AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

Selasa, 1 Oktober 2013

Panduan bagi Wanita Muslimah Keluar Rumah

 بسم الله الرحمن الر حيم

إن الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمرانالآية: 102

OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

Panduan bagi Wanita Muslimah Keluar Rumah

Perintah taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
{وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ، وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا} [الأحزاب: 36]
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.” [Al-Ahzaab:36]
Aturan Allah dan Rasul-Nya adalah untuk kebahagiaan kita.
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} [الأنفال: 24]
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” [Al-Anfaal:24]
Menyalahi aturan Allah adalah mendzalimi diri sendiri.
{وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [الطلاق: 1]
“Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” [At-Thalaaq:1]
Perintah berdiam di dalam rumah.
Seorang wanita muslimah yang taat kepada ajaran agamanya senantiasa menjadikan rumah sebagai benteng yang melindunginya dari segala macam fitnah yang bisa merusak kehidupan dunia dan akhiratnya. Senantiasa taat kepada Allah Tuhan Yang Menciptakan dan Memuliakannya, Yang Memerintahkannya untuk berdiam di dalam rumah. Allah berfirman:
{وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ} [الأحزاب: 33]
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu”. [Al-Ahzab: 33]
Dari Abdullah bin Mas’ud; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إن المرأة عورة فإذا خرجت استشرفها الشيطان ، وأقرب ما تكون من وجه ربها و هي في قعر بيتها [صحيح ابن خزيمة]
“Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka jika ia keluar rumah setan akan memuliakannya, dan tempat yang paling dekat bagi wanita dari wajah Tuhannya adalah ketika ia di dalam rumahnya.” [Sahih Ibnu Khuzaimah]
Ummu Humaid istri Abu Humaid As-Sa’idy mendatangi Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: Ya Rasulullah sesungguhnya aku suka jika salat bersamamu. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلَاةَ مَعِي، وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِي
“Aku sudah tau kalau engkau suka salat bersamaku, akan tetapi salat di kamarmu lebih baik dari pada di luar kamar, dan di luar kamar lebih baik daripada di luar rumah, dan di luar rumah lebih baik daripada di mesjid kaummu, dan di mesjid kaummu lebih baik daripada di mesjidku.” [Musnad Ahmad: Hadits hasan]
Akan tetapi jika ada keperluan mendesak yang mengharuskan seorang muslimah untuk keluar rumah, maka ia boleh keluar dengan memperhatikan aturan yang telah ditetapkan syari’at.
Dari Abu Hurairah; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ، وَلَكِنْ لِيَخْرُجْنَ وَهُنَّ تَفِلَاتٌ [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Jangan kalian melarang hamba Allah (wanita) pergi ke mesjid, akan tetapi hendaklah mereka keluar dengan tidak memakai wangi-wangian.” [Sunan Abu Daud: Sahih]
Aisyah radiyallahu ‘anha berkata:
لَوْ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى مَا أَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ الْمَسْجِدَ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ [صحيح البخاريٍ ومسلم]
Seandainya Rasulullah melihat apa yang diperbuat wanita jaman sekarang maka ia akan melarang mereka pergi ke mesjid sebagaimana wanita bani Israil dilarang. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ada beberapa kewajiban yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya yang harus dipatuhi oleh seorang wanita ketika keluar rumah. Diantaranya:
Keluar seizin walinya (suami, ayah, saudara laki2 yang balig, atau paman).
Sebagaimana hadits Abu Hurairah di atas: “Jangan kalian melarang hamba Allah (wanita) pergi ke mesjid”. Kalau seandainya perempuan boleh keluar rumah tampa seizin walinya maka tidak perlu Rasulullah memberi peringatan tersebut. Wallahu a’lam !
Memakai pakaian yang sesuai dengan aturan syari’at.
{وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى} [الأحزاب: 33]
“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”. [Al-Ahzaab:33]
Tidak mengundang perhatian laki-laki.
{وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ} [النور: 31]
“Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.” [An-Nuur: 31]
Jangan menguasai jalan.
Abu Usaid Al-Anshary berkata: Suatu hari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam keluar dari mesjid dan melihat laki-laki dan perempuan berbaur (ikhtilath) di jalan, maka Rasulullah bersabda kepada kaum wanita:
اسْتَأْخِرْنَ، فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكُنَّ أَنْ تَحْقُقْنَ الطَّرِيقَ عَلَيْكُنَّ بِحَافَّاتِ الطَّرِيقِ [سنن أبي داود: حسنه الألباني]
“Minggirlah karena sesungguhnya kalian tidak boleh berjalan di tengah jalan, hendaklah kalian berjalan di sisi jalan.”
Setelah itu kaum wanita berjalan menempel ke dinding sampai pakaian mereka tersangkut di dinding karena terlalu menempel. [Sunan Abu Daud: Hadits hasan]
Berjalan dengan penuh rasa malu.
{فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ } [القصص: 25]
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan”. [Al-Qashash:25]
Jangan berbicara dengan cara yang bisa mengundang nafsu.
{يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا} [الأحزاب: 32]
“Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik”. [Al-Ahzaab:32]
Menundukkan pandangan dari yang haram.
{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ} [النور: 30، 31]
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya”. [An-Nuur: 30-31]
{يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ} [غافر: 19]
Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. [Gaafir:19]
Dari Abu Hurairah; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ [صحيح مسلم]
“Telah ditetapkan bagi anak cucu Adam bagian mereka dari zina, akan menimpa mereka dan tidak lapas darinya. Sesungguhnya mata berzina dengan pandangan, telinga berzina dengan pendengaran, lidah bezina dengan ucapan, tangan berzina dengan sentuhan, kaki berzina dengan langkah, hati bernafsu dan mendabakan, kemudian dilakukan oleh kelamin atau ditinggalkan.” [Sahih Muslim]
Meminta sesuatu kepada laki-laki yang bukan muhrim dari belakang tabir.
{وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ} [الأحزاب: 53]
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. cara yang demikian itu lebih Suci bagi hatimu dan hati mereka.” [Al-Ahzaab:53]
Tidak bersentuhan dengan laki-laki bukan muhrim.
Dari Ma’qil bin Yasar; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لأن يطعن في رأس أحدكم بمخيط من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تحل له [صحيح الترغيب والترهيب]
“Jika ditusukkan pada kepala seseorang dari kalian dengan jarum besi lebih baik baginya daripada menyentuh perempuan yang tidak halal baginya”. [Sahih At-Targiib wa at-tarhiib]
Tidak berduaan dengan laki-laki bukan muhrim.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ
“Janganlah kalian berduaan dengan wanita” (yg bukan muhrim).
Seorang laki-laki dari kaum Anshar bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana dengan kerabat laki2 suami? Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: الحَمْوُ المَوْتُ
“Berduaan dengan kerabat laki-laki suami adalah kebinasaan” [Sahih Bukhari]
Dari Umar bin Khattab; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ألا لا يخلون رجل بامرأة إلا كان ثالثهما الشيطان [سنن الترمذي : صححه الألباني]
“Sesungguhnya tiada seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Tidak bepergian jauh (musafir) kecuali bersama muhrim.
Dari Ibnu Abbas; Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ تُسَافِرِ المَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَلاَ يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ
“Tidak boleh seorang wanita bepergian jauh kecuali bersama muhrimnya, dan janganlah seorang laki-laki bersama dengan wanita kecuali wanita tersebut bersama muhrimnya.”
Seorang sahabat bertanya: Ya Rasulullah, saya ingin ikut pada suatu peperangan, sedangkan istriku ingin menunaikan ibadah haji. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallammenjawab: اخْرُجْ مَعَهَا
Pergilah bersamanya (menunaikan ibadah haji).” [Sahih Bukhari]
 
Isteri keluar rumah tanpa izin derhaka?

Adapun tentang hukum keluar rumah tanpa izin suami ia tetap haram dan berdosa dan mereka yang berbuat demikian dianggap derhaka (nusus) dan apabila berlaku nusus tersebut maka ia boleh menggugurkan nafkah daripada pihak suami. Ia dibenarkan keluar kerana tujuan tertentu seperti untuk menyelamatkan diri daripada kebakaran dan sebarang ancaman yang lain. Demikian juga dibenarkan isteri keluar rumah untuk mempelajari ilmu yang wajib (fardu ain) dalam agama sedangkan di rumahnya tidak disediakan kelas tersebut sama ada oleh suaminya sendiri atau dengan memanggil orang lain ke rumahnya yang merupakan tugas dan tanggungjawab suami terhadap isterinya sendiri.
Adapun tujuan yang tidak perlu seperti keluar menziarah kawan atau ke pasar atau bersiar-siar ia adalah dilarang keras oleh agama. Begitu juga membawa orang lain ke dalam rumah tanpa kebenarannya (suami). Inilah yang banyak berlaku dalam masyarakat kita hari ini tanpa disedari.
Perbuatan kurang sopan ini dilarang keras oleh agama kita yang maha suci, tetapi dipandang remeh oleh orang kita yang mana ia banyak menyebabkan keruntuhan rumah tangga dalam masyarakat hari ini dan ini patut menjadi renungan kita semua.
Penderhakaan dan kufur nikmat ini banyak sangat berlaku dalam masyarakat kita. Sebab itu apabila baginda dibawa melawat ke neraka pada malam mikraj, baginda melihat ramai kaum wanita di dalam neraka sehingga mereka (wanita) bertanya Rasulullah, kenapa ramai kaum wanita berada di dalam neraka?
Jawab baginda: “Kerana mereka mengingkari pergaulan dan jasa suaminya serta tidak bersyukur.” Dan apabila baginda ditanya bagaimana sebenarnya kufur nikmat itu? Sabda baginda: Seseorang kamu sudah lama membujang, akhirnya dikurniakan suami dan lama hidup bersamanya dan serta memperoleh cahaya mata dengannya. Tetapi bila berlaku sebarang ketegangan dalam rumah tangga terus sahaja isteri tadi bersumpah serta mengungkit mengatakan suami tidak pernah melakukan sebarang kebaikan dan berjasa terhadapnya.
Sikap seperti itulah kata Rasulullah kufur nikmat yang diulanginya sampai tiga kali. Demikian juga kaum lelaki yang sudah lama hidup bersama isterinya dan mempunyai ramai anak dengan isteri tersebut, tetapi bila sekali sekala isteri melakukan kesilapan, maka terus ditempeleng atau diterajangnya. Maka sikap mudah hilang pertimbangan seperti inilah yang menyebabkan ramai manusia masuk ke neraka di akhirat nanti tanpa mengira lelaki atau perempuan.
Dalam hal ini sesiapa saja yang mudah hilang sabar dan pertimbangan maka dia akan dimasukkan ke neraka. Kaum wanita tidak perlu bimbang sekiranya mereka tidak terlibat dengan sikap negatif tadi, kerana bukan kerana jenis kejadiannya (lelaki atau perempuan) seseorang itu dimasukkan ke neraka, tetapi kerana sikap buruk tadi, iaitu mudah meradang dan hilang kesabaran.
Tetapi kaum lelaki selalu membawa cerita ini untuk menggambarkan kaum wanita itu jahat dan ramai dalam neraka. Sedangkan mereka tidak sedar sebab dan puncanya seseorang itu ke neraka ialah bukan kerana lelaki atau wanita tetapi disebabkan tabiat buruk tadi.
Dalam sesuatu keadaan, kita harus menggunakan akal kewarasan sewajarnya, agar tidak mudah terkeluar dari batasan manusia.
Malah darjatnya sudah jatuh ke peringkat haiwan, inilah maksud firman Allah s.w.t. : Demi sesungguhnya kami jadikan manusia itu dalam bentuk kejadian yang terbaik tetapi kemudian akan Kami tolak turun manusia ke peringkat yang paling rendah sampai jatuh ke peringkat haiwan, melainkan orang beriman dan beramal saleh untuk mereka pahala yang melimpah-ruah tapa putus-putus. (surah Attin: 4-6).
Pertimbangan akal itulah garis pemisah yang membezakan antara manusia dan haiwan. Sebab itu setiap individu hendaklah berhati-hati agar tidak jatuh martabatnya ke peringkat haiwan, cuma Islam sajalah yang dapat mempertahankan darjat manusia ini malah mengangkat martabatnya ke peringkat yang lebih tinggi hatta lebih tinggi daripada malaikat. Buktinya adalah Rasulullah. Baginda adalah semulia-mulia makhluk tanpa pengecualian lagi.
 Wallahualam.
 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan