seperti Ali r.a. adalah sanggup bertaqarrub dengan memakai akal pada
meme tik ilmu-ilmu, yang membawanya dekat kepada Tuhan Serwa sekalian
alam. Maka hati itu berlaku seperti mata. Dan naluri akal pada hati
berlaku seperti kekuatan melihat pada mata. Dan kekuatan penglihatan
itu halus yang tak ada pada orang buta. Dan ada pada orang yang dapat
melihat, walaupun ia memejamkan kedua matanya atau berada dalam malam
gelap.
Dan ilmu
yang diperoleh dalam hati itu, berlaku seperti kekuatan dapat melihat
pada mata dan melihatnya segala bentuk benda. Terlambatnya ilmu dari
tanggapan akal pada masa kanak-kanak, kepada waktu tamyiz (sudah dapat
membedakan diantara segala sesuatu) atau dewasa, adalah menyerupai
dengan terlambatnya penglihatan dari melihat sampai kepada waktu terbit
matahari dan membanjir sinarnya kepada semua benda.yang dilihat. Qalam
(pena), yang ditulis oleh Allah dengan qalam itu, segala ilmu di atas
lembaran hati, berlaku seperti berlakunya bundaran matahari. Tidak
terperolehnya ilmu dalam hati anak-anak sebelum tamyiz, karena papan
hatinya belum tersedia untuk menerima ilmu itu sendiri. Dan pena yang
merupakan suatu makhluk Allah Ta'ala, dijadikan sebab untuk berhasilnya
ukiran ilmu dalam hati manusia. Allah Ta'aia berfirman:-
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
(Al-ladzii 'allama bil-qalami, 'allama'l-insaa-na ma lam ya'lam). Artinya: "Yang mengajarkan dengan pena (tulis-baca). Mengajarkan kepada manusia yang belum diketahuinya". - S. Al- Alaq, ayat 4-5.
Qalam
Allah Ta'ala tidak serupa dengan qalam makhlukNya. Sebagaimana tidak
menyerupai sifatNya dengan sifat makhlukNya. Maka QalamNya tidaklah dari
bambu dan kayu, sebagaimana Dia Ta'ala tidak dari jauhar (zat yang
berbentuk) dan dari 'aradl (sifat yang berdiri pada jauhar). Dan
keseimbangan antara pandangan hati batiniyah dan pandangan zahir itu
benar dari segi-segi ini. Hanya sesungguhnya, tak bersesuaian diantara
ke- duanya tentang kemuliaan. Karena pandangan hati batiniyah adalah
jiwa itu sendiri, dimana dia itu halus dan yang mengetahui. Dia adalah
seperti pengendera kuda. Dan badan itu seperti kuda. Kebutaan yang
mengende-
1. Hadits ini dirawikan Abu Na'im dari Ali r.a. dengan isnad dia'if.
|
934
|
rai kuda
adalah lebih mendatangkan kemelaratan kepada pengendera itu daripada
butanya kuda, bahkan tiada perbandingan bagi salah satu dari dua
kemelaratan itu terhadap lainnya. Dan karena keseimbangan pan- dangan
hati batiniyah bagi pandangan zahir, maka Allah Ta'ala menamakannya
dengan namaNya. Allah Ta'ala berfirman :-
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
(Maa kadzaba'I-fu-aadu maa ra-aa).Artinya: "Hati tiada berdusta apa yang dilihatnya". — S. An-Najm, ayat II. Pengetahuan hati itu dinamai: penglihatan. Demikian pula firman Allah Ta'ala:-
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
(Wa
ka-dzaalika nurii Ibraahiima malakuuta's-samaawaati wal-ardli). Artinya:
"Dan begitulah Kami perlihatkan kepada Ibrahim kerajaan langit dan
bumi". - S. Al-An'am, ayat 75.
Dan apa
yang dimaksudkan dengan yang demikian itu, penglihatan zahiriyah, maka
sesungguhnya yang demikian tidaklah dikhususkan bagi Ibrahim a.s.
Sehingga dibentangkan dalam pembentangan keni'matan. Dan karena itulah,
lawan pengetahuannya dinamai: buta. Allah Ta'ala berfirman:-
فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
(Fa innahaa laa ta'mal-abshaaru wa laakin ta'mal-quluubul-latii fish-shu- duur).Artinya:
"Karena sebenarnya, bukan mata yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang didalam dada". — S. Al-Hajj, ayat 46. Dan Allah Ta'ala berfirman:-
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الآخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلا
(Wa man kaana fii haadzihi a'maa, fa huwa fil-aakhirati a'maawa-a-dlallu sabii-la).Artinya:
"Barangsiapa buta didunia ini, niscaya di akhirat buta (juga) dan lebih
sesat jalannya". - Al-Isra', ayat 72. Inilah penjelasan ilmu aqli.
935
|
Adapun
ilmu keagamaan (ilmu dini), maka adalah diambil dengan jalan taqlid
(mengikuti) nabi-nabi a.s. Dan itu diperoleh dengan mempelajari Kitab
Allah Ta'ala, Sunnah Rasulu'llah s.a.'w. dan memahami maksud ke- duanya,
sesudah didengar. Dengan demikian, sempurnalah sifat hati. Dan
selamatlah hati itu dari segala penyakit dan bencana. Ilmu aqli itu
tidak cukup untuk keselamatan hati, walaupun hati itu memerlukan
kepadanya. Sebagaimana akal itu tidak cukup untuk tetapnya sebab-sebab
kesehatan badan. Akan tetapi, memerlukan kepada pengetahuan
khasiat-khasiat obat dan ramuan-ramuan, dengan jalan belajar pada
dokter-dokter. Karena akal saja tidak memperoleh petunjuk kepadanya.
Akan tetapi, tidak mungkin memahaminya sesudah didengar, kecuali dengan
akal. Maka tidak cukup dengan akal saja, tanpa mendengar dan tidak
cukup mendengar saja, tanpa akal. Maka mengajak kepada semata- mata
taqlid, serta menyingkirkan akal secara keseluruhan itu bodoh. Dan
mencukupkan dengan semata-mata akal, tanpa nur Al-Qur-an dan Sunnah
Rasul s.a.w. itu tertipu. Maka awaslah anda menjadi salah satu dari dua
golongan tersebut! Dan hendaklah anda yang menghimpunkan diantara dua
pokok itu! Sesungguhnya ilmu aqli adalah seperti makanan. Dan ilmu
syari'at adalah seperti obat. Orang sakit itu melarat dengan makanan,
manakala tidak ada obat. Maka begitu pula penyakit hati, tidak mungkin
mengobatinya, kecuali dengan obat-obat yang diambil dari syari'at.
Yaitu: tugas-tugas ibadah dan amalan-amalan yang disusun oleh nabi-nabi
a.s. untuk perbaikan hati. Maka barangsiapa tiada mengobati hatinya yang
sakit dengan pengobatan ibadah syari at dan mencukupkan saja dengan
ilmu-akal, niscaya ia memperoleh melarat, sebagaimana mela- ratnya orang
sakit dengan makanan.
Ada orang
yang menyangka, bahwa ilmu-akal itu berlawanan dengan ilmu syari'at dan
mengumpulkan diantara keduanya tidak mungkin. Ini adalah sangkaan yang
terbit dari kebutaan pada mata hati! Kita berlindung dengan Allah dari
padanya!
Akan
tetapi, orang yang berkata itu sendiri, kadang-kadang berlawanan
padanya, diantara sebahagian ilmu syari at dengan sebahagian yang lain.
Lalu ia lemah daripada mengumpulkan diantara keduanya. Maka ia
menyangka bahwa ilmu itu berlawanan pada Agama. Lalu ia heran, maka ia
mencabut dari Agama, laksana mencabut rambut dari tepung. Sesungguhnya
yang demikian itu, adalah lantaran kelemahannya pada dirinya sendiri.
Lalu terkhayallah kepadanya akan pertentangan pada Agarrja. Amat jauhlah
yang demikian dari kebenaran! Contohnya, ialah seperti orang buta yang
masuk kerumah suatu kaum. Lalu ia tersenggol dengan tempat-tempat air dirumah
itu. Maka orang buta tersebut bertanya: "Mengapa tempat-tempat air ini
dibiarkan dijalan? Mengapa tidak diletakkan kembali pada tempatnya?".
936
|
Orang-orang itu menjawab: "Tempat-tempat air itu adalah pada tempatnya.
Anda yang
tidak mengetahui jalan, karena anda buta. Yang heran, anda tidak
mengemukakan kesenggolan anda karena anda buta. Akan tetapi, anda
kemukakan kepada keteledoran orang lain. Inilah perbandingannya diantara
ilmu Agama dan ilmu-akal! Ilmu-akal itu terbagi kepada: duniawiyah dan
ukhrawiyah. Duniawiyah, seperti: ilmu kedokteran, ilmu-hitung,
ilmu-ukur, ilmu-binatang, pekerjaan tangan dan perusahaan-perusahaan
lainnya. Ukhrawiyah, seperti: ilmu hal-ikhwal hati, bahaya-bahaya amal,
ilmu mengenai Allah Ta'ala, mengenai sifat dan afalNya, sebagaimana
telah kami uraikan pada "Kitab Ilmu".
Kedua
pengetahuan tersebut, tidak-menidakkan diantara satu dengan lainnya.
Yakni: orang yang menyerahkan perhatiannya kepada salah satu
daripadanya, sehingga ia mendalami betul-betul yang satu itu, niscaya
teledorlah penglihatan hatinya kepada yang lain, menurut kebanyakannya.
Karena itulah, Ali r.a. membuat tiga contoh untuk dunia akhirat. Ali
berkata: keduanya itu seperti: dua daun neraca, seperti Timur dart
Barat dan seperti dua wanita yang dimadukan. Apabila disenangi yang
seorang, niscaya membawa kemarahan kepada yang Iain. Karena itulah,
anda melihat, bahwa orang-orang yang pandai tentang urusan dunia,
tentang ilmu kedokteran* ilmu hitung, ilmu hindasah dan filsafat, adalah
bodoh tentang urusan akhirat. Orang-orang yang pandai tentang ilmu
akhirat yang halus- halus, adalah bodoh tentang kebanyakan pengetahuan
dunia. Karena kekuatan akal cukup pada galibnya untuk kedua hal
tersebut bersama-sama. Lalu salah satu daripadanya mencegah sempurnanya
yang kedua. Karena itulah, Nabi s.a.w. bersabda:-
إن أكثر أهل الجنة البله
(Inna aktsara ahlil-jannatil-bulhu).
Artinya:
"Kebanyakan penduduk sorga itu orang-orang bodoh" (1). Artinya: bodoh
tentang urusan duniawi. Al-Hasan dalam sebahagian pe ngajarannya
berkata: "Kami telah mendapati beberapa kaum. Jikalau anda melihatnya,
tentu anda mengatakan: mereka itu orang gila. Dan jikalau mereka itu
mendapati anda, tentu mereka itu mengatakan: anda setan. Manakala anda
mendengar hal yang ganjil dalam urusan Agama, yang diingkari oleh
orang-orang pintar dalam ilmu-ilmu lain, maka jangan lah anda tertipu
oleh keingkaran mereka menerimanya. Karena termasuk mustahil orang yang
berjalan jalan ke timur memperoleh, apa yang di dapati pada jalan ke
barat. Maka demikian pula berlakuna urusan dunia
1.
Hadits ini dirawikan oleh Al-Bazzar dari Anas dan dianggap hadits
iemah. Al-Qurthu- by mentashihkan hadits ini dan sebaliknya Ibnu Uda,
yang memandang hadits ini, hadits munkar, yang harus ditolak.
|
937
|
dan akhirat. Karena itulah, Allah Ta'ala berfirman:-
إِنَّ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا
(Innal-ladziina laa yarjuuna liqaa-anaa wa radluu bil-hayaatid-dun-ya wath-ma-annuu bihaa).Artinya: "Sesungguhnya
orang-orang yang tidak mengharapkan menemui Kami, mereka rela dengan
kehidupan yang dekat dan sudah merasa tenteram dengan itu: " — S. Junus,
ayat 7.
Dan firman Allah Ta'ala:-
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
(Ya'lamuuna
dhaahiran minal-hayaatid-dun-ya wa hum 'anil-aakhirati hum
ghaa-filuun).Artinya: "Mereka mengetahui (perkara) yang lahir dari
kehidupan dunia ini dan terhadap hari kemudian itu, mereka tiada
memperhatikan".- S. Ar-Rum, ayat 7.
Dan Allah Ta'ala berfirman:-
فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ
(Fa-a'ridl'an man tawallaa 'an dzikrinaa wa lam yurid illal-hayatad-dun-ya, dzaalika mablaghuhum minal-ilmi).Artinya: "Berpalinglah
engkau dari orang yang tiada memperdulikan pengajaran Kami dan hanya
menginginkan kehidupan dunia semata! Pengetahuan mereka hanya sehingga
itu". - S. An-Najm, ayat 29 - 30.
Maka
mengumpulkan antara kesempurnaan penglihatan mata hati dalam segala
kepentingan duniawi dan Agama, tidaklah begitu mudah, kecuali bagi orang
yang telah dimantapkan oleh Allah Ta'ala untuk mengatur hambaNya dalam
kehidupan didunia dan kembalinya di akhirat. Yaitu: nabi-nabi yang
dikuatkan dengan roh suci, yang dibantu dengan kekuatan ke-Tuhan-an,
yang meluas ke semua urusan dan tidak sempit. Adapun hati makhluk yang
lain, maka sesungguhnya apabila berpegang dengan urusan duniawi, niscaya
terlepas dari akhirat dan lengah daripada menyempurnakan urusan
akhirat.
938
|
PENJELASAN:
tentang perbedaan antara ilham dan belajar dan perbeda an antara cara
shufi tentang tersingkapnya kebenaran dan cara orang-orang pemerHATI.
Ketahuilah,
bahwa ilmu yang tidak dlaruriyah dan hanya berhasil didalam hati dalam
beberapa hal, maka hal berhasilnya itu berbeda-beda. Sekali, ia
menyerang kepada hati, seolah-olah dicanipakkan kedalam hati, tanpa
diketahui. Sekali diusahakan dengan jalan mencari dalil dan belajar.
Maka yang diperoleh, tidak dengan jalan usaha dan mencari dalil,
dinamakan: i l h a m.
Dan yang
berhasil dengan menggunakan dalil, dinamakan: i'tibar dan istibshar
(memperoleh pengertian dan mengetahuinya dengan penglihatan mata hati).
Kemudian,
yang jatuh kedalam hati, tanpa usaha, belajar dan kesungguhan dari
seseorang hamba itu terbagi kepada: yang tiada diketahui oleh hamba,
bagaimana ia memperolehnya dan dari mana diperolehnya dan kepada yang
muncul bersamanya, diatas sebab yang dapat diperolehnya ilmu itu.
Yaitu: kesaksian malaikat yang mencampakkan kedalam hati. Yang pertama,
dinamai: ilham dan pencampakan kedalam hati. Dan yang kedua, dinamai:
wahyu dan tertentu bagi nabi-nabi.
Dan yang
pertama tadi, tertentu bagi wali-wali dan orang-orang pilihan Allah
(al-ashfiya'). Dan yang sebelumnya, yaitu: yang diusahakan dengan jalan
mencari dalil, tertentu bagi alim-ulama.
Hakekat perkataan mengenal itu,
ialah: bahwa hati bersedia untuk menampak didalamnya hakekat kebenaran
tentang segala sesuatu. Hanya terdinding diantara hati dan hakekat
kebenaran tadi, oleh lima sebab yang telah tersebut dahulu. Yaitu:
seperti hijab yang terbentang, yang mendindingi diantara cermin hati dan
luh-mahfudh, yang terukir padanya, semua ketetapan 'Allah Ta'ala hingga
hari kiamat. Dan menjelaslah segala hakekat ilmu dari cermin
luh-mahfudh dalam cermin hati, yang menyerupai mencapnya bentuk dari
cermin kedalam cermin yang menghadapinya. Dan hijab diantara dua cermin
itu, sekali hilang dengan tangan dan lain kali hilang dengan hembusan
angin yang menggerakkannya. Begitu pula, kadang-kadang berhembus angin
yang halus dan terbukalah hijab dari mata hati. Lalu jelaslah sebahagian
yang tertulis pada luh- mahfudh. Dan ada yang demikian itu sekali
ketika tidur. Lalu mengetahui apa yang akan terjadi pada masa
mendatang. Dan sempurnanya terangkat hijab itu dengan mati, yang
padanya terbukalah tutup. Dan terbuka juga dalam waktu tidak tidur,
sehingga terangkatlah hijab dengan kehalusan yang tersembunyi daripada
Allah Ta'ala. Lalu cemer- langlah didalam hati dari belakang tutupan
gaib, suatu dari keganjilan il- mu. Sekali seperti kilat yang menyambar
dan,pada kali yang lain, berturut-turut hingga kesuatu batas dan
berkekalan dalam keadaan yang sangat jarang terjadi. Ilham itu tidak
berpisah dengan usaha tentang ilmu itu sendiri, tentang tempatnya dan
sebabnya. Tetapi ia berpisah dari segi hilang- nya hijab. Yang demikian
itu tidaklah dengan usaha seseorang. Wahyu tidak berpisah dengan ilham
mengenai sesuatu dari yang tersebut itu, bahkan dalam penyaksian
malaikat yang memfaedahkan ilmu. Ilmu itu sesungguhnya berhasil dalam
hati kita, dengan perantaraaj^nalaikat. Dan kepada itulah diisyaratkan
dengan firman Allah Ta'ala:-
939
|
وَمَا
كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ
حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ(Wa
maa kaana libasyarin an yukallimahullaahu, illaa wah-yan au min wa-
raa-i hijaa-bin auyursi-Ia ra-suulan fa yuu-hiya bi-idz-nihi, maa
yasyaa'). Artinya: "Dan tiada seorang manusiapun, akan dapat
berkata-kata dengan Allah, melainkan dengan wahyu atau dibalik tabir
atau diutusNya utusan. Lalu dengan izinNya diwahyukanNya apa yang
dikehendakiNya".S.Asy-Syura, ayat 51.
Apabila
ini anda telah ketahui, maka ketahuilah bahwa kecenderungan ahli
tasawwuf itu kepada ilmu-ilmu keilhaman, tidak kepada ilmu-ilmu yang
dipelajari. Maka karena itulah, mereka tidak bersungguh-sungguh
mempelajari ilmu dan menghasilkan apa yang dikarang oleh para pengarang
dan membahas tentang kata-kata orang dan dalil-dalil yang disebutkan.
Tetapi mereka mengatakan: jalan yang ditempuh, ialah mendahulukan
mujahadah (bersungguh-sungguh melawan nafsu dah mendekatkan diri kepada
Tuhan), menyapu sifat-sifat tercela, memutuskan semua hubungan dengan
dunia dan menghadapkan diri dengan penuh cita-cita kepada Allah Ta'ala.
Manakala
telah berhasil yang demikian, niscaya adalah Allah yang memerintah hati
hambaNya dan yang menanggungnya dengan penyinaran nur ilmu. Dan apabila
Allah memerintah urusan hati, niscaya melimpahlah rahmatNya kepada
hati, Cemerlanglah nur dalam hati, terbukalah dada, tersingkaplah
rahasia alam-malakut, hilanglah dari wajah hati tabir kelalaian dengan
kelemah-lembutan rahmat dan cemerlanglah pada hati hakekat urusan
ketuhanan. Maka tidak ada atas hambaNya, selain bersiap dengan
pembersihan semata, menghadirkan cita-cita serta kemauan yang be- nar,
kehausan yang sempurna dan mengintip dengan menunggu terus-me- nerus
akan rahmat yang dibuka oleh Allah Ta'ala kepadanya. Maka nabi- nabi dan
wali-wali telah terbuka urusan bagi mereka dan melimpahlah nur kedalam
dadanya. Tidak dengan belajar, mempelajari dan menulis buku- buku.
Tetapi dengan zuhud didunia, melepaskan diri dari segala yang ber-
hubungan dengan dunia, mengosongkan hati dari segala urusan duniawi dan
menghadapkan diri dengan penuh cita-cita kepada Allah.Ta'ala. Maka
Barangsiapa yang dianya bagi Allah, niscaya adalah Allah baginya. Mereka
mendakwakan, bahwa jalan pada yang demikian itu, adalah per- tama-tama
dengan memutuskan segala hubungan dengan dunia seluruhnya, mengosongkan
hati daripadanya, memutuskan cita-cita dari keluarga, harta, anak dan
tanah-air dan dari ilmu, kekuasaan dan kemegahan. Bahkan hatinya menjadi
pada suatu keadaan, yang sama padanya adanya segala sesuatu dan tidak
adanya. Kemudian ia berkhilwah sendiri pada suatu sudut (rumahnya atau
masjid) serta menyingkatkan dengan mengerjakan
940
|
segala
fardlu dan sunat rawatib. jaduduk dengan kekosongan hati, terkumpul
cita-cita. Pikirannya tidak bercerai dengan pembacaan Al-Quran dan
pemerhatian 'pada tafsir, kitab-kitab hadits dan lainnya. Bahkan ia
bersungguh-sungguh, supaya tidak terguris dihatinya sesuatu, selain
Allah Ta'ala. Maka senantiasalah sesudah ia duduk dalam khilwah,
mengucap- kan dengan lidahnya: Allah - Allah terus menerus
sertakehadliran hati. Sehingga ia berkesudahan kepada keadaan, dimana ia
memnggalkan peng- gerakan iidah. Kemudian, ia bersabar atas
yangdemikian, sehingga terhapus bekasnya dari lidah. Dan berbetulan
hatinya rajin kepada berzikir. Lalu ia -membiasakan yang demikian,
sehingga terhapuslah dari hatinya, benih kata-kata, hurufnya dan cara
kalimatnya. Dan tinggallah arti azimat itu semata-mata dalam hatinya,
yang hadlir didalam hati. Seoiah-olah yang harus dengan dia, yang tidak
berpisah. Dan ia mempunyai usaha yang berkesudahan kepada batas
tersebut. Dan berusaha untuk kekalnya keadaan itu, dengan menolak waswas
hati. Dan tiada baginya usaha, pada menarikkan rahmat Allah Ta'ala.
Akan tetapi dengan apa yang diperbuat- nya, ia datang bagi hembusan
angin rahmat Allah Ta'ala. Lalu tiada ting- gal, selain menunggu rahmat
yang dibuka oleh Allah. Sebagaimana dibukaNya kepada nabi-nabi dan
wali-wali dengan jaian tersebut. Dan ketika itu, apabila telah benar
kemauannya, bersih cita-citanya dan baik kerajin- annya, maka ia tidak
akan ditarik oleh 'hawa-nafsunya. Dan tidak akan di- ganggu oleh bisikan
hati dengan segala hal yang berhubungan dengan dunia. Cemerlanglah
segala kecemerlangan kebenaran dalam hatinya. Dan adalah pada
permulaannya, seperti kilat yang menyambar, tiada tetap, kemudian
kembali. Kadang-kadang terlambat. Dan kalau ia kembali, kadang-kadang
tetap. Dan kadang-kadang ia menyambar. Kalau tetap, kadang-kadang lama
tetapnya. Dan kadang-kadang tidak lama. Kadang-kadang lahir
contoh-contohnya sambung-menyambung. Kadang-kadang ter- batas pada satu
pengetahuan saja. Dan kedudukan wali-wali Allah Ta'ala tidak terhingga
padanya, sebagaimana tidak terhingga berlebih kurang ke- jadian dan
tingkah-laku mereka.
Jalan ini
kembali kepada penyucian semata-mata dari pihak anda, pembersihan dan
meninggalkan yang tidak baik. Kemudian, bersiap dan menunggu saja.
Adapun
para pemerhati dan yang mempunyai pemikiran, mereka tidak mengingkari
adanya jalan tersebut, kemungkinannya dan terbawanya kepada maksud ini
dengan jarang terjadinya. Yang demikian itu, adalah kebanyakan
hal-ikhwal para nabi dan wali. Tetapi mereka memandang sukarnya jalan
tersebut, merasa lambat hasilnya, merasa jauh terkumpul
syarat-syaratnya. Dan mereka mendakwakan, bahwa menyapu
hubungan-hubungan duniawi sampai kebatas itu, sepersuatu hal yang dapat
dima'afkan. Walaupun berhasil pada suatu hal, maka tetapnya lebih jauh
daripadanya. Karena sekurang-kurangnya waswas dan gurisan hati itu,
dapat mengacaukan hati. RasuLuIlah s.a.w. bersabda:-
941
|
قلب المؤمن أشد تقلبا من القدر في غليانها
(Qalbu-mu'mini asyaddu taqalluban minal-qidri fi ghalayaanihaa). Artinya: "Hati orang mu'min itu sangat berbalik-balik, dibandingkan dengan kuali yang sedang mengelagak panasnya". (1).
Dan Nabi s.a.w. bersabda:-
أخرجه أحمد والحاكم وقال عليه أفضل الصلاة والسلام قلب المؤمن بين أصبعين من أصابع الرحمن
(Qalbul-mu'mini baina ish-ba'aini min ashaa-bi'ir-rahmaan).Artinya: "Hati orang mu'min itu diantara dua anak jari dari anak-anak jari Tuhan Yang Mahapemurah". (2).
Pada waktu
sedang mujahadah ini, kadang-kadang keadaan badan itu rusak dengan
timbulnya penyakit, bercampur akal dengan waswas dan terasa badan sakit.
Apabila tidak didahului oleh latihan jiwa dan pendidikannya dengan
hakekat keilmuan, niscaya tumbuh pada hati khayalan-khayalan yang
merusak, yang akan tenang ji^a kepadanya pada masa yang pan- jang,
sampai ia hilang. Dan berlalulah umur sebelum memperoleh keme- nangan,
pada yang demikian.
Banyaklah
orang shufi yang menjalani jalan ini. Kemudian ia kekal dalam suatu
khayalan selama duapuluh tahun. Jikalau ia sudah meneguhkan
pengetahuannya dari sebelumnya, niscaya terbukalah sekarang juga segi
ke- sangsian khayalan itu. Maka menyibukkan waktu dengan jalan belajar
itu lebih terpercaya dan mendekati kepada maksud.
Mereka
mendakwakan, bahwa yang'demikian itu menyerupai dengan apa, jikalau
orang meninggalkan, belajar fiqh. Dan ia mendakwakan, bahwa Nabi s.a.w.
tidak belajar yang demikian. Dan ia menjadi ahli fiqh dengan wahyu dan
ilham, tanpa berulang-ulang dan berhubungan dengan penulisan. Maka aku
juga kadang-kadang sampai kepada yang demikian, dengan latihan dan
kerajinan.
Siapa yang
menyangka demikian, sesungguhnya ia telah menganiaya diri sendiri dan
menyia-nyiakan umurnya. Bahkan dia adalah seperti orang yang
meninggalkan jalan berusaha dan bertani. Karena mengharap memperoleh
suatu gudang harta. Yang demikian itu mungkin saja. Tetapi jauh sekali
akan terjadi. Maka begitu pulalah ini!
Mereka
mengatakan, bahwa pertama-tama tak boleh tidak menghasilkan apa yang
dihasilkan oleh para ulama dan memahami apa yang dikatakan mereka.
Kemudian, tiada mengapa sesudah itu menunggu apa yang tidak terbuka bagi
ulama-ulama Iain. Semoga terbuka sesudah itu baginya dengan mujahadah.
1. Dirawikan Ahmad dan disahihkannya dari Al-Miqdad bin AI-Aswad.
|
2. Dirawikan Muslim dari Abdullah bin Umar.
|
942
|
PENJELASAN: perbedaan diantara dua makam dengan contoh yang dapat dirasakan.
Ketahuilah,
bahwa keajaiban hati itu diluar daripada pengetahuan pancaindra.
Karena hati juga diluar pengetahuan pancaindra. Apa yang tiada diketahui
dengan pancaindra itu, lemahlah pemahaman untuk mengetahuinya, selain
dengan contoh yang dapat dirasakan. Kami akan mendekatkan yang demikian
kepada pemahaman-pemahaman yang lemah itu dengan dua contoh:-
Salah satu
daripada keduanya: bahwa jikalau kita umpamakan suatu kolam yang
tergali dalam tanah, yang mungkin dibawa air kepadanya dari atas lengan
sungai yang terbuka kepadanya. Dan mungkin bahwa digali dibawah kolam
itu dan tanahnya diangkat, sehingga ia dekat dengan tempat air yang
jernih.
Lalu
terpancarlah air dari bawah kolam itu. Dan air tersebut lebih jernih dan
terus-menerus. Dan kadang-kadang meliinpah-limpah dan lebih banyak.
Maka hati
itu seumpama kolam. Dan ilmu itu seumpama air. Dan pancaindra yang lima
itu seumpama sungai. Dan kadang-kadang mungkin dibawa ilmu-ilmu itu
kepada hati, dengan perantaraan sungai-sungai pancaindra dan
pengambilan ibarat dengan penyaksian-penyaksian. Sehingga hati itu penuh
dengan ilmu. Dan mungkin bahwa sungai-sungai itu disumbat dengan
khilwah, 'uzlah dan memincingkan mata. Dan berpegang kepada dalamnya
hati dengan penyuciannya. Dan mengangkatkan lapisan-lapisan hijab
daripadanya. Sehingga terpancar-pancarlah mata-air ilmu dari dalamnya.
Jikalau anda bertanya: bagaimana ilmu itu terpancar dari hati itu sendiri, sedang hati itu kosong daripada ilmu?
Ketahuilah
kiranya, bahwa ini termasuk sehahagian daripada keajaiban rahasia hati.
Dan tidak dibolehkan menyebutkannya dalam "Ilmu Mu'ama-lah". Akan
tetapi kadar yang mungkin disebutkan, ialah bahwa: hakekat segala
sesuatu itu digariskan pada Luh-Mahfudh. Bahkan dalam hati para malaikat
muqarrabin. Maka sebagaimana seorang msiyur menggambar bentuk rumah
pada kertas putih. Kemudian dikeluarkannya kepada "ada" yang bersesuaian
dengan copy gambaran itu. Maka seperti itu pulalah Pencipta langit dan
bumi, menulis copy alam dari permulaannya sampai kepada penghabisannya
pada Luh-Mahfudh. Kemudian, dikeluarkanNya kepada "ada", sesuai dengan
copy itu. Dan alam yang dah keluar kepada "ada" dengan bentuknya itu,
membawa bentuk lain kepada pancaindra dan khayalan.
943
|
Sesungguhnya
orang yang menoleh ke langit dan ke bumi, kemudian memicingkan matanya,
niscaya akan melihat bentuk langit dan bumi dalam khayalannya. Sehingga
seolah-olah ia menoleh kepadanya. Jikalau tidak ada lagi langit dan
bumi dan orang itu tinggal sendirian, niscaya ia memperoleh bentuk
langit dan bumi dalam dirinya. Seakan-akan ia menyaksikan dan menoleh
kepadanya.
Kemudian,
dari khayalannya itu membawa bekas kepada hati. Lalu berhasillah didalam
hati, hakekat segala sesuatu yang masuk kedalam pancaindra dan
khayalan. Dan yang.berhasil didalam hati itu, sesuai dengan alam yang
berhasil dalam khayalan. Dan yang berhasil . dalam khayalan itu, sesuai
dengan alam yang ada pada dirinya, di- luar dari khayalan dan hati
manusia.
Dan alam
yang ada itu, sesuai dengan copy yang ada pada Luh-Mahfudh. Maka
seolah-olah alam, mempunyai empat tingkat pada "ada". Yaitu: ada pada
Luh-Mahfudh. Dan itu mendahului dari ada jasmaniyahnya. Dan diikuti oleh
adanya yang hakiki. Dan adanya yang hakiki, diikuti oleh adanya yang
khayalan, Yakni: ada bentuknya dalam khayalan. Dan adanya dalam
khayalan, diikuti oleh adanya dalam pikiran. Yakni: ada bentuknya dalam
hati. Sebahagian yang ada ini adalah rohaniah (kerohanian) dan
sebahagian lagi jasmaniah (kejasmanian). Sebahagian dari kerohanian itu,
lebih kuat dari sebahagian yang lain.
Dan
kehalusan ini adalah dari hikmah-ketuhanan. Karena Tuhan menjadikan
mata-hitam anda dengan bentuknya yang kecil, dimana tercetak bentuk
alam, langit dan bumi yang demikian luas tepinya, didalam mata-hitam
itu. Kemudian berjalan dari wujudnya dalam pancaindra, oleh wujudnya
kepada khayalan. Kemudian daripadanya, oleh wujudnya dalam hati. Maka
sesungguhnya anda selama-lamanya tiada mengetahui. selain apa yang
sampai kepada anda. Maka jikalau tidak dijadikan bagi alam seluruhnya
suatu contoh pada diri anda, niscaya tidak ada bagi anda berita dari
sesuatu yangmenerangkan diri anda. Maka mahasucilah Tuhan yang mengatur
segala keajaiban ini didalam hati dan mata. Kemudian, telah buta hati
dan mata daripada mengetahuinya. Sehingga jadilah hati kebanyakan
makhluk itu bodoh tentang dirinya dan keajaibannya. Sekarang, marilah
kita kembali kepada tujuan yang dimaksud! Maka kami mengatakan: hati itu
kadang-kadang tergambar, bahwa berhasil padanya hakekat alam dan bentuk
alam. Sekali dari pancaindra dan pada kali yang lain, dari Luh-Mahfudh.
Sebagaimana mata itu, tergambar berhasil padanya bentuk matahari.
Sekali dari memandang kepada matahari itu dan pada lain kali dari
memandang ke air yang berkebetulan dengan matahari. Dan terlihatlah
bentuknya di dalam air itu.
Maka
manakala terangkatlah tabir diantara seseorang dan Luh-Mahfudh, niscaya
ia melihat pada Luh-Mahfudh itu segala sesuatu. Dan terpancarlah
kepadanya ilmu daripada Luh-Mahfudh. Lalu ia tidak memerlukan lagi,
memctik dari dalam pancaindra. Yang demikian itu adalah seperti terpan
carnya air dari dalam bumi.
944
|
Dan
manakala ia menghadapkan dirinya kepada khayalan yang datang dari yang
dirasakan dengan pancaindra, niscaya adalah yang demikian itu, tabir
baginya daripada membaca Luh-Mahfudh. Sebagaimana air apabila berkumpul
dalam sungai, niscaya yang demikian itu mencegah daripada terpancarnya
pada bumi. Dan sebagaimana orang yang melihat kepada air yang
menampakkan bentuk matahari, dia tidak melihat kepada matahari itu
sendiri. Jadi, hati itu mempunyai dua pintu: pintu yang terbuka ke alam
malakut. Yaitu: Luh-Mahfudh dan alam malaikat. Dan: pintu yang terbuka
fcepancaindra yang lima, yang berpegang dengan alamul-mulki
wasy-syahadah. Dan alamaul-mulki wasy-syahadah juga memberitakan,
semacam pemberitaan dari alam-malakut.
Adapun
terbukanya pintu hati kepada memetik daripada pancaindra, maka tidaklah
tersembunyi kepada anda. Mengenai terbukanya pintu hati yang ma$uk ke
alam-malakut dan membaca Luh-Mahfudh, maka mempe- lajarinya dengan
ilmu-yakin, ialah dengan memperhatikan tentang keajaiban mimpi. Dan
hati melihat dalam tidur, apa yang yang akan terjadi pada masa depan.
Atau telah ada pada masa yang lalu, tanpa dipetik dari segi pancaindra.
Sesungguhnya pintu itu terbuka bagi orang yang menyendiri mengingati (berzikir) akan Allah Ta'ala.
Nabi s.a.w. bersabda: "Telah dahulu orang- orang yang menyendiri. "
Lalu beliau ditanyakan: "Siapakah orang-orang yang menyendiri itu, wahai Rasulu'llah?".
Nabi s.a.w. menjawab: "Orang- orang yang bersenang-senang mengingati Allah Ta'ala (berzikir). Zikir itu menghapuskan dosa mereka. Lalu mereka datang pada hari kiamat dalam keadaan ringan".
Kemudian, Nabi s.a.w. bersabda, menyifatkan mereka itu, sebagai pengkabaran daripada Allah Ta'ala: "Kemudian,
aku hadapkan dengan mukaku kepada mereka. Adakah engkau melihat,
siapakah yang Aku berhadapan dengan wajahKu? Seseorang mengetahui,
barang apa yang Aku maksudkan memberikannya".
Kemudian, Allah Ta'ala berfirman: "Yang
pertama-tama Aku berikan, ialah, bahwa Aku lemparkan nur kedalam hati
mereka. Lalu mereka mengabarkan tentang Aku, sebagaimana Aku
mengabarkan tentang mereka". (1). Tempat masuknya kabar-kabar itu, ialah: pintu-batin.
Jadi perbedaan antara ilmu wali-wali dan nabi-nabi, antara ilmu para
ulama dan hukama itulah yang tersebut tadi. Yaitu: ilmu mereka datang
dari dalam hati, dari pintu yang terbuka ke alam-malakut..Dan
ilmu-hikmah itu datangnya dari pintu pancaindra, yang terbuka
kealamul-mulk Dan keajaiban alam hati dan pulang-perginya diantara alam
syahadah (alam yang dapat disaksikan) dan alam-gaib, tidak mjjngkin
dibahas secara mendalam pada "Ilmu-Mu'amalah".Maka itulah contoh yang
mengajarkan anda, perbedaan diantara tempat masuk dua alam itu.
1. Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah.
|
945
|
Contoh kedua: diperkenalkan
kepada anda, perbedaan diantara dua amal. Yaitu: amal para ulama dan
amal wali-wali. Para ulama itu? beramal dalam mengusahakan ilmu itu
sendiri dan menarikkannya kepada hati. Dan wali-wali sufi itu beramal
pada mencemerlangkan hati, mensucikan, membersihkan dan mengkilatkannya
saja.
Diceriterakan,
bahwa ahli Cina dan ahli Rum, bangga-membanggakan diri dihadapan
sebahagian raja-raja, dengan bagusnya perusahaan mengukir dan membuat
gambar. Lalu raja menetapkan pendapatnya, untuk menyerahkan kepada
mereka, suatu ruang. Supaya ahli Cina mengukir pada suatu sudut
daripadanya dan ahli Rum pada sudut yang Iain. Dan diantara keduanya
dibentangkan tabir, yang mencegah masing-masing pihak untuk melihat
kepada pihak yang lain. Lalu diperbuatlah yang demikian. Maka ahM Rum
mengumpulkan cat-cat yang ganjil. yang tiada terhingga jumlahnya. Sedang
orang Cina masuk ketempat itu, tanpa membawa cat. Dan mereka lalu
mencemerlangkan sudutnya dan melicinkannya. Tatkala ahli Rum itu telah
selesai, lalu ahli Cina itu,, mendakwakan, bahwa mereka telah selesai
juga. Maka raja itu heran dari perkataan ahli Cina itu, bagaimana
mereka sudah selesai mengukir; tanpa ada cat. Lalu orang bertanya kepada
ahli Cina itu: "Bagaimana anda sudah selesai, tanpa cat?". Lalu ahli
Cina itu menjawab: "Apa tuan-tuan ini. Angkatlah tabir!" Lalu mereka
mengangkatkannya. Tiba-tiba di sudut mereka, bersi- nar-cemerlanglah
oleh keajaiban perbuatan orang-orang Rum, serta bertambahnya
kecemerlangan dan kekilatan. Karena sudut mereka telah menjadi seperti
cermin yang berkilat, karena banyaknya pelicinan. Lalu bertambahlah baik
sudut orang Cina itu dengan bertambahnya pelicinan. Maka seperti itulah
kesungguhan wali-wali mensucikan hati, mencemerlangkan, membersihkan
dan menjernihkannya. Sehingga bersinar-cemerlanglah jalasnya kebenaran
dengan sangat bercahaya, seperti perbuatan orang Cina tersebut diatas.
Dan kesungguhan para hukama dan ulama dengan berusaha dan mengukirkan
ilmu dan menghasilkan pengukirannya dalam hati, adalah seperti perbuatan
orang Rum itu, Bagaimanapun urusan itu adanya, maka hati orang mu'min
tidak mati. Dan ilmunya ketika mati, tidak terhapus. Dan kejernihannya
tidak akan keruh. Kepada inilah diisyaratkan oleh Al-Hasan r.a. dengan
katanva: "Tanah tidak akan memakan tempat iman Akan tetapi ia adalah
jalan dan pendekatan diri kepada Allah Ta'ala. Adapun apa yang
dihasilkannya dari ilmu itu dan apa yang dihasilkan, dari kebersihan dan
kesedia- an, untuk menerima ilmu itu sendiri, maka tidak boleh tidak
daripadanya. Tiada kebahagiaan bagi seseorang, selain dengan ilmu dan
ma'ri fah. Dan sebahagian kebahagiaan itu lebih mulia dari sebahagian
yang lain. Sebagaimana orang tidak kaya, selain dengan harta. Maka orang
yang mempunyai dirham itu, orang kaya. Orang yang mempunyai ge dung
penuh dengan barang-barang itu orang kaya. Dan lebih-berkurangnya
tingkat kebahagiaan, adalah menurut lebih-berkurangnya ma'rifah dan
iman. Sebagaimana lebih-berkurangnya tingkat orang-orang kaya, adalah
menurut sedikit dan banyaknya harta.
946
|
Ma'rifah itu nur. Orang-orang mu'min tidak berlari menjumpai Allah Ta'ala selain dengan nur mereka. Allah Ta'ala berfirman:-
يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ
(Yaswaa nuuruhum baina aidii-him wa bi-aimaanihim).Artinya: "Cahaya mereka berlari dihadapan dan dikanan mereka". S. Al-Hadid, ayat 12.
Diriwayatkan pada hadits:
"Bahwa sebahagian mereka diberikan nur, seperti bukit. Dan sebahagian
mereka lebih kecil dari bukit. Sehingga yang penghabistan dari mereka,
adalah seorang laki-laki yang diberikan nur atas ibu-jari kedua tapak
kakinya. Lalu nur itu sekali bercahaya dan sekali padam. Maka apabila
bercahaya, niscaya ia mendahulukan kedua tapak kakinya, lalu ia
berjalan. Dari apabila padam, niscaya ia berdiri Dan lalu nya mereka
diatas titian shiratul-mustaqim, adalah menurut kadar nur mereka.
Diantara mereka, ada yang lalu sekejap mata. Diantara mereka, ada yang
lalu seperti kilat. Diantara mereka, ada yang lalu seperti awan.
Diantara mereka, ada yang lalu seperti jatuhnya bintang. Dan' diantara
mereka, ada yang lalu seperti kuda, apabila bersangatan larinya
dilapangan luas. Dan orang yang diberikan nur diatas ibu-jari
tapak-kakinya, merangkak-rangkak diatas muka, kedua tangan dan kedua
kakinya..'Ia menarik tangannya dan menggantungkan tangan yang lain.
Semua segi badannya kena api neraka. Maka senantiasalah ia seperti yang
demikian, sampai ia terlepas". (1).
Dengan
ini, jelaslah lebih-berkurangnya tingkat manusia tentang iman. Dan kalau
ditimbang iman Abubakar r.a. dengan iman isi alam semesta, selain para
nabi dan para rasul, niscaya lebih kuatlah iman Abubakar r.a. Ini juga
menyerupai ucapan orang yang mengatakan: "Jikalau ditimbang sinar matahari dengan sinar lampu seluruhnya, niscaya lebih kuatlah sinar matahari".
Maka iman
masing-masing "orang awam, sinarnya adalah seperti sinar lampu..
Sebahagian mereka, sinarnya seperti sinar lilin. Dan iman orang-orang
shiddiqin, sinarnya itu seperti sinar bulan dan bintang-bintang. Dan
iman nabi-nabi itu, seperti matahari. Dan sebagaimana pada sinar
matahari, kelihatan bentuk ufuk, serta luas daerah-daerahnya dan tidak
kelihatan pada sinar lampu, selain suatu sudut yang-sempit dari rumah,
maka seperti demikianlah lebih-berkurangnya kelapangan dada dengan ilmu
dan terbukanya keluasan maiakut bagi hati orang-orang 'arifin. Karena
itulah tersebut pada hadits:-
1. Hadits ini dirawikan oleh Ath-Thabrani dari Ibnu Mas'ud. Dan dikatakan shahih, menurut syarat hadits Al-Bukhari dan Muslim.
|
947
|
أنه يقال يوم القيامة أخرجوا من النار من كان في قلبه مثقال ذرة من إيمان ونصف مثقال وربع مثقال وشعيرة وذرة
(Annahu
Juqaalu jaumal-qiaamati: Akhrijuu minan-naari man kaana fii qalbihi,
mits-qaalu dzarratin min.imaanin wa nish-fu mits-qaalin wa rub'u
mits-yanalin wa sya'iiratun wa dzarrah).Artinya: "Sesungguhnya dikatakan
pada hari kiamat: "Keluarkanlah dari neraka. orang-orang yang ada iman
dalam hatinya seberat biji sawi. sete ngah berat itu. seperempat berat
itu dan seberat biji syair dan biji jagung". (1).
Semua itu
pemberi-tahuan tentang lebih-kurangnya tingkat iman. Dan iman dalam
kadar-kadar tersebut, tidak mencegah masuk neraka. Dan dalam
pengertiannya, dapat dipahami, bahwa orang yang imannya melebihi berat
tadi, tidak masuk neraka. Karena kalau masuk, niscaya disuruh
mengeluarkannya p'ertama-pertama. Dan orang yang dalam hatinya iman
seberat biji sawi, tidak musta'hak kekal dalam neraka, walaupun ia
masuk kedalamnya. Demikian pula sabda Nabi s.a.w.:-
ليس شيء خيرا من ألف مثله إلا الإنسان المؤمن
(Laisa
syai-un khairan min alfin mits-fihi illal-insaanul-mu'min). Artinya:
"Tiada suatupun yang lebih baik dari seribu yang seumpamanya, selain
manusia mu'min". (2).
I'ni
menunjukkan kepada keutamaan hati orang yang mengenal Allah Ta'ala
dengan penuh keyakinan. Maka hatinya itu lebih baik dari seribu hati
orang awam. Allah Ta'ala berfirman:-
وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين تفضيلا للمؤمنين
(Wa antumul-a'launa in kuntum mu'miniin). Artinya: "Kamu adalah lebih tinggi, kalau' kamu benar-benar orang beriman". -
S. Ali 'Imran, ayat 139. Ayat ini menunjukkan kelebihan orang mu'min
dari orang muslim. Dan yang dimaksudkan dengan orang mu'min itu, ialah
orang mu'min yang mengenal Allah, bukan orang yang taqlid (ikut-ikutan).
Allah 'Azza wa Jalla berfirman:-
1. Hadits ini diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Sa'id.
|
2. Hadits ini dirawikan Ath-Thabrani dari Salman dan oleh Ahmad dari Ibnu Umar. ls- nadnya baik (hasan).
|
948
|
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
(Yarfa'il-laahu'l-ladziina aamanuu minkum wal-la-dziina uutul-ilma dara- jaat). Artinya: "Allah
akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan kepada derajat yang
tinggi".-S.Al-Mujadalah, ayat II.
Maka yang
dimaksudkan disini dengan orang-orang yang beriman. ialah orang-orang
yang benar, tanpa ilmu. Dan dibedakan mereka, dari orang- orang yang
diberi ilmu. Dan yang demikian itu menunjukkan bahwa nama "mu'min"
tertuju kepada "muqallid" (orang yang taqlid), walaupun pembenarannya,
tanpa bashirah (melihat dengan mata hati) dan kasyaf (terbuka hijab).
Ibnu Abbas r.a. menafsirkan firman Allah Ta'ala:-
وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
(Wal-la-dziina uutul 'ilma dara-jaat). Artinya: "Dan orang-orang yang diberi ilmu-pengetahuan kepada derajat yang tinggi" S. Al-Mujadalah, ayat 11,
maka Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Allah Ta'ala mengangkat orang yang
berilmu diatas orang mu'min, tujuhratus darajat tingginya. Dan diantara
tiap-tiap dua darajat itu, seperti antara langit.dan bumi.
Nabi s.a.w. bersabda:-
Nabi s.a.w. bersabda:-
أكثر أهل الجنة البله وعليون لذوي الألباب
(Ak-tsaru ahlil-jannatilrbulhu wa 'illiyyuuna li dzawil-albaab). Artinya: "Kebanyakan isi sorga itu orang-orang bodoh. Dan sorga tinggi bagi orang-orang yang mempunyai akal". (1).
Nabi s.a.w. bersabda:-
فضل العالم على العابد كفضلي على أدنى رجل من أصحابي
(Fadl-lul'aalimi
'alal-'aabidi kefadl-lii 'alaa adnaa rajulin min ash-haabii). Artinya:
"Kelebihan orang berilmu atas orang yang banyak ibadahnya, adalah
seperti kelebihanku atas orang yang paling rendah dari sahabat-sa-
habatku". (2).
1.
|
Hadits ini telah diterangkan dahulu dan tambahannya itu, Al-'Iraqy tidak pernah menjumpainya.
|
2.
|
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmizi*dari hadits Umamah dan dipandang hadits sha hih.
|
949*
|
Pada riwayat yang lain, berbunyi:-
كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب
(ka fadl-Iil-qamari lailatal-badri 'alaa saairil-kawaakib).Artinya: "seperti kelebihan bulan pada malam purnama atas bintang-bintang yang lain".
Dengan
bukti-bukti ini, jelaslah bagi anda, lebih-kurangnya darajat isi sorga,
menurut lebih-kurangnya hati dan ma'rifah mereka. Dan karena itu- lah,
hari kiamat adalah hari tipu-menipu. Karena orang yang tidak memperoleh
rahmat Allah adalah mengalami tipuan dan kerugian besar. Dan orang yang
tidak memperoleh itu melihat diatas tingkatnya tingkat-tingkat yang
tinggi.
Maka
adalah pandangannya kepada tingkat-tingkat itu, seperti pandangan orang
kaya yang mempunyai sepuluh dirham, kepada orang kaya yang mempunyai
tanah dari Timur ke Barat. Masing-masing dari kedua Orang itu, adalah
orang kaya. Tetapi alangkah besar perbedaan diantara keduanya! Alangkah
besarnya kerugian orang yang merugi keuntungannya dari yang demikian
itu! Akhiratlah yang mempunyai darajat tinggi dan keuta- maan besar!
PENJELASAN:
saksi-saksi syara' atas sahnya jalan ahli tasqwwuf dalam mengusahakan
ma'rifah, tidak dari belajar dan jalan yang biasa ditempuh.
Ketahuilah,
bahwa barangsiapa tersingkap (inkisyaf) sesuatu baginya, walaupun hal
yang sedikit, dengan jalan ilham dan jatuh kedalam hati, dima- na ia
tidak mengetahuinya, maka ia telah menjadi orang arif (orang yang
berma'rifah) dengan sahnya jalan. Dan orang yang tiada mengetahui
dirinya sekali-kali, maka seyogialah ia beriman dengan yang demikian.
Sesungguhnya darajat ma'rifah padanya itu mulia sekali. Untuk yang
demikian, dibuktikan oleh saksi-saksi syara', percobaan-percobaan dan
ceritera- ceritera.
Adapun saksi-saksi syara', yaitu firman Allah Ta'ala:-
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
(Wal-ladziina jaahaduu fiinaa la-nahdi anna-hum subu-lanaa). Artinya: "Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami". - S. Al-'Ankabut, 69. Maka tiap-tiap hikmah yang lahir dari hati, dengan kerajinan beribadah,
950
|
tanpa.belajar itu, adalah dengan jalan kasyaf dan ilham.
Nabi s.a.w. bersabda:-
من
عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم ووفقه فيما يعمل حتى يستوجب الجنة
ومن لم يعمل بما يعلم تاه فيما يعلم ولم يوفق فيما يعمل حتى يستوجب النار
(Man
'amila bimaa alima, warra-tsahu'llaahu 'ilma maa lam ja'lam wa waffaqahu
fimaa ya'malu hattaa yastaujibal-jannah. Wa man lam ja'mal bimaa
ya'lamu, taaha fiimaa ya'lamu wa lam juwaffaq fiimaa ya'malu hattaa
yastaujiban-naar').Artinya: "Barangsiapa mengamalkan apa yang
diketahuinya, niscaya di pusakakan oleh Allah kepadanya, ilmu yang belum
diketahuinya. Dan dianugerahi taufiq oleh Allah kepadanya pada yang
diamalkannya. Sehingga ia harus memperoleh sorga. Dan barangsiapa tiada
mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya ia binasa mengenai yang
diketahuinya. Dan ia tiada memperoleh taufiq pada yang diamalkannya.
Sehingga ia harus memperoleh neraka". (1).
Allah Ta'ala berfirman:-
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ
(Wa man yattaqil-laaha yaj'al lahu makhrajan wa yarzuquhu min haitsu laa yahtasib).Artinya: "Dan
siapa yang taqwa (memenuhi kewajiban) kepada Allah, Dia mengadakan
untuk orang itu jalan keluar (dari kesulitan dan sangka waham). Dan
memberikan rezeki kepadanya dari (sumber) yang tiada pernah
dipikirkannya". S. Ath-Thalaq, ayat 2 - 3. Allah mengajarkannya ilmu, tanpa belajar dan menganugerahinya kecerdikan, tanpa percobaan.
Allah Ta'ala berfirman:-
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
(Yaa-ayyuhal-la-dziina aamanuu in tattaqu'l-laa-hayaj al lakum fur-qaa-naa).Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu takut kepada Allah, niscaya Ia
akan memberikan kepada kamu pembedaan (antara yang benar dan yang
salah)" — S. Al-Anfal,ayat 29.Ada
yang mengatakan, ialah: nur yang membedakan antara yang benar dan yang
batil dan yang mengeluarkannya dari hal-hal yang diragukan.
I. Hadits ini sudah diterangkan dahulu
|
Pada kitab ilmu
|
951
|
Karena itulah, Nabi s.a.w. membanyakkan dalam do'anya meminta: nur. Do'anya, jaitu:-
اللهم
أعطني نورا وزدني نورا واجعل لي في قلبي نورا وفي قبري نورا وفي سمعي نورا
وفي بصري نورا حتى قال في شعري وفي بشري وفي لحمي ودمي وعظامي
(Allaahumma
a'thinii nuuran wa zidnii nuuran waj'al lii fii qalbii nuu-ran wa fii
qabrii nuuran wa fii sam'ii nuuran wa fii basharii nuuran-hattaa qaa-
la-fii sya'rii wa fii basyarii wa fii Iahmii wa damii wa 'idhaa-mii).
Artinya: "Wahai Allah Tuhanku! Anugerahilah aku nur, tambahilah
aku nur,jadikanlah dalam hatiku nur, dalam kuburku nur, pada
pendengaranku nur sampai Nabi s.a.w. mengatakan - : pada
rambutku,padakulitku,pada dagingku, darahku dan tulang-belulangku".
(1). Orang bertanya kepada Nabi s.a.w. tentang firman Allah Ta'ala:-
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ
(A fa man syaraha'l-laahu shad-rahu lil-is-laami, fa huwa'alaa nuurin min rabbih).
Artinya: "Apakah orang yang dibukakan oleh Allah hatinya menerima Islam, karena itu dia mendapat cahaya dari Tuhannya?" S.
Az-Zumar, ayat 22. "Apakah pembukaanitu?". Nabi s.a.w. menjawab:
"Yaitu: perluasan. Sesungguhnya nur itu, apabila telah dicurahkan
kedalam hati, niscaya meluaslah dada dan terbuka" (2). Nabi s.a.w.
bersabda untuk Ibnu Abbas:-
اللهم فقهه في الدين وعلمه التأويل
(Allaahumma faqqihhu fiddiini wa 'allimhutta'wiil).Artinya: "Wahai Allah Tuhanku! Anugerahilah dia pemahaman dalam Agama dan ajarilah dia penta'wilan (penafsiran)" (3).
Ali r.a. berkata: إلينا إلا أن يؤتي الله تعالى عبدا فهما في كتابه وليس هذا بالتعلم "Tak
ada pada kami sesuatu yang dirahasiakan oleh Nabi s.a.w. kepada kami,
selain daripada didatangkan oleh Allah Ta'ala kepada hambaNya pemahaman
tentang KitabNya. Dan yang demikian itu tiada dengan belajar" (4).
1.
|
Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas.
|
2.
|
Hadits ini dirawikan oleh AI-Hakim dari Ibnu Mas'ud.
|
3.
|
Hadits ini dirawikan oleh Ahmad, Ibnu Hibban dan Al-Hakim dan dishahihkannya.
|
4.
|
Hadits ini telah diterangkan pada "Adab Tilawatil-Qur'an" dahulu.
|
952
|
Ada orang yang mengatakan mengenai penafsiran firman Allah Ta'ala:-
يؤتي الحكمة من يشاء
(Yu'til-hikmata
man yasyaa-u).Artinya:"Allah memberikan kebijaksanaan (hikmah) kepada
siapa yang dikehendakiNya". - S. AI-Baqarah, ayat 269. Bahwa: yang
dimaksud, ialah pemahaman Kitab Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman:-Artinya: "Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukuman (yang lebih tepat) itu". - S. Al-Anbia, ayat 79. Allah Ta'ala meng-khusus-kan yang tersingkap itu, dengan narna: pengertian (pemahaman).
Abu Darda' berkata: "Orang
mu'min ialah orang yang memandang dengan nur Allah, dibalik tutupan
yang halus. Demi Allah, bahwa itu sesungguhnya kebenaran, yang
dicurahkan oleh Allah dalam hati mereka dan dilakukannya diatas lidah
mereka".
Sebahagian orang-orang terdahulu (golongan. salaf) berkata: "Sangkaan orang mu'min itu pemberitaan yang gaib".
Nabi s.a.w. bersabda
أتقوا فراسة المؤمن فإنه ينظر بنور الله تعالى
(Ittaquu
firaasatal-mu'mini fa-innahu jandhuru binuuril-lahi Ta'aalaa). Artinya:
"Takutilah akan firasat orang mu'min. Maka sesungguhnya ia melihat
dengan nur Allah Ta'ala" (1). Kepada itulah diisyaratkan oleh firman
Allah Ta'ala:-
إن في ذلك لآيات للمتوسمين
(Inna fii-dzaalika la aayaatin lil-mutawassimiin).Artinya: "Sesungguhnya tentang hal-hal itu menjadi keterangan- bagi orang yang memperhatikan tanda-tanda". - S. Al-Hijr, ayat 75.
Firman Allah Ta'ala:-
1. Hadits ini dirawikan At-Tarmizi dari Abi Sa'id.
|
953
|
قَدْ بَيَّنَّا الآيَاتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
(Qad bayyannal-aayaati li-qaumin yuuqinuun )Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menjelaskan keterangan-keterangan kepada kaum yang yakin". - S. Al-Baqarah, ayat 118.
Al-Hasan meriwayatkan dari Rasulullah s.a.w., bahwa Rasulu'llah s.a.w.bersabda:-
العلم علمان فعلم باطن في القلب فذلك هو العلم النافع
(Al-'ilmu 'ilmaani, fa'ilmun baathinun fil-qalbi. Fadzaalika huwal-ilmun- naafi').
Artinya: "Ilmu itu dua macam.Ilmu batin ialah dalam hati.Itulah ilmu yang bermanfa'at" (1).
Ditanyakan kepada sebahagian ulama, tentang ilmu batin: "Apakah ilmu batin itu?". Lalu ia menjawab: "Yaitu:
salah satu dari rahasia (sirr) Allah Ta'ala, yang dicurahkanNya dalam
hati kekasih-kekasihNya, yang tidak diperlihatkanNya kepada malaikat dan
kepada manusia".
Nabi s.a.w. bersabda:-
إن من أمتي محدثين ومعلمين ومكلمين وإن عمر منهم
(Inha min ummatiimuhaddatsiinawamu'allimiinawamukallimiina wa inna 'Umara minhum ).Artinya:
"Sesungguhnya sebahagian dari umatku itu orang-orang yang di-sampaikan
berita (muhaddats), guru dan ahli-ahli ilmu-kalam. Dan sesungguhnya
Umar itu sebahagian dari mereka" (2).
Ibnu Abbas r.a. membaca ayat:-
وما أرسلنا من قبلك من رسول ولا نبي ولا محدث
(Wa maa arsalnaa min qablika min rasuulin wa, laa nabiyyin wa laa mu- haddatsin)
Artinya:
"Dan tiadalah Kami mengutuskan dari sebelum engkau, seorang rasul, Nabi
dan muhaddats. Yakni: orang-orang shiddiqin (3).
1. Hadits ini telah diterangkan dahulu, yaitu: hadits mursal.
|
2. Hadits ini dirawikan oleh Al:Bukhari dari Abu Hurairah.
|
3. Yang
kami jumpai pada S.Al-Hajji, ayat 52, tak ada kata-kata "walaa
muhaddatsin", yang tersebut pada salinan kami itu (Jelasnya: lihat Ayat
52, S. Al-Hajj tadi)
|
Yang
ada dalam Al-Qur-an, kata-kata: muhdatsin" pada dua tempat: pada S.
Al-Anbi- ya, ayat 2 dan pada S. Asy-syu'ara', ayat 5. Allah yang Maha
mengetahui. (Peny.)
|
954
|
Muhaddats itu,
ialah: yang diilhami. Dan yang diilhami itu, ialah: orang yang
tersingkap (memperoleh kasyaf) dalam batin hatinya dari pihak dalam.
Tidak dari pihak yang dapat dirasakan dengan pancaindra yang diluar.
Al-Quran menegaskan, bahwa taqwa itu kunci hidayah dan kasyaf. Dan itu adalah ilmu, tanpa belajar. Allah Ta'ala berfirman:(Wa maa khalaqa'l-laahu fis-samaawaati wal- ardli la-aayaatin-li-qaumin yattaquun).^Artinya: "Dan
apa yang diciptakan oleh Allah dilangit dan dibumi. adalah menjadi
bukti kebenaran bagi kaum yang memelihara dirinya (dari kejahatan)". S.
Junus, ayat 6.- Allah mengkhususkan bukti itu kepada mereka tadi.
Allah Ta'ata berfirman:-
هذا بيان للناس وهدى وموعظة للمتقين
(Haadzaa bayaanun lin-naasi wa hudan wa mau-'idhatun lil-muttaqiin). Artinya: "Qur-an
inilah keterangan yang jelas untuk manusia, pimpinan kepada kebenaran
dan pengajaran untuk orang-orang yang memelihara dirinya (dari
kejahatan)". - S. Ali 'Imran, ayat 138. Abu Jazid dan lainnya
mengatakan: "Bukanlah orang yang berilmu (orang alim) itu, orang yang
menghafal dari kitab. Apabila ia lupa yang dihafalkannya, niscaya ia
menjadi orang bodoh. Sesungguhnya orang yang berilmu, ialah orang yang
mengambil ilmunya dari Tuhannya, pada sembarang waktu yang
dikehendakinya, tanpa hafalan dan pelajaran". Inilah ilmu rabbany (ilmu
yang langsung diterima dari Tuhan). Dan kepada inilah diisyaratkan
dengan firman Allah Ta'ala:-
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا
(Wa'allamnaa-hu min ladun-naa ilmaa).Artinya: "Dan telah Kami ajarkan pengetahuan daripada kami kepadanya".
- S. Al-Kahf, ayat' 65.- sedang semua ilmu itu adalah daripadaNya Akan
tetapi sebahagian dari ilmu itu adalah dengan perantaraan pengajaran
makhlukNya. Maka ilmu yang demikian, tidak dinamai: Ilmu-Ladunni. Tetapi
ilmu-ladunni, ialah yang terbuka dalam rahasia hati, tanpa sebab yang
biasa dari luar.
Inilah
saksi-saksi naqli, (yang diambil dari Agama). Jikalau semua yang datang
dari ayat, hadits dan atsar dikumpulkan, niscaya tidak terhingga adanya.
955*
|
Adapun
penyaksian yang demikian itu dengan pengalaman, maka yang demikian itu,
juga tidak terhingga. Yang demikian itu telah tampak pada para shahabat,
para tabi'in dan orang-orang sesudahnya. Abubakar Ash- Shiddiq r.a.
berkata kepada 'Aisyah r.a. ketika akan meninggal dunia: "Bahwa keduanya
itu dua saudara laki-laki engkau dan dua saudara perempuan engkau". Dan
isteri Abubakar r.a. ketika itu sedang mengan- dung. Kemudian isterinya
itu melahirkan anak perempuan. Jadi Abubakar r.a. telah mengetahui
sebelum lahir, bahwa anaknya itu perempuan. Saidina Umar r.a. ketika
sedang membaca khutbah, lalu mengatakan: "Hai Sariah! Bukit - bukit!!!".
Karena tersingkap kepadanya (dalam kasyaf), bahwa musuh mendekati
Sariah. Lalu ia memperingatkannya, karena ia mengetahui yang demikian.
Kemudian sampainya suaranya itu kepada Sariah, termasuk dalam jumlah
kiamat yang besar. (1). Dari Anas bin Malik r.a., yang berkata: "Aku
masuk ke tempat Usman r.a. Dan dijalan tadi aku bertemu dengan seorang
wanita. Lalu aku memandang kepadanya dengan ujung mata dan aku
memperhatikan kecantikannya". Lalu Usman r.a. berkata, tatkala masuk
itu: "Masuk ketempatku, salah seorang kamu dan bekas zina kelihatan pada
kedua matanya. Tidakkah engkau ketahui, bahwa zina dua mata itu, ialah:
memandang? Tobatlah dengan segera atau aku hukum engkau!". Lalu aku
bertanya: "Adakah wahyu sesudah nabi?". Usman menjawab: "Tidak! Tetapi,
mata hati, dalil dan firasat yang benar!".
Dari Abi
Sa'id Al-Charraz, yang berkata: "Aku masuk Masjidil-haram, lalu aku
melihat seorang miskin dengan dua potong pakaian pada badannya. Lalu aku
berkata pada diriku: "Orang ini dan orang-orang yang seperti ini,
adalah orang-orang yang bergantung hidup pada orang lain". Lalu orang
itu memanggil aku, seraya berkata: "Allah mengetahui apa yang pada diri
kamu. Waspadalah!". Maka aku memohon ampun kepada Allah dalam hatiku.
Lalu orang itu memanggil aku, seraya berkata: "Allah yang menerima tobat
daripada hambaNya". Kemudian orang itu menghilang daripada aku dan aku
tidak melihatnya lagi".
Zakaria
bin Daud berkata: "Abul-Abbas bin Masruq masuk ketempat A- bil-Fadli
Al-Hasyimi. Dan dia itu sedang sakit. Dan mempunyai keluarga. Dan tiada
diketahui sumber kehidupan Abil-Fadli Al-Hasyimi itu". Abul-Abbas
menerangkan: "Tatkala aku bangun berdiri, lalu aku berkata pada diriku:
"Dari manakah orang ini makan?". Lalu Abil-Fadli berteriak kepadaku:
"Hai Abul-Abbas! Tolaklah angan-angan yang keji itu! Sesungguhnya Allah
Ta'ala mempunyai sifat Iemah-lembut yang tersembunyi". Ahmad An-Naqib
berkata: "Aku masuk ke tempat Asy-Syibli. Lalu ia
1.
Menurut penjelasan dalam "Ittihaf-syarah ihya", jilid VII, halaman 260,
diantara lain, bahwa Umar r.a. sedang berpidato. Lalu tiba-tiba beliau
mengucapkan kata-kata tersebut. Sariah itu, kepala pasukan pada suatu
pertempuran. Ketika ia terdesak dan hampir kalah, maka Sariah itu
mendengar suara itu. Maka ia dan pasukannya menyandarkan belakangnya ke
bukit. Sehingga memperoleh kemenangan. (Peny.).
|
956
|
berkata:
"Difitnah orang, hai Ahmad!".. Maka aku bertanya: "Apa kabar?'-'. Ia
menjawab: "Sewaktu aku sedang duduk, lalu tergurislah dihatiku, bahwa
engkau kikir". Lalu aku menjawab: "Aku tidak kikir. Lalu kembali
terguris dalam hatiku. Dan Asy-Syibli berkata: "Tetapi engkau kikir".
Maka aku menjawab: "Apa saja yang terbuka kepadaku hari ini disebabkan
sesuatu, niscaya aku serahkan kepada orang miskin yang pertama aku
jumpai". Lalu ia berkata: "Belum habis lagi yang terguris itu, lalu
datanglah kepadaku Shahibul-Mu'nis, seorang pelayan, dengan mem- bawa
uang limapuluh dinar. Lalu Shahibul-Mu'nis berkata: "Pakailah uang ini
pada kepentinganmu!". Ahmad An-Naqib meneruskan ceritera- nya: "Aku
bangun, lalu aku-ambil uang itu dan aku keluar. Tiba-tiba bertemu dengan
seorang miskin buta, dihadapan tukang cukur, yang sedang mencukur
rambutnya. Lalu aku,datang kepadanya dan menyerahkan dinar itu
kepadanya. Lalu orang itu berkata: "Serahkanlah uang itu kepada tukang
cukur!". Lalu aku menerangkan, bahwa jumlahnya sekian". Orang buta itu
berkata: "Bukankah kami telah mengatakan kepada engkau, bahwa engkau
itu kikir?". Ahmad An-Naqib meneruskan ceriteranya: "Lalu aku serahkan
uang itu kepada tukang eukur". Tukang cukur itu lalu berkata: "Kami
telah berjanji, tatkala orang miskin ini duduk dihadapan kami, bahwa
kami tidak akan mengambil ongkos". Ahmad An-Naqib berkata seterusnya:
"Lalu aku lemparkan uang itu kedalam sungai Tigris, sera- ya aku
berkata: "Tiada dimuliakan engkau oleh seseorang, melainkan orang itu
dihinakan oleh Allah Ta'ala!".
Hamzah bin
Abdullah Al-'Alwi berkata: "Aku masuk ke tempat Abil-Khair At-Tainani
dan aku bertekad pada diriku, bahwa aku akan memberi salam kepadanya.
Dan tidak akan memakan makanan dirumah- nya. Maka tatkala aku keluar
dari rumahnya, tiba-tiba ia mengikuti aku, dengan membawa sebuah baki,
yang didalamnya ada makanan, seraya berkata: "Hai orang muda! Makanlah!
Telah keluarlah sa'at dari tekad- mu". Abul-Khair At-Taitanr ini
terkenal benar dengan kiramatnya. Ibrahim Ar-Ruqy berkata: "Aku menuju
ketempat Abul-Khair At-Taitani, untuk memberi salam kepadanya. Maka
masuklah waktu sha- lat Magrib. Maka hampir selesai ia membaca Surat
Al-Fatihah, lalu aku berkata dalam hatiku: "Telah hilang kainku yang
tertinggal diluar". Sesudah memberi salam, lalu aku keluar ketempat
bersuci. Lalu menuju kepadaku seekor binatang buas. Maka aku kembali
kepada Abul-Khair, seraya menerangkan, bahwa seekor binatang buas menuju
kepadaku". Abul-Khair lalu keluar dan berteriak, seraya berkata:
"Bukankah sudah aku mengatakan kepadamu: "Jangan engkau ganggu
tamu-tamuku?". Lalu singa itu menyingkir dan aku bersuci. Sewaktu aku
telah kembali, lalu Abdul-Khair berkata kepadaku: "Kamu sibuk
membetulkan yang zahiriah, lalu engkau takut kepada singa. Dan kami
sibuk membetulkan yang batiniah, lalu singa itu takut kepada
kami".
957
|
Apa yang
diceriterakan, mengenai firasat para syaikh dan perkabaran mereka
tentang itikad dan isi hati manusia, adalah tidak dapat dihinggakan
jumlahnya. Bahkan apa yang diceriterakan daripada mereka, tentang
melihat Nabi Khidir a.s. dan bertanya kepadanya, adalah mendengar suara
dengan tiada" kelihatan yang empunya suara itu.
Dari
bermacam-macam bentuk kiramat adalah diluar hinggaan. Dan ceritera
tentang kiramat ini, tiada bermanfa'at bagi orang yang mengingkarinya,
sebelum ia menyaksikan sendiri yang demikian. Dan orang yang mengingkari
pokok, niscaya mengkingkari penguraiannya.
Dalil tegas yang tidak sanggup seorangpun membantahnya, adalah dua perkara:-
Pertama: keajaiban
mimpi yang benar. Maka sesungguhnya tersingkaplah yang gaib dengan
mimpi tersebut. Apabila boleh yang demikian dalam tidur, maka tidak
mustahil pula waktu jaga. Tidur itu tidak berbeda dengan jaga, selain
dari tenangnya pancaindra, tidak bekerja dengan hal-hal yang
dipancaindrai. Berapa banyak orang yang jaga, tenggelam dalam lautan
khayal, tidak mendengar dan melihat, karena sibuknya dengan diri
sendiri.
Kedua:
perkabaran dari Rasulu'llah s.a.w. tentang hal gaib dan hal-hal yang
terjadi pada masa yang akan datang, sebagaimana yang terkandung dalam
Al-Qur-an. Dan apabila boleh yang demikian pada Nabi s:a.w. maka boleh
pula pada selain Nabi s.a.w. Karena Nabi adalah ibarat orang yang
tersingkap (kasyaf) baginya hakekat-hakekat segala hal. Dan ia bekerja
untuk memperbaiki makhluk. Maka tidak mustahil dalam wujud (alam) ini,
ada orang yang tersingkap baginya hakekat-hakekat itu dan ia tidak
bekerja untuk memperbaiki makhluk. Orang ini tidak dinamai nabi, tetapi
dinamai: w a I L Maka orang yang beriman kepada nabi-nabi dan
membenarkan mimpi yang benar, niscaya - tidak mustahil - ia harus
mengakui, bahwa hati itu mempunyai dua pintu. Sebuah pintu keluar,
yaitu: pancaindra dan sebuah pintu lagi kealam malakut dari dalam hati.
Yaitu: ilham, inspirasi dan wahyu.
Maka
apabila ia mengakui keduanya itu, niscaya ia tidak mungkin meng-
hinggakan ilmu-pengetahuan pada belajar dan secara langsung sebab-sebab
yang dibiasakan. Akan tetapi haruslah mujahadah (bersungguh-sungguh)
menjadi jalan kepadanya.
Maka
inilah apa yang memberi-tahukan tentang hakekat yang kami sebutkan
dahulu, mengenai keajaiban pulang-perginya hati, diantara alamusy-
syahadah dan alamul-malakut.
Adapun
sebab terbukanya sesuatu hal dalam tidur, dengan contoh yang memerlukan
kepada ta'bir (ta'bir mimpi) dan begitu pula para-malaikat merupakan
diri bagi nabi-nabi dan wali-wali dengan bentuk yang bermacam-macam,
maka itu juga termasuk diantara rahasia keajaiban hati. Dan ini tidak
layak selain dengan ilmu-mukasyafah. Maka kami ringkas saja
958*
|
menurut
yang telah kami sebutkan itu. Sesungguhnya itu mencukupilah untuk
menggerakkan mujahadah dan mencari kasyaf daripadanya. Setengah ulama
kasyaf berkata: "Tampak kepadaku malaikat, lalu meminta kepadaku, supaya
aku imlakan (ditekun) kepadanya, sesuatu dari ingatan- ku yang
tersembunyi, dari musyahadahku tentang tauhid. Dan malaikat itu berkata:
"Kami tidak menuliskan bagimu sesuatu amalan (pekerjaan yang kamu
kerjakan). Dan kami ingin menaikkan bagimu amalan, dim ana dengan
amalan itu kami mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala". Lalu aku
bertanya: "Tidakkah kamu berdua (1) menuliskan yang fardlu-fardlu?".
Kedua malaikat itu menjawab: "Ya!". Maka aku menyambung: "Mencukupilah
yang demikian itu bagi kedua engkau".
Ini
memberi isyarat, bahwa malaikat-malaikat yang menuliskan amalan manusia
(malaikat kiramil-katibin), tidak mengetahui rahasia hati. Hanya
mengetahwhamaan zahiriah saja.
Setengah ahli ma'rifat berkata: "Aku
bertanya kepada sebahagian wali mengenai persoalan musyahadatul-yaqin
(yang disaksikan dengan yakin), lalu ia menoleh kekiri, seraya bertanya:
"Apakah yang akan kamu katakan, diberi rahmat kiranya engkau oleh
Allah?". Kemudian ia menoleh kekanan, seraya bertanya:
"Apakah yang akan kamu katakan, diberi rahmat kiranya engkau oleh
Allah?". Kemudian ia menekur kedadanya, seraya bertanya: "Apakah yang
akan kamu katakan, diberi rahmat engkau oleh Allah Ta'ala?". Kemudian,
ia menjawab dengan jawaban yang sangat ganjil yang pernah aku dengar.
Lalu aku tanyakan tentang tolehannya itu. Maka ia menjawab: "Tak ada
padaku jawaban yang tersedia mengenai pertanyaan itu. Maka aku bertanya
kepada yang empunya kiri. Ia menjawab: "Aku tidak tahu". Lalu aku
bertanya kepada yang empunya kanan. Dia itu lebih tahu dari yang empunya
kiri. Ia menjawab: "Aku tidak tahu". (2).
Lalu aku
melihat kepada hatiku dan aku bertanya kepadanya. Maka ia mengatakan
kepadaku, apa yang aku jawabkan tadi kepadamu. Jadi, hati- Iah yang
lebih tahu dari dua yang tersebut itu. Dan seakan-akan ini adalah
pengertian sabda Nabi s.a.w.:-
أن في أمتي محدثين وإن عمر منهم
(Inna fii ummatii muhaddatsiina wa inna 'Umara minhum).
Artinya: "Sesungguhnya pada umatku ada orang-orang muhaddats (yang diilhami). Dan 'Umar r.a. adalah salah seorang dari mereka". (3).
1. Yang dimaksudkan dengan "kamu berdua" itu, iatah: dua malaikat, dikiri dan dikahan kita (Peny.).
|
2. Yang punya kiri, maksudnya: malaikat yang disebelah kiri kita. Dan yang punya kanan, ialah: malaikat yang disebelah kanan kita
|
3. Hadits ini sudah diterangkan dahulu.
|
959
|
Pada atsar (ucapan Nabi s.a.w. atau shahabat), tersebut, bahwa Allah Ta'ala berfirman, yang maksudnya: "Barangmana
hambaKu yang Aku melihat kepada hatinya, lalu kelihatan kepadaKu yang
banyak padanya berpegang dengan zikirKu, niscaya Aku pimpin
kebijaksanaannya, Aku adalah yang duduk, yang bercakap-cakap dan yang
berjinak-jinakan dengan dia".
Abu Sulaiman Ad-Darani r.a. berkata: "Adalah
hati itu laksana kubah yang diperbuat. Dikelilingnya pintu-pintu yang
terkunci. Maka pintu manapun yang dibuka baginya, niscaya ia beramal
padanya". Maka tampak lah terbukanya salah satu dari pintu hati kepihak alamul-malakut dan al-malail-a'la. Dan pintu itu terbuka dengan mujahadah, wara dan me ninggalkan nafsu-syahwat duniawi".
Karena
itulah, Umar r.a. menulis surat kepada panghma-panglima tentara:
"Jagalah apa yang kamu dengar dari orang-orang yang ta'at. Sesungguhnya
menampak bagi mereka hal-hal yang benar!". Sebahagian ulama berkata:
'Tangan (kekuasaan) Allah diatas mulut para ahli-hikmat (hukama). Mereka
tiada menuturkan sesuatu, selain dengan kebenaran yang disediakan oleh
Allah untuk mereka". Hukama yang lain berkata: "Jikalau aku mau, niscaya
aku mengatakan, bahwa Allah Ta'ala memperlihatkan kepada orang-orang
khusyu' sebahagian rahasiaNya".
PENJELASAN: penguasaan setan atas hati, dengan waswas, pengertian waswas dan sebab kerasnya wawas itu.
Ketahuilah,
bahwa hati sebagaimana telah kami sebutkan, adalah seperti kubah, yang
diperbuat. Dan mempunyai pintu-pintu, yang ditegakkan kepada hati itu,
hal ihwal, dari masing-masing pintu. Dan juga hati itu seperti sasaran,
yang ditegakkan kepadanya, panah dari segala pihak. Atau seperti cermin
yang ditegakkan, singgah dicermin itu segala macam bentuk yang beraneka
ragam. Lalu menampak padanya bentuk barang satu persatu. Dan tidak
terlepas cermin itu dari bentuk-bentuk tersebut. Atau seperti kolam
yang tercurah kedalamnya air yang bermacam-macam dari sungai-sungai yang
terbuka alirannya kekolam itu.
Sesungguhnya,
tempat-tempat masuk bekas-bekas yang silih berganti kedalam hati itu,
pada segala hal, adakalanya: dari zahiriah. Maka itu: pancaindra yang
lima. Adakalanya dari batiniah. Maka itu: khayal, nafsu syahwat,marah
dan akhlak yang tersusun dari instinkt manusia. Maka sesungguhnya
manusia itu apabila mengetahui sesuatu dengan pancaindranya, lalu
berhasillah bekas daripadanya dalam hati. Begitu pula, apabila bergelora
syahwatnya-umpamanya, disebabkan banyak makan dan kekuatan pada
instinktnya, niscaya berhasillah bekas daripadanya didalam hati. Dan
walaupun ia tercegah dari kepanca-indraan. Maka khayalan-khayalan yang
960
|
berhasil
dalam jiwa itu tetap. Dan berpindahlah khayalan dari sesuatu kepada
sesuatu yang lain. Dan menurut kepindahan khayal itu, berpindahlah hati
dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Dan yang dimaksud, ialah
bahwa hati itu selalu dalam perobahan dan pembekasan dari sebab-sebab
tersebut.
Bekas yang
terdapat dalam hati yang paling khusus, ialah: gurisan-gurisan didalam
hati. Yang dimaksud dengan gurisan-gurisan itu, ialah: pemikiran-
pemikiran yang terdapat dalam hati dan inga tan-ingatan. Ya'ni:
pengetahuan hati akan ilmu-ilmu. Adakalanya dengan jalan kontiniu dan
adakalanya dengan jalan ingatan. Maka itu dinamai: gurisan-gurisan, d
iman a ia terguris sesudah hati itu melupakannya. Dan gurisan-gurisan
itu adalah peng- gerak-penggerak kemauan. Sesungguhnya niat, cita-cita
dan kemauan itu, berada tentunya sesudah terguris yang diniatkan dengan
hati. Maka per- mulaan segala perbuatan, ialah: gurisan-gurisan.
Kemudian gurisan itu, menggerakkan keinginan. Keinginan itu menggerakkan
cita-cita. Cita-cita itu menggerakkan niat. Dan niat itu menggerakkan
anggota badan. Dan gurisan-gurisan yang menggerakkan keinginan itu,
terbagi kepada: yang mengajak kepada kejahatan. Ya'ni: yang akibatnya
membawa kepada melarat. Dan yang mengajak kepada kebaikan. Ya'ni: kepada
yang bermanfa'at di negeri akhirat.
Keduanya itu adalah dua gurisan yang berlawanan. Keduanya memerlukan nama yang berlainan.
Maka
gurisan yang terpuji, dinamai: ilham. Dan gurisan yang tercela, ya'ni:
yang mengajak kepada kejahatan, dinamai: waswas. Kemudian, anda
mengetahui, bahwa gurisan-gurisan didalam hati itu, adalah: baharu
(hadits). Kemudian tiap-tiap yang baharu, haruslah mempunyai: yang
membaharukan (muhdits). Dan tatkala yang baharu itu bermacam-ma- cam,
maka yang demikian itu menunjukkan atas bermacam-macam se- babnya. Ini
diketahui dari sunnah Allah Ta'ala, pada penyusunan musabbab-musabbab
diatas sebab-sebabnya. Manakala bercahayalah din- ding-dinding tembok
rumah dengan cahaya api dan gelaplah atapnya dan menghitam dengan asap,
maka tahulah anda, bahwa sebab kehitaman itu bukanlah sebab dari
kesinaran. Begitu pula, kesinaran hati dan kegelap- anuya, mempunyai dua
sebab yang berbeda. Maka sebab gurisan yang mengajak kepada kebajikan,
dinamai: malaikat. Dan sebab gurisan yang 1 mengajak kepada
kejahatan, dinamai: setan. Dan kehalusan yang menye- diakan hati untuk
menerima ilham kebajikan, dinamai: taufiq. Dan yang menyediakan untuk
menerima waswas setan, dinamai: kesesatan dan kehinaan. Maka
pengertian-pengertian yang berbeda itu, memerlukan kepada nama-nama yang
berbeda. Dan malaikat adalah makhluk yang dijadikan oleh Allah Ta'ala.
Urusannya ialah melimpahkan kebajikan, memfaedah- kan ilmu, membuka
kebenaran, berjanji dengan kebajikan dan menyuruh dengan yang baik.
Allah Ta'ala menjadikannya yang demikian dan me-
961
|
nentukannya
untuk yang demikian. Setan adalah makhluk yang urusannya berlawanan
dengan yang demikian. Yaitu: janji dengan kejahatan, menyuruh perbuatan
keji dan menakut-nakuti dengan kemiskinan, ketika orang bercita-cita
kepada kebajikan.
Maka
waswas adalah bertentangan dengan ilham. Setan bertentangan dengan
malaikat. Dan taufiq bertentangan dengan kehinaan. Dan kepada inilah,
diisyaratkan dengan firman Allah Ta'ala:-(Wa
min kulli syai-in khalaqnaa zaujain).Artinya: "Dan segala sesuatu Kami
ciptakan berpasang-pasangan"- S. Adz-Dzariyat, ayat 49.
Sesungguhnya
semua yang ada (maujud) itu bertentangan, bercampur-a- duk, selain
Allah Ta'ala. Dialah yang tunggal, tiada bagiNya yang bertentangan.
Tetapi la Yang Maha Esa, Yang Benar, yang menjadikan segala yang
berpasang-pasangan itu.
Hati itu tarik-menarik diantara setan dan malaikat. Nabi s.a.w. bersabda:-
في
القلب لمتان لمة من الملك إيعاد بالخير وتصديق بالحق فمن وجد ذلك فليعلم
أنه من الله سبحانه وليحمد الله ولمة من العدو إيعاد بالشر وتكذيب بالحق
ونهي عن الخير فمن وجد ذلك فليستعذ بالله من الشيطان الرجيم ثم تلا قوله
تعالى الشيطان يعدكم الفقر ويأمركم بالفحشاء (Fil-qalbi
lammataani. Lammatun minal-malaki, ii 'aadun bil-khairi wa tash-diiqun
bil-haqqi. Faman wajada dzaalika fal-ya'Iam annahu minallaahi
s.ubhaanahu. Wal-yahmadillaaha. Wa lammatun minal-'aduwwi ii 'aadun
bisy-syarri wa tak-dziibun bilhaqqi wa nahyun 'anil-khairi. Faman wajada
dzaalika fal-jasta'idz billaahi minasy-syaithaanir-rajiin. Tsumma talaa
qau- lahu Ta'aalaa: "Asy-syaithaanu ya'idukumul-faqra wa ya'murukum
bil-fah- syaa-i).
Artinya: "Pada
hati ada dua langkah. Yang satu dari malaikat: perjanjian dengan
kebajikan dan pembenaran dengan yang benar. Barangsiapa memperoleh yang
demikian, maka hendaklah ia tahu, bahwa itu adalah dari Allah Subhanahu
wa Ta'ala. Dan hendaklah ia memuji Allah! Dan yang satu langkah lagi
dari musuh, perjanjian dengan kejahatan, pembohongan dengan yang benar
dan larangan dari kebajikan. Barangsiapa memperoleh yang demikian,maka
hendaklah iaberlindung dengan Allah dari setan yang terkutuk!". Kemudian
Nabi s.a.w. membaca firman Allah Ta'ala, yang artinya: "Setan
menjanjikan kemiskinan kepada kamu dan menyuruh mengerjakan pekerjaan
keji". - S. Al-Baqarah, ayat 268. (1). Al-Hasan berkata: "Kedua
langkah tadi adalah dua cita-cita yang berjalan dalam hati. Suatu
cita-cita daripada Allah Ta'ala dan suatu cita-cita
1. Hadits ini dirawikan At-Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud dan termasuk hadits hasan.
|
962
|
lagi
daripada musuh. Allah merahmati hambaNya yang tegak pada cita-citaNya.
Maka apa yang daripada Allah Ta'ala, hendaklah diteruskan-nya. Dan apa
yang daripada musuhNya, hendaklah dilawannya dengan mujahadah. Dan hati
itu tarik-menarik diantara dua kekuasaan ini". Rasulu'llah s.a.w.
bersabda: "Hati orang mu'min diantara dua anak jari dari anak-anak jari Tuhan Yang Mahapengasih".Allah
Ta'ala mahasuci daripada mempunyai anak jari yang tersusun dari daging,
tulang, darah dan urat yang terbagi dengan tulang-tulang anak jari.
Tetapi roh anak jari itu lekas berbulak-balik dan sanggup menggerakkan
dan merobah- kan. Anda tidak bermaksud anak jari anda itu sendiri,
tetapi yang dimaksudkan, ialah perbuatan anak jari itu berbalik-balik
dan berbanyak gerak, sebagaimana anda melaksanakan segala perbuatan
dengan anak jari anda. Allah Ta'ala berbuat apa yang diperbuatNya,
dengan menjadikan malaikat dan setan. Keduanya dijadikan dengan
kekuasaanNya pada membalik-balikkan hati, sebagaimana anak-anak jari
anda dijadikan bagi anda pada membalik-balikkan tubuh umpamanya.
Hati itu
pada asal fitrahnya, pantas untuk menerima pengaruh malaikat dan
pengaruh setan dalam keadaan yang sama. Tidak lebih kuat salah satu
daripadanya terhadap yang lain. Hanya lebih kuat salah satu daripada
kedua pihak itu, dengan mengikuti hawa-nafsu dan berkecimpung dalam
nafus-syahwatnya atau berpaling daripadanya dan menyalahinya. Apabila
manusia mengikuti kehendak marah dan hawa-nafsu, niscaya kekuasaan setan
itu tampak dengan perantaraan hawa-nafsu. Dan hati menjadi tempat
menetap dan tempat bermukim setan. Karena hawa-naf- su adalah rumput
yang hijau dan tempat bersenang-senang setan. Jikalau bersungguh-sungguh
melawan hawa-nafsu dan tidak memberi kekuasaan kepada hawa-nafsu untuk
menguasai dirinya dan ia menyerupai dengan akhlak malaikat a.s., niscaya
hatinya menjadi tempat ketetapan malaikat dan tempat singgahannya.
Manakala
hati itu tidak terlepas dari nafsu-syahwat, marah, loba, rakus, panjang
angan-angan dan sifat-sifat kemanusiaan lainnya, yang bercabang dari
hawa-nafsu, maka tidak ragu lagi, bahwa hati itu tidak terlepas
daripada setan didalamnya, yang mundar-mandir dengan waswas. Karena
itulah Nabi s.a.w. bersabda :-
ما منكم من أحد إلا وله شيطان قالوا وأنت يا رسول الله قال وأنا إلا أن الله أعانني عليه فأسلم فلا يأمر إلا بخير
(Maa
minkum min ahadin illaa wa lahu syaithaanun. Qaaluu: wa anta yaa
Rasuulallaah? Qaala: wa ana illaa annallaaha a'aananii 'alaihi fa
aslama. Falaa ya'muru illaa bikhairin').Artinya: "Masing-masing kamu mempunyai setannya. Lalu para shahabat bertanya: "Dan engkau wahai Rasulullah?". Nabi s.a.w. menjawab: "Juga
963
|
saya.
Hanya saya ini ditolong oleh Allah Ta'ala terhadap setan itu. Lalu ia
Islam, maka ia tidak menyuruh, kecuali yang kebajikan". (1).
Sesungguhnya adalah demikian, karena setan itu tidak berbuat sesuatu,
kecuali dengan perantaraan hawa-nafsu. Maka siapa yang ditolong oleh
Allah Ta'ala terhadap hawa-nafsunya, sehingga hawa-nafsu itu tidak ber-
kembang, selain menurut yang lay.ak dan kepada batas yang layak, maka
hawa nafsunya itu tidak mengajak kepada kejahatan. Setan yang menggu-
nakan hawa-nafsu yang demikian, tidak menyuruh, selain yang kebajikan.
Manakala mengingati duniawi sudah berkeras pada hati sepanjang kehendak
hawa-nafsu, niscaya setan memperoleh jalan. Lalu ia mendatangkan bisikan
dalam hati manusia. Manakala hati telah berpaling kepada mengingati
Allah Ta'ala, niscaya setan itu pergi dan sempitlah jalannya. Lalu
malaikat menghadap kehati itu dan membawa ilham. Jatuh-menjatuhkan
diantara tentara malaikat dan tentara setan dalam pe- perangan hati itu
berjalan terus-menerus. Sehingga terbukalah hati kepada salah satu
daripada keduanya. Lalu yang satu itu bertempat dan menetap didalam
hati. Dan singgahnya yang kedua lagi kedalam hati, adalah secara
perebutan.
Kebanyakan
hati yang telah dikalahkan oleh tentara setan dan dimiliki- nya, lalu
hati itu penuhlah dengan waswas yang mengajak kepada mengutamakan
duniawi dan membuang akhirat. Dan permulaan kekuasaan tentara setan
itu, ialah menuruti segala keinginan dan hawa-nafsu. Dan tidak mungkin
mengalahkannya sesudah itu, selain dengan mengosongkan hati dari makanan
setan. Yaitu: hawa-nafsu dan segala keinginan syahwat. Dan
pembangunannya, ialah dengan mengingati Allah Ta'ala yang membawa
pengaruh malaikat kedalam hati.
Jabir bin
'Ubaidah AI- 'Adawi berkata: "Aku mengadu kepada Al-'Ula' bin Ziyad,
bahwa aku tiada memperoleh waswas dalam dadaku. Lalu beliau menjawab:
"Contoh yang demikian adalah seperti rumah yang dimasuki pencuri. Kalau
ada sesuatu dalam rumah itu, lalu diambilnya. Kalau tidak ada, maka
pencuri itu terus pergi dan meninggalkan rumah itu". Ya'ni: bahwa hati
yang kosong dari hawa-nafsu, tidak akan dimasuki setan.Karena itulah
Allah Ta'ala berfirman:-(Inna'i-baadii lai-sa laka 'alaihim
sulthaa-nun).Artinya: "Sesungguhnya hamba-hambaKu, engkau tiada mempunyai kekuasaan atas mereka". - S. Al-Isra ayat 65.
Maka tiap-tiap orang yang mengikuti hawa-nafsu itu, adalah budak hawa-
1. Dirawikan Muslim dari Ibnu Mas'ud.
|
964*
|
nafsu, bukan hamba Allah. Karena itulah, Allah Ta'ala menguasakan setan atas orang tersebut. Allah Ta'ala berfirman:-
(A fa
ra-aita mani't-takhadza ilaahahu hawaah).Artinya: "Adakah engkau Iihat
orang yang mengambil keinginan (nafsu- nya) menjadi tuhannya?". - S.
Al-Jatsiyah, ayat 23.
Itu adalah
isyarat, bahwa sebahagian dari hawa-nafsu itu, menjadi tuhan dan
penyembahannya. Maka dia itu budak hawa-nafsu, bukan hamba Allah. Karena
itulah, 'Amru bin 'Ash (1) berkata kepada Nabi s.a.w.:- "Wahai
Rasulu'llah! Setan itu menghalangi aku dari shalatku dan qiraah- ku
(pembacaan Al-Qur-an)". Rasulu'llah s.a.w. menjawab: "Itu adalah setan yang dinamai: Khanzab Apabila
engkau merasakannya, maka berlin- dunglah daripadanya dengan Allah
Ta'ala! Dan ludahilah kekiri engkau tiga kali!" 'Amru bin 'Ash
meneruskan ceriteranya: "Lalu aku lakukan yang demikian. Maka Allah
Ta'ala menghilangkan setan itu "daripadaku" (2)-
Tersebut pada hadits:-
إن للوضوء شيطانا يقال له الولهان فاستعيذوا بالله منه
(Inna lil-wadluu-i syathaanan, yuqaalu lahul-walhaanu. Fasta'iidzu billaa-hi minhu').Artinya: "Wudlu' itu mempunyai setan, yang dinamai: Walhan. Maka ber- lindunglah dengan Allah Ta'ala daripadanya!" (3).
Waswas
setan itu tidak terhapus dari hati, selain dengan mengingati yang lain
daripada yang mewaswaskan itu. Karena apabila terguris dalam hati,
ingatan sesuatu, niscaya hilanglah yang telah ada didalam hati sebelum-
nya. Akan tetapi semua itu, selain Allah Ta'ala dan yang berhubungan
dengan Allah Ta'ala, maka boleh pula bahwa hati itu adalah tempat lalu-
lintasnya setan. Dan mengingati Allah adalah yang mendatangkan ke-
amanan keliling hati. Dan yang memberi-tahukan bahwa hati itu bukanlah
tejnpat lalu lintasnya setan.
Mengobati
sesuatu itu adalah dengan lawannya. Dan lawan semua bisikan setan itu,
ialah mengingati Allah Ta'ala dengan berlindung padaNya. Dan melepaskan
diri dengan daya dan tenaga. Dan itulah artinya perkataan ki ta:-
1.
Menurut Kitab "Ithaf" syarah Ihya', yang betul, Usman bin Abil-'Ash",
yaitu "Abu Abdillah Ats-Tsaqafi Ath-Thaiff', bukan 'Amru bin 'Ash-
(Pe,ny.).
|
2. Hadits ini dirawikan Muslim dari 'Amru bin 'Ash.
|
3. Hadits ini dirawikan At. Tirmizi. dari Ubai bin Ka'ab. Katanya: hadits gharib.
|
965*
|
قولك أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ولا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
(A'uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajiim. Wa laa haula wa laa quwwata iUaa billaahil-'aliyyil-'adhiim).Artinya:
"Aku Berlindung dengan Allah Ta'ala dari setan yang terkutuk. Tiada day
a dan upaya, selain dengan Allah Yang Mahatinggi dan Maha- besar".
Dan tiada
yang menyanggupi demikian, selain orang-orang taqwa, yang dimenangi oleh
ingatan kepada Allah Ta'ala pada mereka. Dan setan itu berkeliiing pada
mereka, pada waktu-waktu lengah dengan jalan mencari kesempatan. Allah
Ta'ala berfirman:-
أن الذين اتقوا إذا مسهم طائف من الشيطان تذكروا فإذا هم مبصرون
(Innal-la-dziina't-ta-qau idzaa massa-hum thaa-ifun minasy-syai-thaani ta- dzakkaruu fa-idzaa hum mub-syiruun).Artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka ditipu setan
yang datang berkunjung, mereka ingat kembali dan ketika itu mereka
menjadi orang-orang yang mempunyai pemandangan". - S. Al- A'raf, ayat
201.
Mujahid berkata tentang pengertian firman Allah Ta'ala:-
من شر الوسواس الخناس
(Min syarril-waswaasil-khannaas).
Artinya: "Dari bahaya bisikan . (setan) yang mengendap". -
S. An-Nas, ayat 4, yaitu: setan itu mengembang pada hati. Apabila orang
mengingati Allah Ta'ala, maka setan itu mengendap dan kuncup. Apabila
lupa kepada Allah Ta'ala, niscaya setan itu berkembang pada hatinya.
Perlawanan antara mengingati Allah Ta'ala dan bisikan setan, adalah
seperti perlawanan antara cahaya dan gelap dan antara malam dan siang.
Dan karena berla- wanan keduanya itu, Allah Ta'ala berfirman:-
استحوذ عليهم الشيطان فأنساهم ذكر الله
(Istah-wa-dza
'alai-himusy-syaithaa-nu fa ansaa-hum dzikra'l-laah). Artinya: "Setan
telah menguasai mereka dan melupakan mengingati Allah". - S.
Al-Mujadalah, ayat 19. Anas berkata: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda:-
966*
|
(Innasy-syaithaana
waadli'uu khurthuumahu 'alaa qalbi'bni Aadaroa. Fa in huwa
dzakaral-laaha Ta'aalaa khanasa wa in nasial-laaha Ta'aala '1-ta- qama
qalbahu).
Artinya:
"Setan itu meletakkan belalainya pada hati anak Adam (manusia). Apabila
manusia itu mengingati Allah Ta'ala, niscaya setan itu me- ngendap. Dan
jikalau ia melupakan Allah Ta'ala, niscaya setan itu akan menelan
hatinya". (1).
Ibnu Wadl-dlah berkata pada suatu hadits yang disebutkannya:-
(Idzaa
balaghar-rajulu arba'iina sariatan wa lam yatub, masahasy-syaithaa- nu.
wajhahu biyadihi wa qaala:biabii wajhu man laa yuflihu). Artinya:
"Apabila sampai seseorang empat puluh tahun dan tidak berto- bat,
niscaya setan menyapu mukanya dengan tangannya. Dan setan itu berkata:
"Demi bapaku! Muka orang yang tiada memperoleh kemenang- an". (2).
Sebagaimana
nafsu-syahwat itu bercampur dengan daging dan darah manusia, maka
kekuasaan setan juga berjalan dalam daging dan darahnya. Dan mengelitmgi
hati dari segala pinggirnya. Karena itulah Nabi s.a.w.bersabda:-
(Innasy-syaithaana yajri minabni Aadama majrad-dami. Fadlayyiquu ma- jaariahu bil-juu'i).Artinya:
"Sesungguhnya setan itu berjalan pada manusia pada tempat jalannya
darah. Maka sempitkanlah tempat jalannya itu dengan lapar!" - Of).
Yang
demikian itu, adalah karena lapar menghancurkan nafsu-syahwat. Dan
tempat jalannya setan, ialah nafsu-syahwat. Dan karena berkeliling- nya
nafsu-syahwat bagi hati dari segala pinggirnya. Allah Ta'ala berfirman,
menerangkan tentang Iblis:-
1. Dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya, hadits dla'if.
|
2. Menurut Al-Iraqi, bahwa ia tidak peraah menjumpai hadits ini.
|
3. Hadits ini dirawikan Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim serta Abu Daud dan Ibnu Ma- jah.
|
967*
|
(La
aq'udanna lahum shiraa thaka'l-mustaqiima tsumma la-aa tiyanriahum min
baini aidiihim wa rnin khal-fihim wa 'an aimaa-nihim wa 'an sya-
maa-ili-him).
Artinya:
"Aku akan duduk mengganggu mereka dari jalan yang lurus. Kemudian itu,
aku datang kepada mereka dari hadapan dan dari belakang- nya, dari kanan
dan dari kirinya". - S. Al-A'raf, ayat 16 - 17. Nabi s.a.w. bersabda:-
(Innasy-syaithaana
qa'ada libni Aadama bi-thuruqin. Fa qa'ada lahu bi- thariiqil-Islaami.
Fa qaala: A tuslimu wa tatruku diinaka wa diina aabaa- ika? Fa'ashaahu
wa aslama. Tsumma ga'ada lahu bithariiqil-hijrati. Fa qaala a tuhaajiru,
a tada'u ardlaka wa samaa-aka. Fa 'ashaahu wa hajara. Tsumma ga'ada
lahu bitariiqil-jihaadi. Fa qaala a tujaahidu wa huwa tala- fun-nafsi
wal-maali. Fa tuqaatilu fa tuqtalu fa tunkahu nisaa-uka wa juqsa- mu
maaluka. Fa 'ashaahu wa jaahada).
Artinya:
"Sesungguhnya setan itu duduk mengganggu manusia dengan be- berapa
jalan. Ia duduk melakukan gangguan itu dengan jalan Islam. Setan itu
berkata kepada manusia: "Apakah kamu masuk Islam, meninggalkan agamamu
dan agama nenek-moyangmu?". Tetapi manusia itu menantang setan dan
memeluk Agama Islam.. Kemudian, setan itu duduk mengganggu manusia
dengan jalan hijrah. Setan itu berkata: "Apakah kamu akan hijrah,
meninggalkan bumimu dan langitmu?". Tetapi manusia itu menantang setan
dan berhijrah. Kemudian, setan itu duduk mengganggu manusia dengan
jalan jihad. Setan itu berkata: "Apakah kamu akan berjihad, sedang jihad
itu menghilangkan nyawa dan harta? Kamu akan berperang, lalu kamu
terbunuh. Maka istrimu akan dikawini oleh orang lain dan har- tamu akan
dibagi-bagikan". Tetapi manusia itu menantang setan dan berjihad". Dan
Rasulu'llah s.a.w. bersabda:
(Fa man fa'ala dzaalika fa maata kaana haqqan 'ala'llaahi an yudkhilahul- jannah).
Artinya: "Barangsiapa berbuat demikian, lalu meninggal dunia, niscaya
968*
|
berhak
bagi Allah memasukkannya kedalam sorga" (1). Rasulu'llah s.a.w.
menyebutkan arti bisikan. Yaitu: gurisan-gurisan didalam hati yang
terguris bagi seorang pejuang (mujahid), bahwa ia akan ter- bunuh dan
isterinya akan dikawini oleh orang lain dan gurisan-gurisan yang lain,
yang mengelakkannya daripada jihad.
Gurisan-gurisan
tersebut itu dapat dimaklumi. Jadi, bisikan itu dapat di- maklumi
dengan penyaksian. Dan semua gurisan itu mempunyai sebab. Dan
menghendaki kepada nama yang dikenalinya. Maka nama sebabnya, ialah:
setan. Dan tidak akan tergambar, bahwa manusia itu dapat terlepas dari
setan. Hanya manusia itu berbeda diantara seorang dengan lainnya,
tentang kedurhakaannya dan penurutannya kepada setan. Karena itulah,
Nabi s.a.w. bersabda:-
(Maa min ahadin, illaa wa lahu syaithaanun).
Artinya: "Masing-masing orang itu mempunyai setannya" (2).
Maka dengan penelitian yang semacam ini, jelaslah arti: bisikan, ilham,
malaikat, setan, taufiq dan penghinaan.
Kemudian,sesudah
ini terdapatlah pandangan bagi orang yang memperha- tikan tentang setan
itu, bahwa setan itu tubuh halus atau bukan tubuh, Jikalau dia itu
tubuh, maka bagaimanakah masuk kedalam tubuh manusia, barang yang
ibertubuh.
Mengenai
ini sekarang, tidak diperlukan pada ilmu-mu'amalah. Akan tetapi orang
yang membahas tentang ini adalah seperti orang, yang masuk ular kedalam
bajunya. Ia memerlukan untuk menghilangkan ular itu dan menolak
kemelaratannya. Lalu ia sibuk membahas tentang warna, bentuk, panjang
dan lebarnya ular itu. Yang demikian adalah kebodohan sejati. Maka
berdesak-desaknya gurisan-gurisan yang menggerakkan kepada kejahatan,
telah diketahui. Dan yang demikian menunjukkan dengan pas- ti,
terjadinya dengan sesuatu sebab. Dan telah diketahui, bahwa yang
mengajak kepada kejahatan yang ditakuti pada masa mendatang itu musuh.
Dan musuh itu telah diketahui dengan pasti. Maka seyogialah bekerja
dengan sungguh-sungguh melawannya. Allah S.W.T. telah memperkenalkan
musuhNya pada banyak tempat dalam Kitab-SuciNya, untuk diimani dan
dipeliharakan diri daripadanya. Allah Ta'ala berfirman:-
1. Hadits Ini dirawikan An-Nasa-i dari Sabrah bin Abi Fakih dan sahih isnadnya.
|
2. Hadits ini telah diterangkan dahulu.
|
969*
|
(Innasy-syaithaana lakum 'aduwwun fat-takhidzuu 'aduuwwan, innamaa, yad'uu hizbahu li-yakuunuu min ash-haabis-sa-iir).
Artinya:
"Sesungguhnya setan itu musuh kamu. Sebab itu, perlakukanlah dia sebagai
musuh! Dia hanya memanggil kawan separtainya, supaya menjadi isi
neraka yang menyala". — S. Fathir, ayat 6. Allah Ta'ala berfirman:-
( T- -JZojjr')
(A lam a'had ilaikum yaa banii Aadama an laa ta'budusy-syaithaana, in- nahu lakum aduwwun mubiin)
Artinya:
"Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu, hai anak- anak Adam,
bahwa janganlah kamu memuja setan? Sesungguhnya setan itu musuh yang
terang bagi kamu". — S. Ya Sin, ayat 60. Maka seyogialah bagi hamba
Allah, bekerja menolak musuh daripada dirinya: Tidak menanyakan tentang
asal usul musuh itu, bangsanya dan tempat tinggalnya. Benar, seyogialah
ia menanyakan tentang senjatanya, supaya ia dapat menolaknya dari
dirinya. Dan senjata setan itu, ialah hawa- nafsu dan segala keinginan.
Dan yang demikian itu mencukupi bagi orang yang berilmu. Adapun
mengenali zat setan, sifatnya dan hakekatnya, kita berlindung dengan
Allah daripadanya dan hakekat malaikat maka yang demikian itu, bidang
orang-orang arifin, yang mendalami ilmu-mukasya- fah. Tidak diperlukan
mengetahuinya pada ilmu-mu'amalah. Benar, seyogialah diketahui, bahwa
gurisan-gurisan itu terbagi kepada: yang diketahui dengan pasti, bahwa
gurisan itu mengajak kepada kejahatan. Maka tidak tersembunyi lagi,
bahwa gurisan itu adalah: bisikan setan. Dan kepada: yang diketahui,
bahwa gurisan itu mengajak kepada kebajikan. Maka tidak diragukan,
tentang gurisan itu, adalah: ilham. Dan kepada: yang diragukan, maka
tidak diketahui, apakah dari langkah malaikat atau dari langkah setan.
Sesungguhnya diantara tipuan setan itu, ialah: mendatangkan kejahatan
pada tempat kebajikan. Dan amat sulit membe- dakannya. Dan kebanyakan
hamba Allah mendapat kebinasaan. Dan setan itu sesungguhnya tidak
sanggup mengajak kepada kejahatan yang tegas. Lalu ia membentuk
kejahatan dengan bentuk kebajikan. Umpamanya: setan itu mengatakan
kepada ulama, dengan jalan pengajaran: "Apakah anda tidak melihat
kepada orang banyak, bahwa mereka itu mati dari kebodohan dan binasa
dari kelalaian? Mereka itu mendekati kepada api-nera- ka. Adapun anda
mempunyai belas-kasihan kepada hamba-hamba Allah. Anda lepaskan mereka
dari tempat kebinasaan dengan nasehat dan pengajaran anda. Allah Ta'ala
telah memberi ni'mat kepada anda dengan hati yang melihat, lidah yang
lancar dan cara berbicara yang dapat diterima o- rang. Maka bagaimanakah
anda mengingkari ni'mat Allah Ta'ala dan ber-
970*
|
buat yang
memarahiNya? Dan anda berdiam diri daripada mengembang- kan ilmu dan
mengajak manusia kepada jalan yang lurus?". Senantiasalah setan itu
menetapkan yang demikian pada diri ulama dan menariknya dengan
daya-upaya yang lemah-lembut. Sehingga ulama itu bekerja mengajari
manusia. Kemudian, sesudah itu, diajaknya ulama tadi, sampai menghiasi
diri untuk manusia dan berbuat-buat dengan kata-kata yang
dibagus-baguskan dan kebajikan yang diperlihat-lihatkan. Seraya setan
itu berkata kepada ulama tersebut: "Jikalau anda tidak berbuat demikian,
niscaya hilanglah pengaruh perkataan anda dari hati mereka. Dan mereka
tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran".
Senantiasalah
setan itu menetapkan yang demikian pada uiama tersebut. Dan waktu ia
sedang memuji ulama itu, lalu ia menguatkan hal-hal yang bercampur
dengan ria, diterima orang banyak, enaknya kemegahan dan memperoleh
kemuliaan dengan banyak pengikut dan pengetahuan, serta memandang kepada
orang banyak dengan pandangan hina. Lalu ulama yang patut dikasihani
tadi, terjerumus dengan nasehat itu kepada kebina- saan. Maka ia
berbicara, dengan menyangka bahwa maksudnya kebajikan, sedang sebenarnya
maksudnya mencari kemegahan dan untuk disambut oleh orang banyak. Maka
binasalah ia dengan sebabnya. Dan ia menyangka, bahwa ia mendapat
tempat disisi Allah Ta'ala. Padahal ia termasuk diantara mereka yang
dikatakan oleh Rasulu'llah s.a.w.:-
(Inna'llaaha
la-yuayyidu haadzad-diina bi-qaumin laa khalaaqa lahum). Artinya:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala menguatkan Agama ini dengan orang-orang
(kaum) yang tidak berbudi-pekerti mulia (berakhlak)". (1). Dan sabda
Nabi s.a.w. :-
(Inna'llaaha la-yuayyidu haadzad-diina bir-rajulil-faajir).
Artinya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala menguatkan Agama ini dengan laki-
laki zaiim". (2).
Karena
itulah, diriwayatkan bahwa Iblis-dikutuki oleh Allah dia kiranya -
datang kepada Nabi Isa a.s., seraya berkata kepadanya: "Katakanlah "Laa
ilaaha illa'llaah!". Lalu Nabi Isa a.s. menjawab: "Itu adalah perkataan
benar dan aku tiada akan mengatakannya dengan perkataanmu". Karena
mempunyai juga penipuan-penipuan dibawah yang kebajikan. Dan
1. Hadits ini dirawikan An-Nasa-i dari Anas, dengan isnad yang baik.
|
2. Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dan Musiim dari Abi Hurairah r.a.
|
971*
|
penipuan
setan itu dari yang sejenis ini, tidaklah berkesudahan. Dengan penipuan
itu, maka binasalah para ulama, orang-orang abid (banyak iba- dah),
orang zuhud, orang fakir, orang kaya dan segala jenis manusia, daripada
orang-orang yang tiada menyukai kejahatan yang terang. Dan tiada
menyukai dirinya terjerumus dalam perbuatan maksiat yang terbuka. Dan
akan kami sebutkan sejumlah tipuan setan dalam "Kitab Penipuan" pada
akhir rubu ini. Mudah-mudahan jika waktu mengizinkan, kami akan me-
nyusun suatu kitab khusus, yang akan kami namakan: Penipuan Iblis". Se-
karang sesungguhnya telah berkembang penipuannya dalam negeri dan pada
hamba-hamba Allah. Lebih-lebih pada mazhab-mazhab dan aqidah- aqidah.
Sehingga kebajikan itu tidak tinggal lagi, selain gambarannya. Semua
itu karena mengikuti penipuan setan dan tipu-dayanya. Maka haklah diatas
hamba Allah, berhenti pada tiap-tiap kesusahan yang terguris kepadanya.
Supaya diketahuinya, bahwa kesusahan itu dari langkah malaikat atau
langkah setan. Dan bahwa ia mendalamkan perhatian dengan pandangan mata-
nati, tidak dengan hawa-nafsu nalurinya. Dan ia tidak memandang
kepadanya selain dengan nur taqwa, mata hati dan ba- nyaknya
pengetahuan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:-
(Innal-ladziina't-taqau, idzaa massahum thaa-ifun minasy-syaithaani ta- dzakkaruu, fa idzaa hum mubshiruun).Artinya: "Sesungguhnya
orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka diti- pu setan yang datang
berkunjung, mereka ingat kembali (kembali kepada nur ilmu) dan ketika
itu mereka menjadi orang-orang yang mempunyai pemandangan". - S. AI-A'raf, ayat 201. Artinya: terbuka bagi mereka kesulitan.
Adapun
orang yang tidak menyukai dirinya dengan taqwa, maka tabiat (instink)nya
cenderung kepada mengikuti penipuan setan, dengan menu- ruti
hawa-nafsu. Maka banyaklah kesalahannya dan segeralah kebinasaan- nya,
sedang ia sendiri tidak merasakan yang demikian. Orang-orang yang
seperti itu, Allah S.W.T., berfirman:-
(Wa badaa
lahum minal-laahi maalam yakuunuu yahtasibuun). Artinya: "Dan ketika itu
jelas bagi mereka, bahwa apa-apa yang dahulu- nya mereka tiada kira
itu, memang dari Allah". — S. Az-Zumar, ayat 47. Ada yang mengatakan,
itu adalah: amalan-amalan, yang disangka mereka itu baik sedang
sebenarnya adalah jahat. Yang paling rumit, dari berbagai
972*
|
macam ilmu
mu'amalah, ialah: mengetahui tipuan nafsu dan tipu-daya setan. Yang
demikian itu, adalah fardlu 'ain atas tiap-tiap hamba Allah, Dan
kebanyakan orang sudah manyia-nyiakannya. Mereka sibuk dengan
pengetahuan yang menarik bisikan setan kepada mereka dan setan telah
menguasai mereka. Dan melupakan mereka akan permusuhan dan jalan menjaga
diri daripada setan. Dan tiada terlepas dari kebanyakan bisikan itu,
selain dengan menutup pintu-pintu gurisan didalam hati. Dan pintu-
pintunya, ialah: pancaindera yang lima. Pintu-pintunya itu dari dalam
nafsu-syahwat dan h,ubungan duniawi. Berkhilwah dalam sebuah rumah yang
gelap itu menutupkan pintu pancaindra. Melepaskan - diri dari keluarga
dan harta itu menyedikitkan tempat masuk bisikan dari dalam. Dan bersama
itu, yang masih ada, ialah: tempat masuk batiniahnya dalam khayalan
yang berjalan pada hati. Dan yang demikian, tidak dapat ditolak, selain
dengan menyibukkan hati mengingati Allah Ta'ala. Kemudian, setan itu
senantiasa menarik hati, bertengkar dengan hati dengan perantaraan nafsu
dan melalaikan hati daripada mengingati Allah Ta'ala. Maka haruslah
ber- mujahadah melawannya. Dan inilah mujahadah, yang tiada akhirnya,
selain dengan mati. Karena seorangpun tiada terlepas dari tipu-daya
setan, selama ia hidup.
Benar,
kadang-kadang seseorang itu kuat, dimana ia tidak mengikuti setan,
menolak kejahatan setan daripada dirinya dengan jihad. Akan tetapi,
sekali-kali tidak dapat melepaskan jihad dan mempertahankan diri, selama
darah masih mengalir dalam tubuhnya. Karena selama masih hidup, maka
pintu-pintu s^tan itu terbuka kepada hatinya, tiada terkunci. Yaitu:
nafsu-syahwat, "marah, dengki, loba, rakus dan lainnya, sebagaimana
akan datang uraiannya.
Selama
pintu itu terbuka dan musuh tidak lengah, maka tiada pertahanan, selain
dengan penjagaan dan mujahadah. Seorang laki-laki bertanya kepada
Al-Hasan: "Hai Abu Sa'id! Adakah setan itu tidur? Lalu Al-Hasan ter-
senyum dan menjawab: "Jikalau ia tidur, niscaya kita dapat
beristirahat". Jadi, tiada terlepas bagi orang mu'min daripada setan.
Benar, orang mu'min itu mempunyai jalan menolak setan dan melemahkan
kekuatan- nya. Nabi s.a.w. bersabda:-
(Innalmu'mina yundlii syaithaanahu kamaa yundlii ahadukum ba'iirahu fii safarihi).
Artinya:
"Sesungguhnya orang mu'min itu menguruskan setannya, sebagai mana
seseorang kamu menguruskan untanya dalam perjalanan". (1). Ibnu Mas'ud
berkata: "Setan orang mu'min itu kurus". Qais bin Al-Haj-
1. Hadits ini dirawikan Ahmad dari Abi Hurairah.
|
973*
|
jaj
berkata: "Setanku berkata kepadaku: "Aku masuk padamu dan aku adalah
seperti unta gemuk. Dan sekarang aku seperti burung pipit". Lalu aku
bertanya: "Mengapa demikian?". Setan.itu menjawab: "Engkau cairkan aku
dengan dzikir (mengingati) Allah Ta'ala". Orang yang taqwa, tidak sukar
baginya menutup pintu setan dan menjaga- nya dengan penjagaan. Ya'ni:
pintu-pintu yang tampak dan jalan-jalan yang terang, yang membawa kepada
kemaksiatan zahiriah. Sesungguhnya mereka jatuh pada jalan-jalannya
yang tersembunyi. Mereka tiada memperoleh petunjuk kepada jalan-jalan
itu, lalu dapat menjaganya, sebagaimana telah kami isyaratkan kepadanya
tentang tertipunya ulama dan juru- juru nasehat.
Yang
sukar, ialah, bahwa: pintu-pintu yang terbuka bagi setan kepada hati itu
banyak, sedang pintu malaikat itu sebuah saja. Dan pintu yang sebuah
itu menyerupai dengan pintu-pintu yang banyak tadi. Maka hamba Allah
pada pintu-pintu itu, seperti orang musafir yang tinggal pada suatu
desa, yang banyak jalannya, sukar tempat yang dijalani, dalam malam yang
ge- lap-gulita. Hampir ia tiada mengetahui jalannya, selain dengan mata
yang dapat melihat dan terbitnya matahari yang cemerlang. Mata yang
dapat melihat disini, ialah hati yang bersih dengan taqwa. Dan matahari
yang cemerlang, ialah ilmu yang banyak, yang terambil dari Kitab Allah
Ta'ala dan Sunnah RasulNya s.a.w., dari apa yang menunjukkan kepada
jalan- jalan yang sulit. Jikalau tidak, maka jalan-jalan itu amat banyak
dan sukar.
Abdullah
bin Mas'ud r.a. berkata: "Rasulu'llah s.a.w. telah menggariskan bagi
kami pada suatu hari, suatu garis, .seraya bersabda: "Inilah jalan
Allah!". Kemudian, beliau menggariskan beberapa garis, disebelah kanan
dan disebelah kiri garis tadi. Kemudian, beliau bersabda: "Inilah jalan-
jalan dan pada tiap-tiap jalan ini ada setan, yang mengajak kepadanya".
Lalu beliau membaca ayat ini, untuk menerangkan garis-garis'itu:-
(Wa anna haadzaa shiraathii mustaqiiman fat-tabi'uuhu wa laa tat-tabi'us- subul).
Artinya:
"Sesungguhnya inilah jalanKu yang lurus, maka turutlah! Dan ja- nganlah
kamu turutkan jalan-jalan (untuk garis-garis itu).- S. Al-An'am, ayat
153. (1).
Rasulu'llah
s.a.w. menerangkan tentang banyaknya jalan-jalan setan. Kami telah
menyebutkan suatu contoh jalan yang sulit itu dari jalan-jalan setan
tadi. Setan itu dengan jalan tersebut, menipu para ulama dan orang-
orang 'abid (yang banyak beribadah), yang memiliki nafsu-syahwat, yang
1. Hadits ini dirawikan An-Nasa-i dari Ibnu Mas'ud dan shahih isnad.
|
974*
|
mencegah
diri dari perbuatan-perbuatan ma'siat yang nyata. Maka hendaklah
sekarang kami menyebutkan suatu contoh dari jalan setan yang; te-
rang itu, yang tidak tersembunyi. Kecuali, bahwa anak Adam itu terpaksa
menempuhnya. Dan yang demikian itu, apa yang diriwayatkan daripada Nabi
s.a.w., bahwa beliau bersabda: "Ada seorang biarawari pada Bani Israil
(kaum Yahudi). Maka setan menuju kepada seorang wanita cantik, lalu
dicekeknya. Dan setan itu membisikkan dalam hati keluarga wanita tadi,
bahwa obatnya ada pada biarawan itu. Lalu merekapun membawa wanita
tersebut kepada biarawan tadi. Biarawan itu segan menerimariya. Tetapi
mereka itu senantiasa mendesaknya, sehingga diterimanya. Maka tatkala
wanita itu pada biarawan tersebut untuk diobatinya, lalu datanglah setan
kepadanya. Setan itu mengajaknya untuk mendekati wanita tadi. Dan
selalulah yang demikian, sehingga biarawan itu bersetubuh dengan wanita
itu. Lalu kemudian, wanita itu mengandung. Setan tadi membisikkan
kepada biarawan itu, seraya berkata: "Sekarang, engkau telah berbuat
keji. Keluarganya akan datang kepada engkau.
Bunuhlah
wanita itu! Kalau mereka bertanya kepada engkau, jawablah, bahwa wanita
itu mati sendiri". Biarawan itupun lalu membunuh wanita tersebut dan
menguburkannya. Kemudian, setan itu datang kepada keluarga wanita itu,
membisikkannya dan menyampaikan kedalam hati mereka, bahwa biarawan itu
telah membuat wanita itu mengandung. Kemudian membunuhnya dan
menguburkannya. Maka datanglah keluarga wanita tersebut kepada biarawan
itu, menanyakan tentang wanita tadi. Biarawan itu menjawab,( bahwa
wanita itu telah mati. 'Lalu keluarganya mengambil biarawan itu untuk
dibunuhnya. Maka setan datang kepada biarawan tadi, seraya berkata:
"Saya yang mencekek wanita itu dan saya yang membisikkan dalam hati
keluarganya. Dari itu, patuhilah aku supaya engkau lepas dan aku
lepaskan engkau dari tangan mereka". Biarawan itu bertanya: "Dengan
apa?". Setan itu menjawab: "Sujudlah kepadaku dua sujud!". Lalu biarawan
tadi sujud kepada setan itu dua sujud. Maka berkatalah setan
kepadanya: "Aku berlepas tangan dari engkau". Orang itulah yang
dikatakan oleh Allah Ta'ala:-
(Ka-matsalisy-syaithaani,
idz qaala lil-insaani'k-fur. Fa lammaa kafara, qaala: innii barii-un
minka).Artinya: "Seumpama setan, ketika berkata kepada manusia:
"Sangkallah Tuhan!". Setelah orang itu menyangkal Tuhan, lalu ia (setan)
itu berkata: "Aku berlepas tangan terhadap engkau". - S. Al-Hasyr, ayat
16. (1).
1. Hadits ini dirawikan oleh Ibnu Abid-Dun-ya dan oleh Al-Hakim dari Ali bin Abi Talib dan katanya: shahih isnad.
|
975*
|
Lihatlah
sekarang kepada tipu-daya setan itu dan dipaksanya biarawan kepada dosa
besar tersebut. Semua itu karena patuhnya kepada setan menerima wanita
itu untuk diobati. Dan itu adalah urusan yang mudah. Kadang-kadang
teman setan itu menyangka bahwa pekerjaan yang dilaku- kannya itu
kebajikan dan baik. Lalu baiklah yang demikian itu dalam hatinya,
dengan tersembunyinya hawa-nafsu. Maka ia tampil kepada perbu- atan
tersebut, seperti orang yang gemar pada kebajikan. Lalu pekerjaan itu
keluar kemudian dari pilihannya. Dan dia ditarik oleh sebahagian
pekerjaan kepada sebahagian yang lain, dimana ia tidak mendapat jalan
keluar. Maka kita berlindung dengan Allah daripada menyia-nyiakan permu
laan segala urusan. Dan kepada inilah diisyaratkan oleh sabda Nabi
s.a.w.:-
(Man haama haulal-himaa yuusyiku an yaqa'a fiihi).Artinya: "Barangsiapa berputar-putar dikeliling yang dilarang, besar kemungkinan ia akan jatuh kedalamnya". (2).
PENJELASAN: penguraian tempat-tempat masuknya setan kedalam hati.
Ketahuilah,
bahwa contohnya hati itu seperti benteng. Dan setan itu musuh, yang
bermaksud masuk kedalam benteng. Lalu ia memilikinya dan menguasainya.
Dan tidak sanggup menjaga benteng dari musuh, selain dengan men jaga
pintu-pintu benteng, tempat-tempat masuk dan tempat-tempat lobangnya.
Dan tidak sanggup menjaga pintu-pintunya, oleh orang yang tiada
mengetahui pintu-pintu itu.
Maka
menjaga hati dari bisikan setan itu wajib. Yaitu: fardlu 'ain atas
tiap-tiap orang mukallaf (sudah baligh dan berakal). Dan sesuatu yang
menyampaikan kepada wajib, juga menjadi wajib. Dan tidak sampai dapat
menolak setan, selain dengan mengetahui tempat-tempat masuknya. Lalu
mengetahui tempat-tempat masuknya itu menjadi wajib. Tempat- tempat
masuk setan dan pintu-pintunya,; ialah: sifat-sifat hamba. Dan itu
banyak. Tetapi, kami akan menunjukkan kepada pintu-pintu yang besar,
yang berlaku seperti jalan-jalan yang tidak sempit dari banyaknya
tentara setan.
Diantara
pintu-pintu setan yang besar, ialah: 'marah dan nafsu-syahwat. Marah,
ialah binasanya akal. Apabila lemah tentara akal, niscaya tentara setan
menyerang. Manakala manusia itu marah, niscaya setan bermain dengan dia,
seperti anak-nak bermain dengan bola. Diriwayatkan, bahwa Musa a.s,
dijumpai oleh Iblis. Lalu Iblis itu berkata kepadanya: "Hai Mu-
2. Hadits ini dirawikan oleh AlBukhari dan Muslim dari AnNu'man bin Basyir.
|
976*
|
sa! Engkau
yang dipilih oleh Allah menjadi rasulNya dan berkata-kata dengan
engkau. Dan aku adalah salah satu dari pada makhlukNya, yang telah
berdosa. Aku mau bertobat. Maka bersyafa'atlah engkau kepadaku pada
Tuhanku, kiranya Ia menerima tobatku!". Musa menjawab: "boleh!" Tatkala
Musa a.s. naik diatas bukit dan berkata-kata dengan Tuhan 'Azza wa Jalla
dan mau turun, lalu Tuhan berfirman kepadanya: "Tunaikanlah amanah!".
Maka Musa a.s. menjawab: "Wahai Tuhanku! HambaMu Iblis ingin bertobat".
Lalu Allah Ta'ala mewahyukan kepada Musa: "Wahai Musa! Engkau telah
menunaikan hajat engkau. Suruhlah Iblis itu bersujud kepada kuburan
Adam, sehingga diterima tobatnya". Kemudian, Musa menemui Iblis dan
berkata kepadanya: "Aku telah tunaikan hajatmu. Kamu disuruh bersujud
kepada kuburan Adam, sehingga diterima tobatmu". Lalu Iblis itu marah
dan menyombong, seraya berkata: "Aku tidak sujud kepadanya waktu dia
masih hidup. Apakah aku akan sujud kepadanya, setelah ia mati?".
Kemudian, Iblis itu berkata kepada Musa a.s.: "Hai Musa! Engkau
mempunyai hak atasku, disebabkan engkau memberi syafa'at bagiku kepada
Tuhan engkau. Ingatlah akan aku pada tiga hal, yang tidak akan aku
binasakan engkau padanya: ingatlah aku ketika engkau marah. Sesungguhnya
rohku dalam hati engkau. Mataku pada mata engkau. Aku lalu. pada engkau
pada tempat lalunya darah. Ingatlah aku apabila engkau telah marah.
Sesungguhnya apabila manusia sudah marah, niscaya aku hembuskan dalam
hidungnya. Lalu ia tidak tahu apa yang akan diperbuatnya. Ingatlah aku
ketika engkau berada digaris perang. Maka sesungguhnya, aku akan
mendatangi manusia, ketika berada digaris perang. Lalu aku ingatkan dia
akan istrinya, anaknya dan keluarganya. Sehingga ia berpaling dari
garis perang. Jagalah diri dari duduk-duduk dengan wanita yang bukan
mahram. Aku adalah utusannya kepada engkau dan utusan engkau kepadanya.
Maka selalu aku demikian, sehingga aku membuat fitnah diantara engkau
dengan dia dan aku membuat fit- nah diantara dia dengan engkau".
Setan itu
menunjukkan dengan yang demikian, kepada nafsu-syahwat, marah dan
rakus. Melarikan diri dari garis perang (perjuangan), adalah rakus
kepada dunia. Enggannya setan daripada sujud kepada Adam a.s. yang
sudah wafat adalah: dengki. Dan dengki itu tempat masuknya yang
terbesar. Telah disebu(kan, bahwa sebahagian wali-wali berkata kepada
Iblis: "Perlihatkanlah kepadaku, bagaimana engkau mengalahkan anak Adam
(manusia).
Iblis menjawab: "Aku ambil dia ketika marah dan ketika datang hawa nafsunya".
Menurut
ceritera, Iblis itu datang pada seorang biarawan Bani Israil. Lalu
biarawan itu bertanya kepadanya: "Budi-pekerti yang mana dari manusia,
yang lebih menolong kamu?". Iblis itu menjawab: "Cepat marah. Apabila
manusia, yang lebih menolong kamu?". Iblis itu menjawab: "Cepat ma rah.
Apabila manusia itu lekas marah, niscaya kami balik-balikkan dia,
seperti anak-anak membalik-balikkan bola".
977
|
Ada yang
mengatakan, bahwa setan itu berkata: "Bagaimana aku dikalah- kan oleh
manusia? Apabila ia suka, aku datang. Sehingga aku berada dalam
hatinya. Apabila ia marah, aku terbang. Sehingga aku berada pada
kepalanya".
Diantara
pintu-pintu setan yang besar, ialah: dengki dan rakus. Manakala manusia
itu rakus terhadap tiap-tiap sesuatu, niscaya kerakusan itu membutakan
dan menulikannya, karena Nabi s.a.w. bersabda:-
(Hubbaka lisy-syai-i yu'mii wa jushimm).Artinya: "Kesukaanmu kepada sesuatu, membutakan dan menulikan kamu". (1).
Sinar mata
hati itulah yang memperkenalkan tempat-tempat masuknya setan. Apabila
manusia itu ditutup oleh dengki dan rakus, niscaya ia tidak dapat
melihat. Maka ketika itu, setan mendapat kesempatan. Lalu baguslah pada
orang yang rakus, semua yang dapat menyampaikannya kepada nafsu-
syahwatnya, meskipun barang itu mungkar dan keji. Diriwayatkan, bahwa
Nabi Nuh a.s. tatkala memasuki kapalnya, lalu membawa masing-masing
berpasangan, jantan dan betina, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Allah Ta'ala. Lalu ia melihat dalam kapal itu seorang tua yang tidak
dikenalya. Nuh a.s. bertanya: "Apakah yang menyebabkan engkau masuk
kemari?". Orang tua itu menjawab: "Aku masuk, untuk mendatangkan bencana
kedalam hati teman-temanmu. Lalu hati mereka bersama aku dan badannya
bersama kamu". Lalu Nuh a.s. berkata: "Keluar dari kapal ini, hai musuh
Allah! Engkau sesungguhnya terkutuk". Lalu Iblis itu berkata: "Lima
perkara yang membinasakan manusia dan akan aku ceriterakan kepada engkau
tiga perkara daripadanya. Dan yang dua perkara tidak akan aku
ceriterakan". Lalu Allah Ta'ala menurunkan wahyu kepada Nuh a.s., bahwa:
"Engkau tidak memerlukan yang tiga perkara itu. Dan hendaklah
diterangkannya kepada engkau yang dua perkara lagi". Lalu Nuh a.s.
bertanya kepada Iblis tersebut: "Mana yang dua perkara itu?". Iblis
menjawab: "Keduanya yang tidak membohongi aku Keduanya yang tidak
menyalahi aku. Dengan keduanya itu, manusia binasa: rakus dan dengki.
Dengan sebab dengki, aku terkutuk dan aku menjadi setan terkutuk.
Adapun rakus, maka telah dibolehkan bagi Adam sorga seluruhnya, selain
sepohon kayu. Maka aku memperoleh hajatku dari padanya disebabkan
kelobaannya'
1. Hadits ini dirawikan Abu Daud dari Abid-Darda', dengan isnad dla'if.
|
978
|
Di antara
pintu-pintu setan yang besar, ialah: kenyang dari makanan, wa- laupun
makanan itu halal dan bersih. Karena kenyang menguatkan nafsu- syahwat.
Dan nafsu-syahwat itu senjata setan. Diriwayatkan, bahwa Iblis datang
kepada Nabi Yahya bin Zakaria a.s. Beliau melihat pada Iblis itu,
perkakas tempat menggantungkan daging dari segala sesuatu. Lalu beliau
bertanya kepada Ibblis itu: "Apakah perkakas-perkakas penggantung ini?".
Iblis menjawab: "Inilah nafsu-syahwat yang aku jadikan bepcana kepada
anak Adam". Lalu Nabi Yahya a.s. bertanya: "Adakah bagiku padanya
sesuatu?". Iblis itu menjawab: "Kadang-kadangengkau kenyang, lalu kami
beratkan engkau daripada shalat dan dzikir". Nabi Yahya a.s. bertanya
lagi: "Adakah yang Iain dari itu?". Iblis menjawab: "Tidak!" Maka Nabi
Yahya a.s. berkata: "Menjadi kewajibanku bagi Allah, bahwa aku tiada
akan memenuhkan perutku selama-lamanya dengan makanan". Lalu Iblis
menyambung: "Menjadi kewajibanku bagi Allah, bahwa aku tiada akan
memberi nasehat selama-lamanya kepada orang Islam". Dikatakan mengenai
banyaknya makan, ada enam perkara yang tercela:- Pertama: menghilangkan
takut kepada Allah dari hatinya. Kedua: menghilangkan belas kasihan dari
hatinya kepada orang lain. Karena ia menyangka, semua orang itu
kenyang. Ketiga: banyak makan itu memberatkan dari berbakti (tha'at).
Keempat: apabila ia mendengar perkataan hikmat, ia tidak memperoleh ke-
halusan jiwanya.
Kelima: apabila i'a berkata-kata dengan pengajaran dan hikmat, tidak berkesan pada hati mania.
Keenam:
bahwa banyak makan itu mendatangkan penyakit. Diantara pintu-pintu
setan, ialah menyukai penghiasan dengan perabot rumah, kain dan rumah.
Setan apabila melihat yang demikian mengerasi pada hati manusia,
niscaya ia bertelur didalam hati dan menetas. Lalu senantiasalah setan
mengajak manusia itu untuk membangun rumah, menghiasi loteng dan
dindingnya, meluaskan bangunan-bangunannya. Dan mengajak untuk
menghiaskan diri dengan kain dan binatang kenderaan dan menggunakannya
sepanjang umurnya.
Apabila
setan telah dapat menjatuhkan manusia pada yang demikian, maka setan
itu tidak perlu lagi kembali kepada manusia tadi untuk kedua kalinya.
Karena^sebahagian yang demikian itu menghela kepada sebahagian yang
lain. Lalu senantiasalah manusia itu melaksanakannya dari sesuatu
kepada sesuatu yang lain, sampai ajalnya tiba. Maka iapun mati. Sedang
ia pada jalan setan dan mengikuti hawa-nafsu. Dan dari yang demikian
itu, ditakuti akan buruk akibatnya dengan kekufuran. Kita berlin- dung
dengan Allah daripadanya!
Diantara
pintu-pintu setan yang besar, ialah sifat loba pada manusia. Karena
apabila loba itu telah mengerasi pada hati, niscaya senantiasalah setan
itu berusaha pada manusia tadi, supaya menyukai membuat-buat dan menghiasi
terhadap orang yang ia mengharapkan sesuatu padanya, dengan
bermacam-macam ria dan kepalsuan. Sehingga yang dilobakan itu seolah-
olah menjadi sembahannya. Maka senantiasa ia berpikir berdaya-upaya
supaya orang.itu menyukai dan mencintainya. Dan ia masuki semua tempat
masuk untuk sampai kepada yang demikian. Sekurang-kurang,
tingkah-lakunya, memuji orang itu dan berminyak-minyak air dengan dia
dengan meninggalkan amar-ma'ruf dan nahi-mungkar.
Shafwan
bin Salim meriwayatkan, bahwa Iblis datang kepada Abdullah bin
Handhalah, seraya berkata kepadanya: "Hai anak Handhalah! Hafalkanlah
daripadaku sesuatu yang akan aku ajarkan kepadamu!". Ibnu Handhalah
menjawab: "Aku tiada memerlukan sesuatu itu". Setan itu berkata:
"Perhatikanlah! Jikalau itu baik, engkau ambit dan jikalau buruk, engkau
tolak. Hai anak Handhalah! Jangan engkau meminta suatu permintaan
kegemaran pada seseorang, selain pada Allah! Perhatikanlah, bagaimana
engkau apabila marah! Sesungguhnya aku yang memiliki engkau, apabila
engkau marah".
Diantara pintu-pintunya yang besar, ialah terburu-buru dan meninggalkan ketetapan tentang semua urusan.
Nabi s.a.w. bersabda:-
العجلة من الشيطان والتأني من الله تعالى(Al-'ajalatu minasy-syaithaani wat-ta-annii mina'l-laahi Ta'aalaa). Artinya: "Terburu-buru itu dari setan dan pelan-pelan itu dari Allah Ta'ala". (1).
Allah Ta'ala berfirman:-
خلق الإنسان من عجل(Khuliqal-insaanu min 'ajal).Artinya: "Manusia itu diciptakan bersifat tergesa-gesa". S. Al-Anbia, ayat 37.
Allah Ta'ala berfirman:-
وكان الإنسان عجولا(Wa kaanal- insaanu 'ajuulaa).Artinya: "Dan manusia itu adalah tergesa-gesa". - S. Al-Isra', ayat 11.
1. Hadits ini dirawikan At-Tirmidzi dari Sahl bin Sa'ad. Katanya, hadits ini baik (hasan).
|
980
|
Allah Ta'ala berfirman kepada NabiNya s.a.w.:-
ولا تعجل بالقرآن من قبل أن يقضي إليك وحيه
(Wa laa
ta'jal bil-qur-aani min qabli an yuq-dlaa ilaika wahyuh). Artinya: "Dan
janganlah engkau tergesa-gesa tentang Al-Qur-an itu, sebelum selesai
diwahyukan kepada engkau!". S. Thaha, ayat 114. Demikianlah, karena
semua perbuatan itu seyogialah adanya sesudah memperhatikan dengan
penglihatan yang mendalam dan mengetahuinya. Perhatian yang mendalam itu
memerlukan kepada pemerhatian dan pelan- pelan. Sikap tergesa-gesa
menghalangi daripada yang demikian.Dan ketika tergesa-gesa, setan itu
melakukan kejahatannya kepada manusia, dimana manusia itu tiada
mengetahuinya. Diriwayatkan, bahwa ketika Isa putera Maryam a.s.
dilahirkan, datanglah setan-setan kepada Iblis. Mereka mengatakan:
"Patung-patung berhala telah terjungkir balik kepalanya". Iblis
menjawab: "Ini adalah suatu kejadian, yang telah terjadi. Kamu harus
tetap pada tempatmu". Lalu Iblis itu terbang, sehingga sampai kedua ufuk
bumi. Ia tiada memperoleh apa-apa. Kemudian, ia mendapati Isa a.s.
telah lahir dan para malaikat mengelilinginya. Lalu Iblis itu kembali
kepada setan-setan tadi, seraya berkata: "Bahwa seorang nabi telah lahir
kemarin. Tidak ada seorangpun wanita yang mengandung dan melahirkan,
melainkan aku hadlir kepadanya, kecuali ini. Maka putuslah kiranya
harapanmu, bahwa patung-patung berhala itu akan disembah orang sesudah
malam ini. Akan tetapi, datangilah anak Adam dari pihak tergesa-gesa dan
memandang enteng terhadap sesuatu pekerjaan!"
Diantara
pintu-pintunya yang besar, ialah: dirham, dinar dan bermacam- macam
harta lainnya, dari harta benda, binatang ternak dan tanah ladang.
Sesungguhnya semua yang melebihi dari sekedar makanan penting dan yang
diperlukan, adalah tempat ketetapan setan. Orang yang mempunyai makanan
yang perlu, maka hatinya kosong dari kesusahan hidup. Kalau ia
memperoleh seratus dinar umpamanya dengan suatu jalan, niscaya terge-
raklah dari hatinya sepuluh nafsu-syahwat. Masing-masing nafsu-syahwat
itu memerlukan kepada seratus dinar lain. Sehingga tiada mencukupilah
apa yang diperolehnya. Akan tetapi ia memerlukan kepada sembilan ratus
lain. Sebelum ada yang seratus itu, ia merasa cukup. Lalu sekarang,
sete- lah diperolehnya seratus tadi, maka ia menyangka bahwa ia telah
kaya. Dan ia memerlukan kepada sembilan ratus tadi, untuk membeli rumah
yang akan ditempatinya. Dan untuk membeli seorang budak perempuan. Untuk
membe li perabot rumah. Dan membeli pakaian yang megah. Masing-masing
dari yang tersebut itu memerlukan yang lain lagi, yang layak dengan dia.
Dan yang demikian itu tiada berkesudahan. Akhirnya jatuh- lah ia
kedalam jurang, yang berkesudahan neraka jahannam yang dalam Tiada
penghabisannya selain dari itu.
981
|
Tsabit
Al-Bannani berkata: "Tatkala Rasulu'llah s.a.w. diutus, lalu Iblis
berkata kepada setan-setannya: "Telah terjadi suatu kejadian, maka
lihatlah apa kejadian itu!" Maka setan-setan itu berjalan kesana-kemari,
sehingga mereka payah. Kemudian, mereka datang dan berkata: "Kami tidak
tahu. Lalu Iblis itu berkata: "Aku akan sampaikan kepada kamu berita
itu". Iblis itupun pergi, kemudian datang dan berkata: "Allah telah
mengutus Muhammad s.a.w.". Lalu Iblis itu mengutus setan-setannya
kepada shahabat-shahabat Nabi s.a.w. Mereka itu kembali dengan kecewa
dan mengatakan: "Tiada kami temui suatu kaum pun seperti mereka. Kami
memperoleh mereka dengan bisikan, kemudian mereka berdiri kepada
shalat. Maka terhapuslah yang demikian". Lalu Iblis berkata:
"Pelan-pelanlah dengan mereka! Mudah-mudahan Allah membuka dunia kepada
mereka, lalu kita memperolah hajat kita dari mereka". (1).
Diriwayatkan,
bahwa Isa a.s. pada suatu hari berbantal dengan batu. Lalu lewatlah
Iblis, seraya berkata: "Hai Isa! Engkau suka pada dunia?". Maka Isa a.s.
mengambil batu itu, melemparkan Iblis tadi dari bawah kepalanya, seraya
berkata: "Ini untukmu bersama dunia!"
Pada
hakekatnya, orang yang memiliki sebuah batu, dimana ia berbantal dengan
batu itu ketika tidur, sesungguhnya ia telah memiliki dari dunia, apa
yang mungkin menjadi senjata setan terhadap dirinya. Karena orang yang
bangun malam umpamanya untuk shalat, manakala sebuah batu itu dekat
kepadanya, yang mungkin dibantalinya, maka senantiasalah batu .itu
mengajaknya kepada tidur dan kepada membatalinya. Jikalau tidaklah
demikian, niscaya tidaklah terguris yang demikian itu pada hatinya. Dan
tidaklah tergerak keinginannya kepada tidur.
Ini
mengenai batu! Maka betapa pula dengan orang yang mempunyai ban- tal
empuk, tikar licin dan tempat istirahat yang baik. Maka kapankah ia
rajin beribadah kepada Allah Ta'ala?
Diantara
pintu-pintunya yang besar, ialah: kikir dan takut miskin. Yang demikian
itu mencegah daripada membelanjakan harta dan bersedekah. Dan mengajak
kepada menyimpan, gudang dan azab yang pedih. Dan itu- lah yang
dijanjikan bagi orang-orang yang membanyak-banyakkan harta, sebagaimana
yang dituturkan oleh Al-Quran Mulia. Khaitsamah bin Abdurrahman berkata:
"Setan itu berkata: "Aku tidak dapat dikalahkan oleh anak Adam. Maka
tidak dapat ia mengalahkan aku pada tiga hai, yaitu: aku suruh dia
mengambil harta yang bukan haknya, membelanjakannya pada bukan haknya
dan melarangkannya pada haknya".
Sufyan
Ats-Tsuri berkata: "Setan itu tiada mempunyai senjata, seperti: sifat
takut miskin. Apabila manusia menerima yang demikian dari setan, niscaya
ia berbuat yang batil, mencegah yang hak, berkata-kata dengan
hawa-nafsu dan menyangka Tuhannya dengan sangkaan buruk".
1. Hadits ini dirawikan Ibnu Abid-Dunya dan termasuk hadits mursal
|
982
|
Diantara
bahaya kikir, ialah: rakus kepada mengharuskan diri tinggal di-
pasar-pasar, untuk mengumpulkan harta. Pasar-pasar itu adalah tempat
berkumpulnya setan-setan. Abu Umamah berkata, bahwa Rasulu'llah s.a.w.
bersabda: "Bahwa Iblis itu, tatkala turun kebumi, lalu berdo'a: "Wahai
Tuhanku! Engkau turunkan aku kebumi dan Engkau jadikan aku terkutuk,
maka buatlah bagiku sebuah rumah!".
Allah Ta'ala menjawab: "Rumahmu kamar mandi!"
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku sebuah tempat duduk!".Allah Ta'ala menjawab: "Tempat dudukmu pasar-pasar dan tempat-tempat berkumpul dijalan-jalan raya".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku suatu makanan!".
Allah menjawab: "Makananmu yang tidak disebutkan nama Allah (tidak dibacakan: Bismillah) padanya".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku suatu minuman!".
Allah Ta'ala menjawab: "Minumanmu semua yang memabukkan".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Adakanlah bagiku seorang muadzdzin!".
Allah Ta'ala menjawab: "Muadz-dzinmu, yaitu: suling-suling".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku Qur-an!".
Allah Ta'ala menjawab: "Qur-anmu yaitu: sya'ir".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku sebuah kitab!".
Allah Ta'ala menjawab: "Kitabmu, ialah: tatto (lukisan dan garisan-garisan pada badan)".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku hadits!".
Allah Ta'ala menjawab: "Haditsmu, yaitu : dusta".
Iblis itu meneruskan do'anya: "Buatlah bagiku tempat memancing!".
Allah Ta'ala menjawab: "Yaitu: wanita". (1).
Diantara
pintu-pintu setan yang besar, ialah: fanatik mazhab, hawa-nafsu, dengki
kepada musuh, memandang kepada musuh dengan pandangan ren- dah dan hina.
Yang demikian itu, termasuk yang membinasakan hamba dan orang-orang
fasik sekalian. Sesungguhnya mencaci orang dan asyik menyebut kekurangan
mereka adalah sifat yang terjadi pada tabiat manusia, diantara
sifat-sifat binatang buas. Apabila setan mendatangkan khayalan kepada
manusia, bahwa yang demikian itu adalah benar dan bersesuaian dengan
nalurinya, niscaya bersangatanlah manisnya pada hati manusia. Lalu ia
melakukannya dengan seluruh kemauannya. Dan ia dengan yang demikian itu
merasa senang dan gembira. Ia menyangka, bahwa ia berbuat dalam bidang
agama, pada hal ia berbuat mengikuti setan. Anda melihat, seseorang dari
mereka, fanatik kepada Abubakar Siddik r.a., sedang ia memakan yang
hacam. Lidahnya terlepas dengan kata yang sia-sia dan dusta dan berbuat
dengan segala macam kerusakan. Jikalau Abubakar melihatnya, niscaya dia
musuhnya yang pertama. Karena pengikut Abubakar, ialah orang yang
mengambil jalannya, berjalan menurut jalannya dan menjaga apa yang
diantara janggut dan kumisnya (mulutnya). Dan adalah diantara perjalanan
hidup Abubakar r.a. meletakkan batu pada mulutnya, untuk mencegah
lidahnya daripada berkata-kata yang tidak berfaedah. Maka bagaimana bagi
orang yang berkata dengan yang sia-sia ini, mend'akwakan dirinya
mengikuti dan mencintai Abubakar r.a., sedang ia tidak bertingkah-laku
dengan tingkah-laku Abubakar?
1. Hadits ini dirawikan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas, dengan isnad yang lemah pula.
|
983
|
Kita
melihat seorang yang Iain yang berkata dengan sia-sia, bahwa ia fana-
tik kepada Ali r.a., sedang diantara zuhudnya Ali dan tingkahlakunya,
bahwa beliau waktu menjadi khalifah, membeli pakaiannya dengan harganya
tiga dirham dan memotong ujung kedua lengan bajunya sampai
kepergelangan tangannya. Dan kita melihat orang fasik itu mema- kai kain
sutera dan menghiaskan diri dengan harta, yang diusahakannya dari yang
haram. Ia berbuat mencintai Ali r.a. dan mendakwakannya, sedang
sebenarnya ia adalah musuh Ali yang pertama pada hari kiamat. Alajigkah
samanya dengan orang yang mengambil seorang anak yang amat dikasihi oleh
orang tuanya, yang menjadi hiasan matanya dan buah hatinya. Lalu
dipukulinya anak itu, dicubitnya, dicabuti rambutnya dan di- potongnya
dengan gunting kain. Dalam pada itu, ia mendakwakan, bahwa ia mencintai
bapaknya dan mematuhmya. Maka bagaimanakah keadaan- nya orang itu pada
siayah anak tadi?
Sebagaimana
diketahui, bahwa Abubakar r.a., Umar r.a., Usman r.a., Ali r.a. dan
para shahabat lainnya, lebih mencintai Agama dan Syara' daripada
keluarga dan anak. Bahkan dari diri mereka itu sendiri. Orang-orang yang
melemparkan dirinya kedalam perbuatan maksiat sepanjang Agama, adalah
orang-orang yang mengoyak-ngoyakkan syara' dan memotong-motongnya dengan
gunting-gunting nafsu-syahwat. Dan mereka memperoleh kasih-sayang.
musuh Allah dan musuh para walinya, yaitu: Iblis. Maka an- da akan
melihat, bagaimana keadaan mereka pada hari kiamat disisi para shahabat
dan disisi para wali Allah Ta'ala. Bahkan, jikalau terbukalah tu- tup
dan mereka itu mengetahui apa yang disukai oleh para shahabat pada ummat
Rasulu'llah s.a.w., niscaya mereka itu malu membawa kepada lidahnya
akan menyebutkan para shahabat, sedang perbuatan mereka itu demikian
kejinya.
Kemudian,
setan itu mengkhayalkan kepada mereka, bahwa orang yang mati dengan
mencintai Abubakar dan Umar, maka api neraka tidak akan mengelilingi
kelilingnya. Dan kepada orang lain, setan itu mengkhayalkan, bahwa
apabila ia mati dengan mencintai Ali, niscaya ia tidak akan mengalami
ketakutan. Ini Rasulu'llah s.a.w. bersabda kepada Fatimah r.a. dan
Fatimah itu sepotong daging daripadanya (1)
إعملي فإني لا أغني عنك من الله شيئا(I'malii fa-innii laa ughnii 'anki mina'l-laahi syai-an).Artinya: "Beramallah, hai Fatimah! Sesungguhnya aku tidak memerlukan sesuatu daripada engkau dari Allah". (2).
1. Tentang Fatimah sepotong daging Nabi, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim,
|
2. Ini juga dirawikan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
|
984
|
Inilah
contoh yang kami kemukakan dari jumlah hawa-nafsu. Dan begitu pulalah
hukumnya orang-orang yang fanatik kepada Asy-Syafi'i, Abuhanifah, Malik,
Ahmad dan imam-imam yang lain. Semua orang yang mendakwakan berpegang
dengan mazhab seseorang imam, sedang ia tidak menjalankan yang
dijalankan oleh imam tersebut, maka imam itu adalah musuhnya pada hari
kiamat. Karena imam itu berkata kepadanya: "Mazhabku adalah kerja, tidak
bicara dengan lidah. Bicara dengan lidah adalah untuk bekerja, tidak
untuk yang sia-sia. Maka sebagaimana hal- mu?. Kamu menyalahi aku dalam
pekerjaan dan perjalanan hidup, yang menjadi mazhabku dan jalanku yang
aku tempuh selalu dan aku berjalan padanya kepada Allah Ta'ala.
Kemudian, kamu da'wakan mazhabku itu yang bohong".
Inilah
tempat masuk yang besar diantara tempat-tempat masuknya setan, yang
telah membinasakan kebanyakan orang alim. Dan telah diserahkan
sekolah-sekolah kepada golongan-golongan yang sedikit takutnya kepada
Allah dan lemah mata-hatinya pada Agama, kuat keinginannya kepada dunia
dan bersangatan kerakusannya mengikuti hawa-nafsu. Mereka tidak tetap
mengikuti hawa-nafsu dan menegakkan kemegahan, selain dengan
kefanatikan. Lalu mereka tahan yang demikian dalam dadanya dan tidak
memberi-tahukan kepada mereka, tempat-tempat godaan setan. Bahkan mereka
itu menggantikan setan, pada pelaksanaan godaannya. Maka terus
meneruslah manusia diatas yang demikian. Dan mereka lupa akan induk-
induk agamanya. Maka merekapun binasa dan membinasakan. Kiranya Allah
Ta'ala menerima tobat kita dan tobat mereka.
Al-Hasan
berkata: "Sampai kepada kami berita, bahwa Iblis berkata: "Aku hiaskan
perbuatan maksiat pada ummat Muhammad. Lalu mereka potong punggungku
dengan istighfar (membaca istighfar, memohon ampunan Tuhan). Lalu aku
hiaskan dosa kepada mereka, dimana mereka tiada memohon ampunan Allah
Ta'ala daripadanya. Yaitu: hawa-nafsu". Benarlah yang terkutuk itu.
Karena ummat itu tiada mengetahui, bahwa yang demikian adalah sebahagian
dari sebab-sebab yang menarik kepada maksiat. Maka bagaimana mereka
meminta ampun daripadanya". Diantara tipu-daya setan yang besar, ialah:
setan itu menyibukkan manusia dari urusan dirinya, dengan
perselisihan-perselisihan yang terjadi diantara sesama manusia, tentang
mazhab-mazhab dan permusuhan-permusuhan.
Abdullah
bin Mas'ud berkata: "Suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah Ta'ala.
Lalu datanglah setan kepada mereka, untuk membangunkannya dari duduknya
dan untuk mencerai-beraikan diantara mereka. Rupanya setan itu tidak
sanggup. Lalu ia mendatangi rombongan lain, yang sedang asyik berbicara
dengan-perbicaraan dunia. Lalu setan itu mendatangkan kerusakan diantara
mereka. Lalu mereka itu bangun berbunuh-bunuhan. Sebenarnya setan itu
tidak bermaksud demikian terhadap mereka tadi. Maka bangunlah mereka
yang berdzikir kepada Allah Ta'ala,
985
|
berusaha
melerai mereka yang bunuh-bunuhan itu. Lalu bercerai-berailah kaum yang
berdzikir tadi dari majelis dzikirnya. Dan inilah yang dimaksudkan oleh
setan itu dari mereka".
Diantara
pintu-pintu setan itu, ialah: membawa orang awam yang tiada berkecimpung
dalam bidang ilmu dan tidak mendalaminya, kepada berfikir tentang zat
Allah Ta'ala, sifat-sifatNya dan mengenai hal-hal yang tiada sampai
batas pemikiran mereka kepadanya. Sehingga meragukan mereka tentang
pokok Agama. Atau mengkhayalkan kepada mereka tentang Allah Ta'ala
dengan khayalan-khayalan (imajinasi-imajinasi), yang mahasucilah kiranya
Alia Ta'ala daripadanya. Yang membuatnya dengan demikian, menjadi kafir
atau orang bid'ah. Sedang dia dengan demikian, merasa senang gembira,
bersuka-ria, dengan apa yang terjadi dalam dadanya. la menyangka yang
demikian itu suatu ma'rifah (pengenalan kepada Allah) dan bashirah
(penglihatan dengan mata hati).
Dan yang
demikian itu terbuka baginya dengan kecerdikan dan kelebihan akalnya.
Manusia yang paling bodoh, ialah orang paling kuat kepercayaannya kepada
akalnya sendiri. Orang yang paling berketetapan akal, ialah orang yang
sangat curiga kepada dirinya sendiri dan yang lebih banyak bertanya
kepada orang yang berpengetahuan (para alim-ulama). Aisyah r.a. berkata:
"Rasulu'llah s.a.w. bersabda:-
إن
الشيطان يأتي أحدكم فيقول من خلقك فيقول الله تبارك وتعالى فيقول فمن خلق
الله فإذا وجد أحدكم ذلك فليقل آمنت بالله ورسوله فإن ذلك يذهب عنه
(Innasy-syaithaana
ya'tii ahadakum, fa yaquulu: man khalaqaka? Fa ya- quulu: Allaahu
tabaaraka wa ta 'alaa. Fa yaquulu: fa man khalaqa'llaaha? Fa idzaa
wajada ahadukum dzaalika, fal-YaquI: aamantu bi'llahi wa rasuu- lihi. Fa
inna dzaalika yadz-habu 'anhu).Artinya: "Sesungguhnya setan itu datang
kepada salah seorang kamu. Lalu ia bertanya: "Siapakah yang menjadikan
kamu?". Maka salah seorang kamu itu menjawab: "Allah yang mahasuci dan
mahatinggi". Lalu setan itu bertanya lagi: "Siapakah yang menjadikan
Allah?". Apabila salah seorang kamu menjumpai yang demikian, maka
hendaklah ia menjawab: "Aku beriman kepada Allah dan RasulNya. Maka
dengan demikian, setan itu pergi daripadanya". (1).
1. Hadits ini dirawikan Ahmad, Al-Bazzar dan Abu Yu'Ia dari 'Aisyah dan AJ-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah.
|
986
|
Nabi
s.a.w. tiada menyuruh membahas tentang pengobatan bisikan setan ini.
Karena, ini adalah bisikan yang dijumpai oleh kebanyakan manusia, tidak
dijumpai oleh para ulama. Hak orang kebanya kan ialah: beriman dan
Islam. Dan berbuat ibadah dan segala keperluan hidup. Dan menyerahkan
ilmu untuk para alim-ulama. Orang awam, jikalau berzina dan mencuri,
niscaya adalah lebih baik baginya daripada memperkatakan tentang ilmu
(1). Karena orang yang memperkatakan tentang Allah dan Agama- Nya, tanpa
pengetahuan yang kokoh, bisa jatuh dalam kekufuran, dima- na ia tiada
mengetahuinya, Seperti orang yang berlayar diiaut yang dalam, sedang ia
tiada tahu berenang. Dan tipuan setan me-ngenai yang berhubungan dengan
aqidah dan mazhab itu, tiada terhingga. Dan se- sungguhnya kami
kemukakan, dengan apa yang telah kami kemukakan dahulu dengan contoh.
Diantara pintu-pintu setan, ialah: jahat sangka kepada kaum muslimin. Allah Ta'ala berfirman:-
يا أيها الذين آمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم
(Ya-ayyuhal-ladziina
aamau'j-tanibuu katsiiran minadh-dhanni, inna ba'dla'dh dhanni
itsmun).Artinya: "Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan
purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa!".
S. Al-Hujurat, ayat 12.
Barangsiapa
menghukum jahat orang lain, dengan purba-sangka, niscaya setan
membawanya untuk, panjang lidahnya dengan mengupat orang. Lalu ia
binasa, Atau teledor melaksanakan kewajibannya. Atau memandang rendah
untuk memuliakan orang itu. Dan melihat kepadanya dengan pandangan
kehinaan. Dan melihat dirinya sendiri lebih baik dari orang tersebut.
Dan'semuanya itu termasuk membinasakan. Dan karena itulah, Syara'
melarang melakukan tuduhan-tuduhan kepada orang. Nabi s.a.w. bersabda:-
اتقوا مواضع التهم(Ittaquu mawaadli'at-tuhami).Artinya: "Takutlah akan tempat-tempat yang bisa menimbulkan tuduhan". (2)
Sehingga
Rasulujllah s.a.w. menjaga diri daripada yang demikian. Diriwayatkan
dari Ali bin Husain, bahwa Shafiyyah binti Huyay bin Akh-thab,
menerangkan' kepadanya: "Bahwa Nabi s.a.w. beri'tikaf dalam masjid".
Shafiyyah meneruskan ceriteranya: "Lalu aku datang kepada Rasulu'llah
s.a.w. Aku bercakap-cakap dengan beliau. Tatakala telah sore hari, lalu
aku pergi. Maka Rasulu'llah s.a.w. pun bangun berdiri,
1.
Maksudnya, te'ntunya ilmu yang membawa kepada kekufuran. Lalu dapat
dibandingkan antara kekufuran itu dengan zina dan mencuri (Peny.).
|
2. Menurut Al-'Iraqi, beliau belum pernab mendapati hadits ini.
|
987
|
berjalan
bersama aku. Lalu lewat disitu dua orang anshar dan memberi salam kepada
Rasulu'llah s.a.w. Kemudian keduanya pergi. Lalu Rasulu'llah s.a.w.
memanggil keduanya, seraya bersabda: "Dia ini Shafiyyah binti Huyay".
Maka keduanya menjawab: "Wahai Rasulu'llah! Kami tiada menyangka
apa-apa pada engkau, selain yang baik". Lalu Rasulu'llah s.a.w.
bersabda: "Se'sungguhnya setan itu berjalan pada anak Adam, pada tempat
jalannya darah dari tubuhnya. Aku takut, setan itu masuk pada engkau
berdua". (1).
Perhatikanlah,
bagaimana Rasulu'llah s.a.w. berusaha terhadap Agama kedua orang anshar
tadi, lalu menjaganya. Dan bagaimana beliau beru- saha terhadap
ummatnya, lalu mengajarkaii mereka jalan menjaga dari tuduhan. Sehingga
orang alim, wara', yang terkenal dalam semua tingkah-lakunya dengan
Agama, tidak akan begitu bermudah-mudah, lalu mengatakan: "Orang seperti
aku ini, tidak disangka orang apa-apa, selain yang baik saja", karena
menyombong dengan dirinya. Orang yang paling wara', paling taqwa dan
paling alim, tidak akan dipandang oleh semua manusia kedapanya dengan
semacam pandangan. Tetapi sebahagian mereka memandangnya dengan
pandangan suka dan sebahagian yang lain, memandangnya dengan pandangan
marah. Karena itulah, seorang penyair (2) bermadah, sebagai berikut:-
"Wa 'ainu'rridlaa 'an kulli 'aibin kaliilatun, wa laakin 'ainu'ssukhthi tubdi'l-masaawia". Artinya:-"Apabila
kita senang kepada orang, segala kekurangannya tidak tampak. Tetapi,
bila marah kepada orang, segala keburukanya akan tampak". Maka haruslah
menjaga diri dari jahat sangka dan dari menuduh orang- orang jahat.
Karena orang-orang jahat itu tidak menyangka semua orang lain, melainkan
jahat pula. Maka manakala anda melihat seseorang, yang berjahat sangka
kepada orang lain, yang mencari segala kekurangannya, maka ketahuilah,
bahwa orang itu busuk batinnya. Dan demikian itu, kebusu kannya, yang
tersaring dia daripadanya. Dan ia melihat orang lain, menurut dirinya
sendiri. Sesungguhnya orang mu'min meminta kema'afan, sedang orang
munafik, mencari kekurangan. Orang mu'min itu sejahtera dadanya terhadap
hak semua makhluk Tuhan. Inilah sebahagian tempat-tempat masuknya setan
kedalam hati manusia. Jikalau aku bermaksud menyelidiki semuanya,
niscaya aku tidak sang- gup. Dan dengan sekadar ini, dapatlah
memberi-tahukan kepada yang lain. Maka tidak ada pada manusia suatu
sifat yang tercela, malainkan sifat itu menjadi senjata setan dan salah
satu tempat masuknya.
1. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Mustim dari Shafijjah tersebut.
|
2. Penyair ini, ialah Imam Asy-Syafi'i r.a.
|
988
|
Jikalau
anda bertanya: "Apakah obatnya untuk menolak setan itu?. Ada- kah
memadai pada yang demikian, dengan mengingati Allah (berdzikir) dan
manusia mengucapkan: "Laa haula wa laa quwwata illaa bi'Uaah" (Tiada
daya dan upaya, selain dengan Allah)?"
Ketahuilah;
bahwa obat hati pada yang demikian itu, ialah: menyumbat tempat-tempat
masuknya setan, dengan membersihkan hati dari sifat-sifat tercela itu.
Dan itu termasuk hal-hal yang panjang uraiannya. Dan maksud kami dalam
Rubu ini dari Kitab Ihya' ini, ialah: menerangkan obat sifat-sifat yang
membinasakan. Dan masing-masing sifat itu memerlukan kepada kitab
tersendiri, menurut uraian yang akan datang. Benar, apabila pokok-pokok
sifat tersebut dipotong dari hati, niscaya setan mempunyai tempat
singgahan dan bahaya yang lain pada hati, Dan dia tidak mempunyai tempat
ketelapan, Dan ia dicegah dari singgahan itu, oleh mengingati Allah
Ta'ala (berdzikir). Karena hakekat dzikir itu tidak dapat menetap pada
hati kecuali sesudah hati itu dibangun dengan taqwa. Dan disucikannya
dari sifat-sifat tercela. Kalau tidak demikian, maka adalah dzikir itu
merupakan kata diri saja. Tiada berkuasa kepada hati. Lalu tidak dapat
menolak kekuasaan setan. Karena itulah, Allah Ta'ala beffirman:-
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
(Innal-ladziina't-taqau,
idzaa massahum thaa-ifun minasy-syaithaani, ta- dzakkaruu, fa idzaa hum
mub-shiruun).Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa, apabila
mereka ditipu oleh setan yang datang berkunjung, mereka ingat kembali
dap ketika itu mereka menjadi orang-orang yang mempunyai pemandangan".-
S. Al-A'raf, ayat 201.
Allah
Ta'ala mengkhususkan yang demikian kepada orang yang bertaqwa. Karena
setan itu adalah seperti anjing lapar, yang mendekati engkau. Kalau
tidak ada dimnka engkau roti atau daging, maka anjing itu terkejut
dengan perkataanmu kepadanya: "Pergi!". Maka semata- mata suara, dapat
me(nolaknya untuk pergi.
Jikalau
ada daging dihadapan engkau dan anjing itu lapar, niscaya ia menyerang
kepada daging. Dan ia tidak dapat ditolak untuk pergi dengan
semata-mata perkataan.
Maka hati
yang kosong dari makanan setan itu, ia terkejut dengan semata-mata
dzikir. Adapun nafsu-syahwat apabila telah bersangatan pada hati,
niscaya ia menolak hakekat dzikir kepada pinggir-pinggir hati. Lalu
dzikir itu tidak menetap didalam hati. Akan tetapi setan yang menetap
didalam hati.Adapun hati orang-orang muttaqin, yang terlepas dari hawa-nafsu dan
989
|
sifat-sifat
tercela, maka ia diketuk oleh setan. Tidak untuk nafsu-syahwat, akan
tetapi supaya hati itu kosong, disebabkan lalai daripada dzikir. Maka
apabila ia kembali kepada dzikir, niscaya setan itu mengendap. Dalilnya
yang demikian itu, ialah firman Allah Ta'ala:-
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ(Fa's-ta'idz billaahi miriasy-syaithaanir-rajiim).Artinya: "Maka bermohonlah perlindungan kepada Allah, dari setan yang terkutuk!". - S. An-Nahl, ayat 98. Hadits-hadits dan ayat-ayat yang lain, yang menerangkan tentang dzikir.
Abu
Hurairah berkata: "Telah bertemu setan orang mu'min dengan setan orang
kafir. Setan orang kafir itu berminyak rambutnya, gemuk dan berpakaian,
sedang setan orang mu'min itu kurus, tidak teratur rambutnya, berdebu
dan telanjang. Lalu setan orang kafir bertanya kepada setan orang
mu'min: "Mengapa kamu kurus?" Setan orang mu'min itu menjawab: Allah
(membaca Bismi'llah), maka senantiasalah aku lapar. Apabila ia minum, ia
menyebut nama Allah, maka senantiasalah aku haus. Apabila ia
berpakaian, ia menyebut nama Allah, maka senantiasalah aku dalam keadaan
telanjang. Apabila ia memakai minyak rambut, ia menyebut nama Allah,
maka senantiasalah rambutku tidak teratur". Lalu setan orang kafir itu
berkata: "Tetapi aku bersama seorang laki-laki yang tiada ber- buat
suatupun dari yang demikian. Aku bersekutu dengan dia pada makanannya,
minumannya dan pakaiannya".
اللهم
إنك سلطت علينا عدوا بصيرا بعيوبنا يرانا هو وقبيله من حيث لا نراهم اللهم
فآيسه منا كما آيسته من رحمتك وقنطه منا كما قنطته من عفوك وباعد بيننا
وبينه كما باعدت بينه وبين رحمتك إنك على كل شيء قدير
Muhammad bin Wasi' berdo'a tiap-tiap hari sesudah shalat Shubuh, yaitu
(Allaahu'mma
innaka sallath-ta 'alaiinaa 'aduwwan bashiiran bi'uyuubinaa y.araanaa
huwa wa qabiiluhu min haitsu laa naraahum. Al- laahu'mma fa-aayis-hu
minnaa kamaa aayastahu min rahmatika wa qannith-hu minnaa ka maa
qannath-tahu min 'afwika wa baa'id bainanaa wa bainahu kamaa ba'ad-ta
bainahu wa bainarahmatika, innaka 'alaa kulli syai-in qadiir).Artinya: "Wahai Allah Tuhanku! Sesungguhnya Engkau
menguasakan diatas diri kami, seorang musuh yang dapat melihat
kekurangan-kekurangan kami, baik oleh dia sendiri atau golongannya,
sedang kami tidak dapat melihat mereka. Wahai Allah Tuhanku! Jadikanlah
dia berputus- asa daripada menipu kami, sebagaimana Engkau menjadikannya
berputus-asa tus-asa daripada rahmat Engkau!
990
|
Jadikanlah
ia berputus-asa daripada menipu kami, sebagaimana Engkau menjadikannya
berputus-asa daripada kema'afan Engkau! Jauhkanlah diantara kami dan
dia, sebagaimana Engkau jauhkan, diantara dia dan rahmat Engkau!
Sesungguhnya Engkau Maha-kuasa atas segala sesuatu".
Yang
meriwayatkan peristiwa ini menerangkan: "Lalu pada suatu hari, Iblis itu
berdiri dihadapan Muhammad bin Wiasi' pada jalan ke masjid, seraya
berkata: "Hai Ibnu Wasi'! Adakah engkau mengenal aku?". Ibnu Wasi'
menjawab: "Siapa engkau?". Iblis itu menjawab: "Aku Iblis". Lalu Ibnu
Wasi' bertanya: "Apa maksud engkau?" Iblis itu menjawab: "Aku ingin,
supaya engkau tiada mengajarkan seorangpun, do'a meminta perlindungan
diri (al-isti'adzah) tadi. Dan aku tidak akan datang-da- tang kepada
engkau".
Ibnu Wasi' menjawab: "Demi Allah! Aku tidak akan melarang al-isti'adzah itu kepada siapa saja yang mengingininya, Buatlah apa yang engkau mau!".
Dari Abdurrahman bin Abi Laila, yang mengatakan: "Adalah
setan itu datang kepada Nabi s.a.w. dan ditangannya api yang
bernyala-nyala. Lalu ia berdiri dihadapan Nabi s.a.w. dan Nabi s.a.w.
sedang shalat. Maka Nabi s.a.w. membaca ayat AI-Qur-an dan berlindung
dari setan yang terkutuk (membaca A'uudzu bi'llaahi
minasy-syaithaanirrajiim). Tetapi setan itu tidak pergi. Maka-datanglah
malaikat Jibril a.s. kepada Nabi s.a.w., seraya mengatakan kepada Nabi
a.s.:
قل
أعوذ بكلمات الله التامات التي لا يجاوزهن بر ولا فاجر من شر ما يلج في
الأرض وما يخرج منها وما ينزل من السماء وما يعرج فيها ومن فتن الليل
والنهار ومن طوارق الليل والنهار إلا طارقا يطرق بخير يا رحمن
(Qul
A'uudzu bi-kalimaati'l-taahi'ttaammaati'llatii laa jujaawizuhunna
baarrun wa laa faajirun, min syarri maa yaliju fil-ardli wa maa yakhruju
minhaa, wa maa janzilu minassamaa-i wa maa ya'ruju fiihaa, wa min fi-
tanil-laili wan-nahaari wa min thawaariqil-laili wan-nahaari, illaa
thaari- qanyath-ruqu bi-khairin, yaa Rahmaan!").
Artinya:
"Aku berlindung dengan kalam Allah yang sempurna, yang tidak dilampaui
oleh orang baik dan orang zalim, dari kejahatan sesuatu yang masuk dalam
bumi dan yang keluar daripadanya, dari sesuatu yang turun dari langit
dan yang naik padanya, dari segala fitnah malam dan siang, dari segala
yang datang pada malam dan siang, kecuali yang datang dimana datangnya
itu dengan kebajikan, wahai Tuhan Yang Maha- pemurah!"Lalu Nabi s.a.w.
membaca yang tersebut itu. Maka padamlah apinya
991
|
dan setan itu jatuh tersungkur". (1).
AI-Hasan berkata: "Diceriterakan
orang kepadaku, bahwa malaikat Jibril a.s. datang kepada Nabi s.a.w.,
seraya berkata: "Bahwa jin ifrit akan memperdayakan engkau. Apabila
engkau pergi ketempat tidur, maka bacalah: ayat Al-Kursiyyi. (2).
Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
setan telah datang kepadaku, lalu ia bertengkar dengan aku. Kemudian,
ia bertengkar lagi dengan aku. Lalu aku pegang lehernya. Demi Allah yang
mengutuskan aku dengan kebenaran! Aku. tidak melepaskannya, sehingga
aku dapati kedinginan air lidahnya pada tanganku. Jikalau tidaklah do'a
saudaraku Sulaiman a.s., niscaya jadilah aku tercampak dalam masjid".
(3).
Nabi s.a.w. bersabda:-
ما سلك عمر فجا إلا سلك الشيطان فجا غير الذي سلكه عمر
(Maa
salaka 'Umaru fajjan illaa salakasy-syaithaanu fajjan, ghairal-ladzii
salakahu Umaru).Artinya: "Umar tiada menjalani sesuatu jalan, melainkan
setan menjalani sesuatu jalan yang tiada dijalani oleh 'Umar". (4).
Fahamilah ini! Karena hati itu disucikan dari tempat gembalaan dan
kekuatan setan. Yaitu: nafsu-syahwat.
Manakala
anda mengharap, bahwa tertolaknya setan dari anda dengan dzikir
semata-mata, sebagaimana tertolaknya dari Umar r.a., maka yang demikian
itu mustahil. Anda adalah seperti orang yang mengharap meminum obat
sebelum mengosongkan perut dari makanan. Dan perut besar (maiddah) itu
sibuk dengan makanan-makanan berat. Dan orang itu mengharap bahwa obat
tersebut bermanfa'at kepadanya, sebagaimana bermanfa'atnya obat yang
diminum sesudah perut kosong dan pengosongan perut besar. Dzikir itu
obat dan taqwa itu pengosongan perut Yaitu: pengosongannya hati dari
segala nafsu-syahwat. Maka apabila dzikir bertempat pada hati yang
kosong dari selain dzikir, niscaya tertolaklah setan, sebagaimana
tertolaknya penyakit dengan bertempatnya obat dalam perut yang kosong
daripada makanan.
Allah Ta'ala berfirman:-
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ(Inna fii dzaalika la-dzikraa li-man kaana lahu qalb).
1. Hadits ini, diriwayatkan Ibnu Abid-Dun-ya. Hadits ini mursal.
|
2. Hadits ini, diriwayatkan Ibnu Abid-Dun-ya. Hadits ini mursal.
|
3.
Hadits ini, diriwayatkan Ibnu Abid-Dun-ya dari Asy-Sya'bi, hadits
mursal. Dan diriwayatkan Al-Bukhari dari Abi Hurairah, dengan sedikit
perobahan.
|
4. Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim dari Sa'id bin Abi Waqqash.
|
992
|
Artinya:
"Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang
mempunyai hati (pengertian). — S. Qaf, ayat 37. Allah Ta'ala berfirman:-
كُتِبَ عَلَيْهِ أَنَّهُ مَنْ تَوَلاهُ فَأَنَّهُ يُضِلُّهُ وَيَهْدِيهِ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ(Kutiba 'alaihi annahu man tawallaahu fa-annahu yudlil-luhu wa yahdii- hi ilaa'adzaa-bis-sa'iir).Artinya: "Telah ditetapkan, bahwa siapa, yang mengikut setan itu, su- dah tentu akan disesatkannya dan akan dipimpinnya menuju siksaan api yang menyala". — S. Al-Hajj, ayat 4.
Siapa yang
menolong setan dengan perbuatannya, maka dia adalah pe- ngikut setan,
walaupun ia menyebut Allah dengan lidahnya. Dan walau- pun anda
mengatakan, bahwa telah datang hadits secara mutlak, yang menerangkan,
bahwa dzikir (menyebut Allah) itu menolak setan. Anda tidak memahami,
bahwa kebanyakan hal yang bersifat umum bagi Agama itu dikhususkan
dengan syarat-syarat yang dinukilkan oleh ulama-ulama Agama. Maka
lihatlah kepada diri anda. Tidaklah kabar itu seperti dilihat sendiri.
Dan perhatikanlah, bahwa kesudahan dzikir anda dan ibadah anda itu,
ialah: shalat,maka. awasilah hati anda, apabila anda berada dalam
shalat! Bagaimana hati itu ditarik oleh setan kepasar-pasar, mengadakan
perhitungan dengan orang-orang yang berjual-beli dan bersoal-jawab
dengan orang-orang yang menantang? Bagaimana setan itu membawa anda
dalam tembah-lembah dunia dan tempat-tempat yang membinasakan? Sehingga
anda tidak teringat apa yang telah anda lupa- kan dari segala
tetek-bengek dunia, selain dalam shalat anda. Dan setan itu tidak
berdesak-desak pada hati anda, selain apabila anda mengerja- kan shalat.
Maka
shalat itu adalah batu penguji hati. Pada shalat, lahirlah segala ke-
baikan dan keburukan hati. Shalat itu tidak diterima dari hati yang
penuh dengan segala hawa-nafsu dunia. Tidak dapat dibantah, bahwa setan
itu tidak terusir dari anda, bahkan kadang-kadang bertambah bisikannya
pada anda. Sebagaimana obat sebelum kosongnya perut kadang-kadang me-
nambahkan kemelaratan kepada anda.
Jikalau
anda bermaksud terlepas dari setan, maka dahulukanlah keko- songan perut
dengan taqwa! Kemudian, iringilah dengan obat dzikir, yang akan
melarikan setan daripada anda, sebagaimana setan itu lari daripada 'Umar
.ra. Karena itulah Wahab bin Munahbih berkata: "Bertaqwalah kepada
Allah! Janganlah anda memaki setan secara terang-terangan, sedang anda
temannya secara rahasia. Artinya: anda patuh kepadanya".
Sebahagian mereka berkata: "Alangkah mengherankan, orang yang
993
|
mendurhakai
orang yang berbuat baik, sesudah diketahuinya akan keba- ikan
orang.itu. Dan menta'ati akan orang yang terkutuk, sesudah diketahuinya
akan kedurhakaannya". Dan sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:-
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
(Ud'uunii astajib la-kum').
Artinya:
"Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu". - S.
Al-Mu'min, ayat 60. Anda mendo'a kepadaNya dan la tidak memperkenankan
untuk anda. Maka seperti itu pulalah, anda mengingati Allah
(berdzikir)dan setan tidak lari dari anda, karena ketiadaan
syarat-syarat dzikir dan do'a.
Orang
bertanya kepada Ibrahim bin Adham: "Bagaimana kami ini berdo'a, maka
tidak diperkenankan do'a kami itu? Pada hai Allah Ta'ala berfirman:
"Mendo'alah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu?".
Ibrahim
bin Adham itu menjawab: "Karena hatimu itu mati". Orang tersebut
bertanya lagi: "Apakah yang mematikan hati itu?". Ibrahim bin Adham
menjawab: "Delapan perkara: engkau mengetahui akan hak Allah, lalu
engkau tidak bangun menegakkan hakNya, engkau membaca Al-Qur-an dan
engkau tidak mengerjakan menurut batas-batas yang ditentukan oleh
Al-Qur-an, engkau berkata: kami mencintai Rasulu'llah s.a.w, dan engkau
tidak melaksanakan menurut sunnahnya, engkau mengatakan: kami takut
kepada mati dan kamu tidak mengadakan persiapan untuk mati. Allah Ta'ala
berfrrman:-
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
(Innasy-syaithaana
lakum 'aduwwun fat-takhi dzuu-hu 'aduwwaa). Artinya: "Sesungguhnya
setan itu musuh kamu. Sebab itu, perlakukan- lah dia sebagai musuh!". -
S. Fathir, ayat 6. Lalu kamu sepakat dengan setan itu pada perbuatan
maksiat. Engkau mengatakan: kami takut kepada api neraka dan engkau
membawa susah badanmu kedalam api neraka. Engkau mengatakan: kami
mencintai sorga dan engkau tidak berbuat untuk sorga. Dan apabila kamu
bahgun dari tempat tidurmu, kamu lemparkan kekurangan-kekuranganmu
kebelakang punggungmu. Dan kamu bentangkan kekurangan orang lain
dihadapanmu. Kamu telah memarahkan Tuhanmu, maka bagaimanakah Ia
memperkenankan do'amu?"
Kalau anda bertanya: "Yang mengajak kepada maksiat yang bermacam-
994
|
macam itu, apakah setan itu satu atau setan-setan yang bermacam-macam?".
Ketahuilah,
bahwa tidak perlu bagi anda mengetahui yang demikian pada
ilmu'muamalat. Bekerjalah menolak musuh dan jangan anda bertanya
tentang sifatnya! Makanlah sayur-sayuran dari mana saja datangnya dan
janganlah anda tanyakan tentang tempat tumbuhnya sayuran itu! Akan
tetapi yang terang dengan cahaya penglihatan pada penyaksian- penyaksian
hadits, ialah: mereka itu adalah tentara yang berbaris. Ma- sing-masing
macam dari maksiat itu, mempunyai setan yang tertentu dan yang mengajak
kepadanya.
Adapun
jalan penglihatan, untuk menyebutkannya adalah panjang. Dan mencukupilah
untuk anda, sekedar yang telah kami sebutkan itu. Yaitu:. bahwa
perbedaan yang menyebabkannya, menunjukkan kepada perbedaan sebab-sebab,
sebagaimana yang telah kami sebutkan tentang cahaya api dan hitam asap.
Adapun
hadits, maka Mujahid telah mengatakan: "Iblis itu mempunyai lima anak.
Masing-masing dari anak itu dijadikan sesuatu yang menjadi urusannya.
Kelima anak itu ialah: Tsabur, A'war. Mabsuth, Dasim dan Zalambur.
Tsabur,
yaitu: yang punya segala bencana, yang menyuruh dengan kebinasaan,
merobekkan baju, manampar pipi dan dakwaan jahiliah. Adapun A'war,
yaitu: yang punya zina, yang menyuruh dan menghiaskan kezinaan." Adapun
Mabsuth, yaitu: yang punya kebohongan. Dan Dasim, ialah: yang masuk
bersama orang laki-Iaki kepada keluarganya, yang menuduh mereka, dengan
kekurangan pada laki-laki itu dan yang membuat laki-laki itu marah
kepada keluarganya. Dan Zalambur, yaitu: yang punya pasar. Lalu dengan
sebab Zalambur, mereka itu senantisa mendapat kezaliman.
Setan
shalat, dinamai: Khanzab (1). Dan setan wudlu', dinamai: Walhan (2).
Mengenai yang demikian, telah tersebut pada banyak hadits. Sebagimana
setan pada mereka itu banyak, maka bagitu pulalah malaikatpun banyak.
Dan telah kami sebutkan pada "Kitab Syukur" tentang rahasia banyaknya
malaikat dan masing-masing mereka mempunyai tugas khusus yang
tersendiri. Abu Amamah Al-Bahili berkata: "Rasulu'llah s.a.w.
ber'sabda:-
1. Hadits ini dirawikan Muslim dari Usman bin Abil-'Ash.
|
2. Hadits ini dirawikan At-Tirmidzi dari Ubai bin Ka'ab.
|
995
|
وكل
بالمؤمن مائة وستون ملكا يذبون عنه ما لم يقدر عليه من ذلك للبصر سبعة
أملاك يذبون عنه كما يذب الذباب عن قصعة العسل في اليوم الصائف وما لو بدا
لكم لرأيتموه على كل سهل وجبل كل باسط يده فاغر فاه ولو وكل العبد إلى نفسه
طرفة عين لاختطفته الشياطين
(Wukkilla
bil-miTmini miatun wa sittuuna malakan, yadzubbuuna 'anhu maa lam yaqdir
'alaihi min dzaalika, lil-bashari sab'atu amlaakin, yadzubbuuna 'anhu,
kama yudzabbu'dz-dzubaabu 'an qish'atil-'asali filyau- mish-shaa-ifi.
Wa maa lau badaa lakum lara-aitumuuhu 'alaa kulli sahlin wa jabalin.
Kullun baasithun yadahu, faaghirun faahu. Wa lau wukkilal- 'abdu ilaa
nafsihi tharfata 'ainin lakhtathafathu'sy-syayaathinu). Artinya: "Diwakilkan
dengan orang mu'min seratus enampuluh malai- kat, yang
mempertahankannya, apabila ia tidak sanggup mempertahan- kan dirinya
dari yang demikian. Bagi penglihatan (mata) mempunyai tujuh malaikat,
yang mempertahankannya, sebagaimana lalat ditolak-jauh dari piring madu
pada hari panas. Jikalau tampaklah bagi kamu malaikat itu, niscaya kamu
melihatnya, pada tiap-tiap lembah dan bukit. Masing- masing mereka
menghamparkan tangannya dan membuka mulutnya. Dan jikalau diwakilkan
hamba mu'min itu kepada dirinya sendiri seke- jap mata niscaya ia
disambar oleh setan-setan". (1). Ayyub bin Yunus bin Yazid berkata: "Ada
berita yang sampai kepada kami, bahwa lahir anak-anak jin bersama
anak-anak manusia. Kemudian mereka itu jadi bersama anak-anak manusia".
Jabir bin
Abdullah meriwayatkan, bahwa Nabi Adam a.s. tatkala turun ke bumi,
berdo'a: "Wahai Tuhanku! Iblis ini yang Engkau jadikan permusuhan
diantaraku dan dia. Jikalau Engkau tidak menolong aku, niscaya aku
tiada sanggup menghadapinya".
Allah berfirman: "Apabila engkau melahirkan anak, maka diwakilkan seorang malaikat kepadanya"
Nabi Adam a.s., berdo'a: "Wahai
Tuhanku, tambahkalah kepadaku!". Allah berfirman: "Aku balas satu
kejahatan dengan satu. Dan satu perbuatan kebaikan, Aku balas sepuluh,
sampai sebanyak yang Aku kehendaki".
Nabi Adam
a.s. berdo'a lagi: "Wahai Tuhanku, tambahlah kepadaku!". Allah
berfirman: "Pintu tobat itu terbuka, selama masih ada nyawa dalam
badan".
Dan Iblis berdo'a: "Wahai
Tuhanku! HambaMu itu yang Engkau muliakan terhadap aku, jikalau tidak
Engkau menolong aku terhadapnya, niscaya aku tidak sanggup
menghadapinya".
1. Hadits ini dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya dengan isnad dla'if.
|
996
|
Allah berfirman: "Apabila dilahirkan untuk Adam seorang anak, maka untukmu dilahirkan seorang anak pula".
Iblis berdo'a: "Wahai Tuhanku, tambahkanlah untukku!".
Allah berfirman: "Engkau berjalan pada mereka pada tempat jalan darahnya dan engkau mengambil dada mereka menjadi rumahmu".
Iblis mendo'a lagi: "Tambahlah, wahai Tuhanku!".
Allah berfirman:-
وَاسْتَفْزِزْ
مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ
وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ وَعِدْهُمْ وَمَا
يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا
(Wa-ajlib
'alaihim bi-khailika wa rajilika wa syaarikkum fil-amwaali wal- aulaadi,
wa idhum wa maa ya'iduhu musy-syai-thaanu illaa ghuruuraa). Artinya:
"Dan kerahkanlah mereka dengan pasukan engkau yang berkuda dan jalan
kaki dan berserikatlah dengan mereka tentang harta dan anak-anak dan
janjikanlah (apa-apa) kepada mereka. Dan apa yang dijanjikan oleh setan
itu kepada mereka, tiada lain dari tipuan belaka". - S. Al-Isra', ayat
64.
Dari Abid-Darda' r.a. yang mengatakan: "Rasulu'llah s.a.w. bersabda:-
خلق
الله الجن ثلاثة أصناف صنف حيات وعقارب وخشاش الأرض وصنف كالريح في الهواء
وصنف عليهم الثواب والعقاب وخلق الله تعالى الإنس ثلاثة أصناف صنف
كالبهائم كما قال تعالى لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها
ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل وصنف أجسامهم أجسام بني
آدم وأرواحهم أرواح الشياطين وصنف في ظل الله تعالى يوم القيامة يوم لا ضل
إلا ظله
(Khalaqa'l-laahu'l-jinna
tsalaatsata ash-naafin: shanfun hayyaatun wa 'a- qaaribu wa
khasyaasyul-ardli Wa shanfun kar-riihi fil-hawaa-i. Wa shanfun
'alaihimu'ts-tsawaabu wal-'iqaabu. Wa khalaqa'l-laahu Ta'aala'l-insa
tsalaa-tsata ash-naafin: shanfun kal-bahaa-imi, kamaa qaala Ta'aalaa:
.... lahum quluubun laa yafqahuuna bihaa wa lahum a'yunun laa
yubshiruuna bihaa wa lahum aa-dzaanun laa yasma'uuna bihaa. Ulaa-ika
kal-an'aami, bal hum adlallu-wa shanfun ajsaamuhum ajsaamu bani Aadama
wa arwaa- huhum arwaahusy-syayaathini. Wa shanfun fiidhilli'l-laahi
Ta'aalaa yaumal- qiaamati, yauma laa dhilla illaa dhilluhu ).Artinya:
"Allah Ta'ala menjadikan jin tiga macam: semacam seperti ular, kala dan
binatang-binatang kecil dibumi. Semacam seperti angin di-
997حديث
أبي الدرداء خلق الله الجن ثلاثة أصناف صنف حيات وعقارب الحديث أخرجه ابن
أبي الدنيا في مكايد الشيطان وابن حبان في الضعفاء في ترجمة يزيد بن سنان
وضعفه والحاكم نحوه مختصرا في الجن فقط ثلاثة أصناف من حديث أبي ثعلبة
الخشني وقال صحيح الإسناد
|
udara. Dan
semacatn lagi, pada mereka pahala dan siksa. Allah Ta'ala menjadikan
manusia tiga macam: semacam seperti hewan, sebagaimana firman Allah
Ta'ala: "mereka mempunyai hati (tetapi) tidak memahamkan dengan
hatinya, mempunyai mata, (tetapi) tidak melihat dengan matanya dan
mempunyai telinga, (tetapi) tidak mendengarkan dengan telinganya.
Orang-orang itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat" — (S.
Al-A'raf, ayat 179). Semacam lagi, tubuhnya tubuh manusia dan nyawanya
nyawa setan. Dan semacam lagi dalam naungan Allah Ta'ala pada hari
kiamat, hari yang tak ada naungan padanya, selain naungan Allah". (1).
Wahib bin
Al-Ward berkata: "Sampai kepada kami ceritera, bahwa Iblis merupakan
diri seperti manusia, dihadapan Nabi Yahya bin Zakaria a.s. Iblis itu
berkata: "Aku bermaksud menasehati engkau". Nabi Yahya a.s. menjawab:
"Aku tiada memerlukan akan nasehatmu. Akan tetapi terangkanlah kepadaku
tentang anak Adam!". Lalu Iblis itu menjawab: "Mereka pada kami tiga
macam. Semacam dari mereka itu, adalah macam yang sangat sulit kepada
kami. Kami hadapi salah seorang dari mereka, sehingga kami fitnahkan dia
dan kami berketetapan padanya. Lalu ia berlindung dengan pembacaan
istighfar dan tobat. Maka rusaklah semua yang telah kami peroleh
daripadanya. Kemudian, kami kembali lagi kepadanya, lalu iapun kembali
kepada istighfar dan tobat. Kami tiada berputus-asa daripadanya dan kami
tiada memperoleh hajat kami daripadanya. Kami hanya payah saja
menghadapinya. Yang semacam lagi, mereka itu dalam tangan kami, seperti
bola dalam tangan anak-anakmu. Kami balik-balikkan mereka menurut
kehendak kami. Mereka menjaga dari kami, diri mereka. Adapun macam
ketiga, mereka adalah seperti engkau, yang terpelihara dari kesalahan.
Kami tidak sanggup berbuat sesuatu terhadap mereka".
Kalau anda
bertanya, bagaimana setan itu membuat dirinya menyerupai dengan
sebahagian manusia dan tidak dengan sebahagian yang lain? Apabila
dilihat bentuknya, maka apakah itu bentuknya yang sebenarnya atau contoh
yang memberi bentuk setan dengan demikian? Jikalau setan itu menurut
bentuknya yang sebenarnya, maka bagaimana ia dapat terli- hat dengan
bentuk yang bermacam-macam? Dan bagaimana ia dapat terlihat pada satu
waktu didua tempat dan dengan dua bentuk? Sehingga ia dapat dilihat oleh
dua orang dengan dua bentuk yang berlainan. Ketahuilah kiranya, bahwa
malaikat dan setan, masing-masing mempunyai dua bentuk. Yaitu: hakekat
bentuk keduanya. Dan hakekat bentuk keduanya itu tidak dapat diketahui
dengan menyaksikan, kecuali dengan nur kenabian. Nabi s.a.w. tiada
melihat malaikat Jibril a.s. dalam bentuknya, kecuali dua kali (2).
1. Hadits ini dirawikan Ibnu Abid-Dun-ya. Hadits ini dla'if.
|
2. Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah r.a.
|
998
|
Yang
demikian, ialah: bahwa Nabi s.a.w. meminta kepada Jibril a.s. supaya
memperlihatkan dirinya kepada Nabi s.a.w. menurut bentuknya. Lalu Jibril
a.s. menjanjikannya di BaqV Dan tampaklah Jibril a.s. kepada Nabi
s.a.w. di Hara'. Maka tertutuplah ufuk dari Timur (masyriq) sampai ke
Barat (maghrib). Dan sekali lagi, Nabi s.a.w. melihat Jibril a.s.
menurut bentuknya pada malam mi'raj disisi Sadratul-muntaha. Biasanya
Nabi s.a.w. melihat Jibril a.s. itu dalam bentuk manusia (1). Nabi
s.a.w. melihat Jibril a.s. menurut bentuk Dahiyah Al-Kalabi (2). Dahiyah
adalah seorang laki-laki yang cantik mukanya. Yang kebanyakan, malaikat
Jibril a.s. itu membuka kepada ahli-mukasyafah dari orang-orang yang
mempunyai hati, dengan contoh bentuknya. Lalu setan menampakkan contoh
bentuknya bagi ahli mukasyafah itu waktu jaga (tidak tidur).
Maka ia
melihat setan tersebut dengan matanya dan mendengar perkataannya dengan
telinganya. Lalu yang demikian itu berkedudukan pada kedudukan hakekat
bentuknya, sebagaimana tersingkap dalam tidur bagi kebanyakan
orang-orang saleh. Yang tersingkap pada waktu jaga, yaitu: yang telah
sampai kepada tingkat, yang tidak dapat dicegah dari mukasyafah yang
ada dalam tidur, oleh kesibukan pancaindera dengan dunia. Lalu ia
melihat dalam jaga itu, apa yang dilihat oleh orang lain dalam tidur.
Sebagaimana diriwayatkan dari Umar bin Abdul aziz r.a., bahwa seorang
laki-laki, meminta kepada Tuhannya, supaya Tuhan memperlihatkan
kepadanya tempat setan dalam hati manusia. Lalu ia melihat dalam
tidurnya (bermimpi) tubuh seorang laki-laki yang menyerupai batu yang
bersih berkilat. Kelihatan dalamnya dari luarnya. Dan ia melihat setan
itu dalam bentuk katak, yang duduk atas lembung kiri orang itu, diantara
lembungnya dan telinganya. Katak itu mempunyai belalai halus, yang
dimasukkannya dari lembung kiri orang itu kedalam hatinya, dima na
dibisikkan kepadanya hal-hal yang tidak baik. Apabila orang itu me
ngingati Allah Ta'ala (berdzikir), niscaya setan itu mengendap. Hal yang
seperti ini, kadang-kadang disaksikan dengan mata pada waktu jaga.
Sebahagian golongan kasyaf melihat setan itu, dalam bentuk anjing
bertelungkup atas bangkai. mengajak manusia kepada bangkai itu. Dan
bangkai itu adalah contoh dunia. Ini berlaku sebagai penyaksian bentuk
setan itu yang hakiki. Sesungguhnya hati itu-tak boleh tidak-akan lahir
hakekatnya, dari wajahnya yang berhadapan dengan alam malakut. Dan
ketika itu cemerlanglah bekasnya, atas wajahnya yang berhadapan dengan
alamul-mulki wasy-syahadah (alam yang tampak, dapat disaksikan). Karena
salah satu daripada keduanya bersambung dengan yang satu lagi. Dan
telah kami terangkan, bahwa hati itu mempunyai dua wajah: wajah kealam
gaib, yaitu: tempat masuknya ilham dan wahyu. Dan wajah kealam syahadah.
Maka yang lahir daripadanya pada wajah yang
1. Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah r.a.
|
2. Hadits ini dirawikan Al-Bukhari dao Muslim dari Usamah bin Zaid.
|
999
|
mengiringi
pihak alam syahadah, adalah merupakan bentuk khayalan. Karena seluruh
alam syahadah itu khayalan. Hanya khayalan itu sekali berhasil dari
pandangan dengan panjaindera kepada zahiriah alam syahadah. Maka
bolehlah bentuk itu tidak bersesuaian dengan maksud. Sehingga terlihat
orang yang cantik bentuknya, pada hal dia itu kotor ba- tinnya dan keji
rahasianya. Karena alam syahadah itu alam yang banyak penyelewengan.
Adapun
bentuk yang berhasil dalam khayalan, dari cemerlangnya alam malakut
diatas batin rahasia hati, adalah merupakan peniruan sifat dan
penyesuaian bagi sifat. Karena bentuk pada alam malakut itu, mengikuti
sifat dan penyesuaian bagi sifat. Maka tak dapat dibantah, bahwa maksud
yag keji akan terlihat dengan bentuk yang keji. Maka setan itu akan
terlihat dalam bentuk anjing, katak, babi dan lain-lain. Dan malaikat
akan terlihat dalam bentuk yang cantik. Maka bentuk itu adalah judul
maksud dan yang menerangkan maksud itu dengan sebenarnya. Karena itulah,
beruk dan babi dalam tidur (mimpi) menunjukkan kepada manusia keji.
Kambing menunjukkan kepada manusia yang sejahtera isi dadanya.
Begitulah
semua pintu mimpi dan penta'birannya (pengertian mimpi). Dan inilah
rahasia-rahasia ajaib, Yaitu: diantara rahasia-rahasia keajaiban hati.
Dan tidak layak menyebutkannya dengan Ilmu-Mu'amalah. Dan yang
dimaksudkan, ialah: anda membenarkan, bahwa setan itu tersingkap, bagi
orang-orang yang mempunyai hati (arbabil-qulub). Begitu pula malaikat,
sekali dengan jalan percontohan dan peniruan, sebagaimana ada yang
demikian itu dalam tidur. Dan sekali dengan jalan hakekat yang
sebenarnya. Dan yang kebanyakan, ialah:. percontohan dengan bentuk yang
memberi arti. Yaitu: contoh arti, tidak arti itu sendiri. Hanya yang
demikian itu, dapat disaksikan dengan penyaksian yang hakiki dengan
mata. Dan ahli kasyaf saja yang dapat menyaksikannya, tidak o- rang
kelilingnya, seperti orang yang tidur.
تصنيف
حجة الإسلامالإمام أبي حامد الغزالي
وهو أبو حامد محمد بن محمد بن محمد الغزالي
الطوسيتغمده الله برحمتهومعه تخريج الحافظ العراقي رحمه الله
حجة الإسلامالإمام أبي حامد الغزالي
وهو أبو حامد محمد بن محمد بن محمد الغزالي
الطوسيتغمده الله برحمتهومعه تخريج الحافظ العراقي رحمه الله
Tiada ulasan:
Catat Ulasan