بسم الله الرحمن الر حيم
إن
الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران
– الآية: 102
Bahaya"Buku Hitam" Yahudi Kitab TALMUD
Kitab Talmud. (bahasa Ibrani: תלמוד)
Kitab Talmud, sebuah "buku hitam" Israel yang paling berbahaya bagi manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.
Kitab Talmud adalah kitab suci yang
terpenting bagi kaum Yahudi, bahkan lebih penting daripada Kitab
Perjanjian Lama, yg juga dikenal dgn nama Kitab Taurat. Bukti tentang
hal ini dapat ditemukan dalam Talmud ‘Erubin’ 2b (edisi Soncino) yang
mengingatkan kepada kaum Yahudi, “Wahai anakku, hendaklah engkau lebih
mengutamakan fatwa dari para Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat
Taurat”.
Para pendeta Parisi mengajarkan, doktrin
dan fatwa yang berasal dari para rabbi (pendeta), lebih tinggi
kedudukannya daripada wahyu yang datang dari Tuhan. Talmud mengemukakan
hukum-hukumnya berada di atas Taurat, bahkan tidak mendukung isi Taurat.
Bahkan para pendeta Talmud pun mengklaim bahwa sebagian dari isi Kitab
Talmud merupakan himpunan dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa
a.s. secara lisan. Sampai dengan kedatangan Nabi Isa a.s. Kitab Talmud
belum dihimpun secara tertulis seperti bentuknya yang sekarang.
Dalam tafsir Al Marâghi dijelaskan bahwa
‘Uzair adalah seorang pendeta (kâhin) Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM.
Menurut kepercayaan orang-orang Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah
mengumpulkan kembali wahyu-wahyu Allah di kitab Taurat yang sudah hilang
sebelum masa Nabi Sulaiman as. Sehingga segala sumber yang yang
dijadikan rujukan utama adalah yang berasal dari ‘Uzair, karena menurut
kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah satu-satunya sosok yang paling
diagungkan, maka sebagian mereka akhirnya menisbatkan ‘uzair sebagai
anak Allah.
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu
putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera
Allah." Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka ,
bagaimana mereka sampai berpaling? (QS. At-Taubah,9:30).
Dari ayat tsb nampak jelas bahwa
orang-orang Yahudi telah menghina Allah, karena telah menyamakan Allah
dengan makhluk-Nya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak beranak dan
tiada pula diperanakkan, (QS. Al-Ikhlash 112 :3).
Seorang peneliti Yahudi, Hyam Maccoby,
dalam bukunya ‘Judaism on Trial’ mengutip pemyataan Rabbi Yehiel ben
Joseph, bahwa “Tanpa Talmud kita tidak akan mampu memahami ayat-ayat
Taurat … Tuhan telah melimpahkan wewenang ini kepada mereka yang arif,
karena tradisi merupakan suatu kebutuhan yang sama seperti kitab-kitab
wahyu. Para arif itu membuat tafsiran mereka … dan mereka yang tidak
pernah mempelajari Talmud tidak akan mungkin mampu memahami Taurat.”
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa
penyelewengan dalam masalah akidah merupakan tindakan yang sangat sesat,
karena sekitar 1/3 dari kandungan Al-Quran menjelaskan tentang
kidah/kepercayaan atas semua rukun iman yang harus diyakini oleh setiap
manusia.
Nabi Isa a.s. sendiri mengutuk tradisi
‘mishnah’ (Talmud awal), termasuk mereka yang mengajarkannya (para
hachom Yahudi dan kaum Farisi), karena isi Kitab Talmud seluruhnya
menyimpang, bahkan bertentangan dengan Kitab Taurat. Kaum Kristen,
karena ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini menyangka Perjanjian Lama
merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi. Sangkaan itu keliru.
Terhadap tradisi ‘mishnah’ itu para
pendeta Yahudi menambah sebuah kitab lagi yang mereka sebut ‘Gemarah’
(kitab “tafsir” dari para pendeta). Tradisi ‘mishnah’ (yang kemudian
dibukukan) bersama dengan “Gemarah’, itulah yang disebut Talmud. Ada dua
buah versi Kitab Talmud, yaitu ‘Talmud Jerusalem’ dan ‘Talmud
Babilonia’. ‘Talmud Babilonia’ adalah kitab yang paling otoritatif.
Memang ada kelompok di kalangan kaum
Yahudi yang menolak Talmud, dan tetap berpegang teguh kepada kitab
Taurat (Taurat ada dua Versi : Taurat asli dan Taurat versi Perjanjian
Lama yang sekarang). Mereka ini disebut golongan 'Karaiyah', kelompok
yang sepanjang sejarahnya paling dibenci dan menjadi korban didzalimi
oleh para pendeta Yahudi orthodoks.
Kitab Talmud adalah sebuah kitab paling berbahaya yang pernah ada di muka bumi.
Kitab Talmud bukan saja menjadi sumber
dalam penetapan hukum agama, tetapi juga menjadi ideologi dan
prinsip-prinsip, serta arahan bagi penyusunan kebijakan negara dan
pemerintah Israel, dan menjadi pandangan hidup orang Yahudi pada
umumnya. Itu pula sebabnya mengapa negara Israel disebut sebagai negara
yang rasis, chauvinistik, theokratik, konservatif, dan sangat dogmatik.
Ilmuwan terkenal dalam bidang kebudayaan Ibrani dan kajian tentang Talmud, Joseph Barcley, menyatakan: “....Sebagian teks yang ada dalam Talmud adalah ekstrim, sebagiannya lagi menjijikkan, dan sebagian lagi berisi kekufuran..... “karenanya, banyak penguasa negara (raja dan kaisar) dan penguasa agama (Paus) di Eropa mengharamkan beredarnya kitab ini".
Talmud merupakan manifesto yang paling
berbahaya kepada perikemanusiaan. Ia lebih berbahaya daripada buku Mein
Kampf, karya Hitler. bahkan Kitab Talmud ini menggariskan penghancuran
total semua agama dan peradaban yang ada di dunia, demi terciptanya
sebuah masyarakat Zionis internasional.
Dalam buku “An Interview of Illan Pappe,
” Baudoin Loos menyebutkan seorang sejarawan Yahudi Illan Pappe yang
menyandang julukan “Orang Israel yang paling dibenci di Israel”. Pappe
adalah salah seorang Yahudi yang memilih memihak pada hati nurani dan
tanpa takut membongkar mitos-mitos Zionisme.
Saat
ditanya, kenapa orang Israel bisa melakukan berbagai kekejaman terhadap
orang Palestina, Pappe menjawab, “Ini buah dari sebuah proses panjang
pengajaran paham, indoktronasi, yang dimulai sejak usia taman
kanak-kanak, semua anak Yahudi di Israel dididik dengan cara ini. Anda
tidak dapat menumbangkan sebuah sikap yang ditanamkan di sana dengan
sebuah mesin indoktrinasi yang kuat, yaitu menciptakan sebuah persepsi
rasis tentang orang lain yang digambarkan sebagai primitif, hampir tidak
pernah ada, dan penuh kebencian: Orang itu memang penuh kebencian, tapi
penjelasan yang diberikan di sini adalah ia terlahir primitif, Islam,
anti-Semit, bukan bahwa ia adalah seorang yang telah dirampas
tanahnya.”[1]
Indoktrinasi
terhadap anak-anak Israel berlanjut hingga ia besar. Ayat-ayat Talmud
dijadikan satu-satunya “pedoman moral” bagi mereka. Yang paling utama
adalah indoktrinasi bahwa "hanya orang-orang bangsa Yahudi yang manusia,
sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia melainkan binatang."
(Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a). “Orang-orang non-Yahudi harus
dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.” (Orach Chaiim 57, 6a).
"Orang-orang Non Yahudi boleh dibantai / dibunuh karena hukumnya Wajib."
(Sanhedrin 58).
Penanaman
doktrin rasisme yang terdapat dalam Talmud dilakukan para orangtua kaum
Zionis kepada anak-anak mereka sejak dini. Survei yang diadakan oleh
Ary Syerabi, mantan perwira dari Satuan Anti Teror Israel, terhadap 84
anak-anak Israel usia sekolah dasar, saat dia bergabung dengan London
Institute for Economic Studies. Ary Serabi ingin mengetahui perasaan apa
yang ada di dalam benak anak-anak Israel terhadap anak-anak Palestina
sebaya mereka yang sesungguhnya. Kepada anak-anak Israel itu Ary
memberikan sehelai kertas dan pensil, lalu kepada mereka Ary berkata,
“Tulislah surat buat anak-anak Palestina, surat itu akan kami sampaikan
pada mereka. ”
Hasilnya
sungguh mencengangkan. Anak-anak Israel yang menyangka suratnya
benar-benar dikirim kepada anak-anak Palestina. Mereka menulis surat
mereka dengan sebenar-benarnya, keluar dari hati terdalam. Apa saja yang
mereka tulis? Salah satu surat ditulis oleh seorang anak perempuan
Israel berusia 8 tahun. Ia mengaku menulis surat kepada anak perempuan
Palestina seusianya. Isi suratnya antara lain:
"Sharon
akan membunuh kalian dan semua penduduk kampung… dan membakar jari-jari
kalian dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami, wahai monyet
betina. Kenapa kalian tidak kembali ke (tempat) dari mana kalian datang?
Kenapa kalian mau mencuri tanah dan rumah kami? Saya mempersembahkan
untukmu gambar (ini) supaya kamu tahu apa yang akan dilakukan Sharon
pada kalian…ha…ha…ha”
Bocah Israel itu menggambar sosok Sharon dengan kedua tangannya menenteng kepala anak perempuan Palestina yang meneteskan darah.
'Protocols
of Learned Elders of Zion' (Protokol Para Pemuka Agama Yahudi) adalah
rencana praktis atau kertas kerja untuk merealisasikan semua kandungan
Taurat dan Talmud. Jika Talmud merupakan buah pahit dari ajaran
Perjanjian Lama (Taurat), maka Protol Yahudi ini merupakan kertas kerja
yang meringkas semua ajaran Talmud kepada rencana strategis modern dan
kontemporer.
Metoda kerja yang dipakai oleh
‘Protokol’ untuk menghancurkan suatu masyarakat cukup jelas. Memahami
metoda itu penting jika seseorang ingin menemukan makna dari arus serta
arus-balik yang membuat orang menjadi frustrasi ketika mencoba memahami
kekacauan keadaan masa kini. Orang menjadi bingung dan hilang semangat
oleh berbagai teori masa kini dan suara-suara yang centang-perenang.
Setiap suara atau teori itu seakan-akan dapat dipercaya dan menjanjikan
masa depan yang lebih baik. Kalau saja kita dapat memahami makna dari
suara yang centang-perenang dan berbagai teori yang amburadul itu, maka
hal itu akan menyadarkan kita bahwa kebingungan dan hilangnya semangat
masyarakat merupakan sasaran yang dituju oleh ‘Protokol’.
Ketidakpastian, keragu-raguan, kehilangan harapan, ketakutan, semuanya
ini merupakan reaksi yang diciptakan oleh program yang diuraikan di
dalam ‘Protokol’ yang diharapkan tercapai. Kondisi masyarakat dewasa ini
merupakan bukti efektifnya program tersebut.
Pelaksanaan ajaran Talmud tentang
keunggulan kaum Yahudi yang didasarkan pada ajaran kebencian itu telah
menyebabkan penderitaan yang tak terperikan terhadap orang lain
sepanjang sejarah ummat manusia sampai dengan saat ini, khususnya di
tanah Palestina. Ajaran itu telah dijadikan dalih untuk membenarkan
pembantaian secara massal penduduk sipil Arab-Palestina. Kitab Talmud
menetapkan bahwa semua orang yang bukan-Yahudi disebut “goyim”, sama
dengan binatang, derajat mereka di bawah derajat manusia. Ras Yahudi
adalah “ummat pilihan”, satu-satunya ras yang mengklaim diri sebagai
keturunan langsung dari Nabi Adam a.s.
Beberapa kutipan yang diangkat dari
Kitab Tamud dalam uraian berikut ini merupakan dokumen asli yang
tidak-terbantahkan, dengan harapan dapat memberikan pencerahan kepada
segenap ummat manusia, termasuk kaum Yahudi, tentang kesesatan dan
rasisme dari ajaran Talmud yang penuh dengan kebencian, yang menjadi
kitab suci baik bagi kaum Yahudi Orthodoks maupun Hasidiyah di seluruh
dunia.
Beberapa Contoh Isi Ajaran Talmud
Erubin 2b, “Barangsiapa yang tidak taat
kepada para rabbi mereka akan dihukum dengan cara dijerang di dalam
kotoran manusia yang mendidih di neraka”.
Moed Kattan 17a, “Bilamana seorang
Yahudi tergoda untuk melakukan sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia
pergi ke suatu kota dimana ia tidak dikenal orang, dan lakukanlah
kejahatan itu disana”
Menganiaya seorang Yahudi Sama Dengan Menghujat Tuhan dan Hukumannya ialah Mati
Sanhedrin 58b, “Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh”.
Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya”.
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi
Baba Kamma 37b, “Jika lembu seorang
Yahudi melukai lembu kepunyaan orang Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi;
tetapi ,jika lembu orang Kanaan sampai melukai lembu kepunyaan orang
Yahudi maka orang itu harus membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”.
Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi
menemukan barang hilang milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan
kepada pemiliknya”. (Ayat ini ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma
113b),
Sanhedrin 57a, “Tuhan tidak akan
mengampuni seorang Yahudi ‘yang mengawinkan anak-perempuannya kepada
seorang tua, atau memungut menantu bagi anak-lakinya yang masih bayi,
atau mengembalikan barang hilang milik orang Cuthea (kafir)’ …”.
Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Jika seorang Yahudi
membunuh seorang Cuthea (kafir), tidak ada hukuman mati, Apa yang sudah
dicuri oleh seorang Yahudi boleh dimilikinya”.
Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”.
Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir”.
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a – 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu”.
Ajaran Gila di dalam Talmud
Gittin 69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu lalu dimakan“.
Shabbath 41a, “Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing dengan cara yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth 63a, ” … Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia berada di Sorga”.
Yebamoth 63a, “…menjadi petani adalah pekerjaan yang paling hina “.
Sanhedrin 55b, “Seorang Yahudi boleh mengawini anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)”.
Sanhedrin 54b, “Seorang Yahudi
diperbolehkan bersetubuh dengan anak-perempuan, asalkan saja anak itu
berumur di bawah sembilan tahun”.
Kethuboth 11b, “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak perempuan, tidak ada dosanya”.
Yebamoth 59b, “Seorang perempuan yang
telah bersetubuh dengan seekor binatang diperbolehkan menikah dengan
pendeta Yahudi. Seorang perempuan Yahudi yang telah bersetubuh dengan
jin juga diperbolehkan kawin dengan seorang pendeta Yahudi”.
Abodah Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada
pelacur seorangpun di muka bumi ini yang belum pernah disetubuhi oleh
pendeta Talmud Eleazar”.
Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa tidak akan ada seorang rabbi pun yang akan masuk neraka”.
Baba Mezia 59b, “Seorang rabbi telah
mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya. Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu
memenangkan debat tersebut”.
Gittin 70a, “Para rabbi mengajarkan,
‘Sekeluarnya seseorang dari jamban, maka ia tidak boleh bersetubuh
sampai menunggu waktu yang sama dengan menempuh perjalanan sejauh
setengah mil, konon iblis yang ada di jamban itu masih menyertainya
selama waktu itu, kalau ia melakukannya juga (bersetubuh), maka
anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.
Gittin 69b, “Untuk menyembuhkan penyakit
kelumpuhan campur kotoran seekor anjing berbulu putih dan campur dengan
balsem; tetapi bila memungkinkan untuk menghindar dari penyakit itu,
tidak perlu memakan kotoran anjing itu, karena hal itu akan membuat
anggota tubuh menjadi lemas “.
Pesahim 11a, “Sungguh terlarang bagi
anjing, perempuan, atau pohon kurma, berdiri di antara dua orang
laki-laki. Karena musibah khusus akan datang jika seorang perempuan
sedang haid atau duduk-duduk di perempatan jalan “.
Menahoth 43b-44a, “Seorang Yahudi
diwajibkan membaca doa berikut ini setiap hari, ‘Aku bersyukur, ya
Tuhanku, karena Engkau tidak menjadikan aku seorang kafir, seorang
perempuan, atau seorang budak belian’ “.
Inilah sebagian kecil dari ayat-ayat
hitam Talmud. Setiap hari Sabtu yang dianggap suci (Shabbath), mereka
mendaras Talmud sepanjang hari dan mengkaji ayat-ayat di atas. Mereka
menganggap Yahudi sebagai ras yang satu-satunya berhak disebut manusia.
Sedangkan ras di luar Yahudi mereka anggap sebagai binatang, termasuk
orang-orang liberalis yang malah melayani kepentingan kaum Zionis.
Pengakuan Talmud
Abodah Zarah 70a, “Seorang rabbi
ditanya, apakah anggur yang dicuri di Pumbeditha boleh diminum, atau
anggur itu sudah dianggap najis, karena pencurinya adalah orang-orang
kafir (seorang bukan-Yahudi bila menyentuh guci anggur, maka anggur itu
dianggap sudah najis). Rabbi itu menjawab, tidak perlu dipedulikan,
anggur itu tetap halal (‘kosher’) bagi orang Yahudi, karena mayoritas
pencuri yang ada di Pumbeditha, tempat dimana guci-guci anggur itu
dicuri, adalah orang-orang Yahudi”. (Kisah ini juga ditemukan di dalam
Kitab Gemara, Rosh Hashanah 25b).
Ibadah Orang Farisi
Erubin 21 b, “Rabbi Akida berkata
kepadanya, ‘Berikan saya air untuk mencuci tangan saya’. Ia menjawab,
‘Air itu tidak cukup bahkan untuk diminum, apalagi untuk membasuh
tanganmu’ keluhnya. ‘Lalu apa yang harus saya perbuat ?’ tanya seseorang
lainnya, ‘padahal engkau tahu menentang ucapan seorang rabbi diancam
dengan hukuman mati?’ ‘Saya lebih baik mati daripada menentang pendapat
kawan-kawan saya’ ” (Ritual cuci tangan ini terekam dikutuk Nabi Isa
a.s. dalam Injil Matius 15 : 1- 9).
Genosida Dihalalkan oleh Talmud
Perjanjian Kecil, Soferim 15, Kaidah 10,
“Inilah kata-kata dari Rabbi Simeon ben Yohai, ‘Tob shebe goyyim harog’
(“Bahkan orang kafir yang baik sekali pun seluruhnya harus dibunuh”).
Orang-orang Israeli setiap tahun mengikuti acara nasional ziarah ke
kuburan Simon ben Yohai untuk memberikan penghormatan kepada rabbi yang
telah menganjurkan untuk menghabisi orang-orang non-Yahudi [2].
Di Purim, pada tanggal 25 Februari 1994
seorang perwira angkatan darat Israel, Baruch Goldstein, seorang Yahudi
Orthodoks dari Brooklyn, membantai 40 orang muslim, termasuk anak-anak,
tatkala mereka tengah bersujud shalat di sebuah masjid. Goldstein adalah
pengikut mendiang Rabbi Meir Kahane, yang menyatakan kepada kantor
berita CBS News, bahwa ajaran yang dianutnya mengatakan orang-orang Arab
itu tidak lebih daripada anjing, sesuai ajaran Talmud”.[3]
Ehud Sprinzak, seorang profesor di
Universitas Jerusalem menjelaskan tentang falsafah Kahane dan Goldstein,
“Mereka percaya adalah teiah menjadi iradat Tuhan, bahwa mereka
diwajibkan untuk melakukan kekerasan terhadap ‘goyyim’, sebuah istilah
Yahudi untuk orang-orang non-Yahudi”. [4]
Rabbi Yizak Ginsburg menyatakan, “Kita harus mengakui darah seorang Yahudi dan darah orang ‘goyyim’ tidaklah sama”. [5]
Rabbi Jacov Perrin berkata, “Satu juta nyawa orang Arab tidaklah seimbang dengan sepotong kelingking orang Yahudi”.[6]
Doktrin Talmud : Orang non- Yahudi Bukanlah Manusia
Talmud secara spesifik menetapkan orang
non-Yahudi termasuk golongan binatang, bukan-manusia, dan secara khusus
menyatakan bahwa mereka bukan dari keturunan Nabi Adam a.s. Ayat-ayat
yang berkaitan itu ditemukan bertebaran di dalam Kitab Talmud, antara
lain sebagai berikut :
Kerihoth 6b, “Menggunakan minyak untuk
mengurapi. Rabbi kita mengajarkan, ‘Barangsiapa menyiramkan minyak
pengurapan kepada ternak atau perahu, ia tidak melakukan dosa; bila ia
melakukannya kepada ‘goyyim’, atau orang mati, dia tidak melakukan dosa.
Hukum yang berhubungan dengan ternak dan perahu adalah benar, karena
telah tertulis: terhadap tubuh manusia (Ibrani: Adam) tidak boleh
disiramkan (Exodus 30:32); karena ternak dan perahu bukan manusia
(Adam)’ “. “Juga dalam hubungan dengan yang meninggal (sepatutnya) ia
dikecualikan, karena setelah meninggal ia menjadi bangkai dan bukan
manusia lagi (Adam).
Tetapi mengapa terhadap ‘goyyim’ juga
dikecualikan, apakah mereka tidak termasuk kategori manusia (Adam) ?
Tidak, karena telah tertulis: ‘Wahai domba-domba-Ku, domba-domba di
padang gembalaan-Ku adalah manusia (Adam)’ (Ezekiel 34:31): Engkau
disebut manusia (Adam), tetapi ‘goyyim’ tidak disebut sebagai manusia
(Adam)’ “.
Pada ayat-ayat terdahulu para rabbi
membahas hukum Talmud yang melarang memberikan minyak suci bagi manusia.
Dalam pembahasan itu para rabbi menjelaskan bukanlah suatu dosa untuk
memberikan miyak suci itu kepada ‘goyyim’ (kaum non-Yahudi, seperti
Muslim, Kristen, dan sebagainya), karena ‘goyyim’ tidak termasuk
golongan manusia (harfiahnya: bukan keturunan Adam).
Yebamoth 61a, “Telah diajarkan:
Begitulah Simeon ben Yohai menerangkan (61a) bahwa kuburan orang
‘goyyim’ tidak termasuk tempat yang suci untuk mendapatkan ‘ohel’
(memberikan sikap ruku’ terhadap kuburan), karena telah dikatakan, wahai
domba-domba-Ku yang ada di padang gembalaan-Ku, kalian adalah manusia
(Adam)’, (Ezekiel 34:31); kalian disebut manusia (Adam); tetapi kaum
kafir ltu tldak disebut manusia (Adam)’ “.
Hukum Talmud menerangkan bahwa seorang
Yahudi yang menyentuh bangkai manusia atau kuburan (Yahudi) menyebabkan
ia ternajisi. Tetapi hukum Talmud mengajarkan, sebaliknya, jika seorang
Yahudi menyentuh kuburan orang goyyim, hal itu membuat ia tetap suci,
karena orang goyyim tidak termasuk golongan manusia (Adam).
Baba Mezia 114b, “Dia (Rabbah) berkata
kepadanya: ‘Apakah engkau bukan pendeta: mengapa engkau berdiri di atas
kuburan ? Ia menjawab: ‘Apakah guru belum mempelajari hukum tentang
kesucian? Karena telah diajarkan: Simeon ben Yohai berkata:‘Kuburan kaum
‘goyyim’ tidak menajisi. Karena telah tertulis, ‘Wahai gembalaan-Ku
gembalaan di padang rumput-Ku adalah manusia (Adam), dan ia berdiri di
atas kuburan kaum ‘goyyim’ “.
Mengingat pembuktian berdasarkan nash
Taurat (Ezekiel 34:31). disebut sampai berulang-kali pada ketiga
ayat-ayat Talmud di atas tadi, padahal dalam kenyataannya Taurat tidak
pernah menyebutkan bahwa hanya orang Yahudi saja yang termasuk golongan
manusia. Para ‘hachom’ Talmud sangat menekankan kekonyolan ajaran mereka
tentang kaum ‘goyyim’. Hal itu merupakan bukti bahwa mereka sebenarnya
adalah rasis dan ideolog anti-kaum non-Yahudi, yang dalam kebuntuan
nalarnya telah mendistorsikan ayat-ayat Taurat dalam rangka membenarkan
kesesatan mereka.
Berakoth 58a, “Shila seorang Yahudi
memberikan hukuman cambuk kepada seseorang yang telah bersetubuh dengan
seorang perempuan Mesir: Orang yang dicambuk itu pergi mengadukannya
kepada pemerintah, dan berkata: ‘Ada seorang Yahudi yang memberikan
hukuman cambuk tanpa izin dari pemerintah’. Seorang petugas
memerintahkan untuk memanggilnya (Shila). Ketika ia (Shila) tiba, ia
ditanya: ‘Mengapa engkau mencambuk orang ini?’ Ia (Shila) menjawab: ‘
Karena ia telah menyetubuhi keledai betina’ “. “Petugas itu berkata
kepadanya: ‘Apakah engkau mempunyai saksi-saksi?’ Ia(Shila) menjawab
‘Saya mempunyainya’. Kemudian (nabi) Elijah turun dari langit dalam
bentuk manusia dan memberikan bukti. Petugas itu berkata lagi kepadanya:
‘Kalau demikian halnya seharusnya orang itu dihukum mati!’ Ia (Shila)
menjawab: ‘Karena kami telah diasingkan dari negeri kami, kami tidak
mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman mati; lakukanlah
terhadapnya sesuai kehendak kalian’ “
“Ketika mereka masih mempertimbangkan
perkara itu Shila pun berteriak.• ‘Kepada-Mulah ya Tuhan Yang Maha Besar
dan Maha Kuasa’ (Kisah-kisah 29:11).
‘Apa kehendakmu? tanya petugas itu. Ia
(Shila) menjawab.• ‘Apa yang kukatakan ialah: Terpujilah Yang Maha
Pengasih yang telah menciptakan segala sesuatunya dari tanah serupa
dengan Yang di Sorga, dan telah memberikan kepadamu sekalian tempat
tinggal, dan membuat kalian mencintai keadilan’ “,
“Petugas itu berkata kepadanya (Shila).•
‘Apakah engkau sedemikian membantu kepada kehormatan pemerintah?’
Petugas itu memberi Shila sebuah tongkat dan berkata kepadanya: ‘Engkau
boleh menjadi hakim. ‘ Tatkala petugas (orang ‘goyyim’) itu telah pergi,
orang-orang yang ada disana berkata kepadanya (Shila).• ‘Apakah Yang
Maha Pengasih membuat mu’zizat bagi kaum pendusta?’. Ia (Shila) menjawab
mereka (‘goyyim’) disebut keledai? Karena telah tertulis: Daging mereka
adalah daging keledai’ (Ezekiel 23:30)
Ia (Shila) memperhatikan orang-orang itu
akan memberi-tahukan petugas-petugas itu bahwa ia (Shila) telah
menyebut mereka sebagai keledai. Maka ia (Shila) berkata.• ‘Orang itu
adalah penuntut hukum, dan Taurat telah mengatakan: Jika seseorang
datang untuk membunuhmu, bangkitlah segera dan bunuh dia lebih dahulu.
Begitulah tongkat yang diberikan
kepadanya itu dipukulkannya kepada terdakwa dan membunuhnya.’ Kemudian
ia berkata: ‘Karena sebuah mu’zizat telah terjadi melalui ayat ini, maka
aku melaksanakannya’ “.
Bagian ini terpaksa diutarakan agak
panjang, tetapi agaknya terpaksa dikutip seluruhnya untuk memperlihatkan
bagaimana kedzaliman kaum Yahudi. Sebagai tambahan bahwa nabi Elijah
sampai perlu turun dari sorga ke bumi untuk menipu mahkamah kaum goyyim,
disini Talmud mengajarkan, bahwa kaum ‘goyyim’ pada dasamya adalah
binatang, sehingga karena itu Rabbi Shila (dan nabi Elijah) sama sekali
tidaklah dapat disebut telah berdusta atau telah membuat dosa.
Ceritera itu menjelaskan bahwa sekiranya
seseorang (termasuk orang Yahudi) mengungkapkan ajaran Talmud pandangan
tentang kaum ‘goyyim’ sama dengan keledai, maka ia akan menerima
hukuman mati. Karena mengungkapkan hal itu akan membuat kaum ‘goyyim’
murka dan akan menindas agama Yahudi.
Kutipan Talmud dari kitab Ezekiel ini
merupakan “nash bukti” sangat penting, karena ayat itu menyatakan bahwa
kaum ‘goyyim’ itu termasuk golongan binatang (keledai). Ayat dari kitab
Ezekiel pada Kitab Perjanjian lama telah diubah dengan hanya mengatakan
bahwa “orang Mesir memiliki kemaluan yang besar” (sindiran – sama dengan
keledai). Hal ini tidak membuktikan atau menegaskan secara eksplisit
bahwa orang Mesir yang dirujuk oleh Taurat sarna dengan binatang. Dalam
hal ini Talmud memalsukan Taurat dengan cara mendistorsikan tafsir.
Beberapa ayat Talmud yang lain yang mengkaitkannya dengan kitab Ezekiel
23:30 yang memperlihatkan watak rasis orang Yahudi ditemukan dalam
Arakin 19b, Berakoth 25b, Niddah 45a, Shabbath 150a, dan Yebamoth 98a.
Lagipula nash aseli Sanhedrin 37a hanya mengkaitkannya dengan
persetujuan Tuhan untuk penyelamatan kaum Yahudi saja. [7]
Moses Maimonides Membenarkan Pembantaian
Begawan yang sangat dihormati, Moses
Maimonides, mengajarkan tanpa tedeng aling-aling, bahwa kaum Kristen
wajib dihabisi. Tokoh yang memberikan fatwa seperti itu memiliki
kedudukan tertinggi dalam hirarki agama Yahudi.
Moses Maimonides dipandang sebagai
penyusun hukum dan filosuf terbesar sepanjang sejarah Yahudi. Ia
acapkali dengan penuh rasa hormat disebut dengan nama Rambam, dan disapa
dengan panggilan Rabenu Moshe ben Maimon, yang artinya ‘Rabbi Kami Musa
anak Maimun”.[8]
Inilah yang diajarkan oleh Maimonides
tentang boleh tidaknya menyelamatkan nyawa kaum ‘goyyim’, atau bahkan’
orang Yahudi sekali pun yang berani menolak “inspirasi ilahiyah di dalam
Talmud’.
“Sesungguhnya bila kita melihat seorang
kafir (‘goyyim’) sedang terhanyut dan tenggelam di sungai, kita tidak
boleh menolongnya. Kalau kita melihat nyawanya sedang terancam, kita
tidak boleh menyelamatkannya.” [9]. Naskah dalam bahasa Ibrani edisi
Feldheim 1981 tentang Mishnah Torah menyebutkan hal yang sarna seperti
itu.
Dengan peringatan dari Maimonides itu,
telah diwajibkan bagi kaum Yahudi untuk tidak boleh menyelamatkan nyawa
atau memberikan pertolongan kepada seorang ‘goyyim’, ia sebenarnya
menyatakan sikap kaum Yahudi yang sebenarnya yang dibebankan oleh Talmud
terhadap kaum non-Yahudi.[10]
“Hal itu telah merupakan ‘mitvah’
(kewajiban agama) untuk , menghabisi para pengkhianat kaum Yahudi, para
‘minnim’, dan “apikorsim” dan membuat mereka jatuh ke dalam lobang
kehancuran, karena mereka telah menyebabkan penderitaan kepada kaum
Yahudi, dan menipu manusia untuk menjauh dari Tuhan, sebagaimana yang
dilakukan oleh Isa dari Nazareth dan para muridnya, dan Tzadok, Baithos
dan murid-muridnya. Semoga terla’natlah mereka”.
Komentar penerbit Yahudi itu memuat
pernyataan Maimonides bahwa Nabi Isa a.s. adalah contoh seorang ‘min’
(“pengkhianat” majemuknya ‘minnim’). Komentar itu juga menerangkan bahwa
murid-murid Tzadok, yaitu kaum Yahudi yang menolak kebenaran Talmud dan
mereka yang hanya mengakui hukum tertulis, yakni Taurat. Menurut buku
‘Maimonides’ Principles’ pada h.5, Maimonides memerlukan waktu dua-belas
tahun untuk menyimpulkan hukum dan keputusan dari Talmud, dan
mensistemasikan kesimpulannya itu ke dalam 14 jilid. Karya itu akhirnya
selesai pada tahun 1180 dan diberi judul ‘Mishnah Torah’, atau ‘Syari’at
Taurat’.
Maimonides mengajarkan pada bagian lain
dari ‘Mishnah Torah’, bahwasanya kaum ‘goyyim’ bukanlah golongan
manusia: “Hanyalah manusia (kaum Yahudi), dan bukannya perahu, yang
dapat memperoleh najis bila bersentuhan … Bangkai dari seorang ‘goyyim’
tidak menyebabkan najis bila bersentuhan dengan bayang-bayang seorang
Yahudi … seorang ‘goyyim’ tidak sampai menyebabkan penajisan; dan bila
seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau membayangi … ‘goyyim’ itu
tidak menyebabkan najis … mayat seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan
menjadi najis; dan sekiranya’” seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau
menjatuhkan bayangannya kepada mayat, ia dianggap tidak pernah
menyentuh mayat tersebut.” .[11]
Film ‘Schindlers List’ – Contoh Kebohongan Kaum Yahudi
Teks
Talmud (khususnya Talmud Babilonia) pada Sanhedrin 37a tidak mewajibkan
orang Yahudi untuk menyelamatkan nyawa orang lain, terkecuali nyawa
orang Yahudi. Moshe Maimonides memperkuat ajaran Talmud tersebut.
Tetapi, beberapa buku yang ditulis oleh orang-orang Yahudi kontemporer
(Hesronot Ha-shas) merujuk beberapa nash dari Talmud yang seolah-olah
memuat frase nilai-nilai universal, seperti, “Barangsiapa membunuh
kehidupan seseorang, hal itu sama dengan membunuh seluruh isi dunia; dan
barangsiapa memelihara kehidupan seseorang ,,, hal itu seperti ia telah
memelihara seluruh isi dunia”.
Bandingkan dengan al-Qur’an 5:32,
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu
membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”.
Namun Hesronot Ha-ash mengakui ayat-ayat
di atas tadi bukan katta-kata yang otentik dari Talmud yang asli.
Dengan kata lain, ayat-ayat bemada universal tersebut bukanlah nash
otentik dari Talmud. Jadi sekedar sebagai contoh, “versi universal” ini
yang oleh Stephen Spielberg dituangkan ke dalam filmnya ‘The Schindler’s
List’ yang terkenal itu (dan dikaitkan seolah-olah bersumber dari
Talmud pada judul maupun iklan filmnya) adalah penipuan dan merupakan
propaganda, yang dimaksudkan untuk memberikan polesan kemanusiaan kepada
Talmud, yang pada hakekatnya adalah kitab yang penuh berisi semangat
rasisme dan chauvinisme Yahudi. Dalam nash Talmud yang aseli tertulis
pada ayat yang sama, “Barangsiapa memelihara bahkan satu nyawa orang
Israeli, maka ia seperti memelihara seluruh isi dunia”. Sama seperti
ayat-ayat yang lain, Talmud yang aseli hanya membicarakan perihal
menyelamatkan orang-orang Yahudi.
Tipuan Orang Yahudi
Sanggahan para rabbi orthodoks bahwa
tidak ada bukti dokumentasi otentik tentang rasisme dan semangat
kebencian di dalam Talmud adalah bohong besar, karena di dalam Baba
Kamma 113a, menyatakan bahwa “Orang Yahudi boleh berbohong untuk menipu
kaum ’goyyim’ ‘.
The Simon Wiesenthal Center, sebuah
pusat propaganda ruhubiyah Yahudi yang didukung oleh dana multi-jutaan
dolar terpaksa memecat Rabbi Daniel Landes pada tahun 1995, karena rabbi
ini menentang ajaran dehumanisasi oleh Talmud terhadap orang
non-Yahudi. “Sikap ini benar-benar busuk”, katanya. Buktinya ? “Ya,
pernyataan-pernyataan di dalamnya”.
Berdusta untuk menipu orang ‘goyyim’
telah lama menjadi panutan di dalam agama Yahudi. Ambil contoh
sehubungan dengan debat pada abad ke-13 di Paris antara Nicholas Donin,
seorang Yahudi yang telah memeluk agama Katolik –yang oleh Hyam Maccoby
diakui mempunyai pengetahuan yang luas tentang Talmud”[12]- saat
berkonfrontasi lawan Rabbi Yehiel. Pada waktu itu Yehiel tidak sedang
berada di bawah ancaman hukuman, atau dicederai. Namun tanpa malu tetap
saja berdusta sepanjang debat tersebut.
Sebagai contoh ketika ditanya oleh Donin
apakah ada ayat-ayat yang menghujat Jesus di dalam Talmud, Yehiel
menyanggahnya. Donin, seorang ahli dalam bahasa lbrani paham benar
jawaban itu dusta maka. Ryam Maccoby, seorang komentator Yahudi mengenai
debat tersebut, yang hidup di abad ke-20, membela kebohongan Rabbi
Yehiel seperti ini, “Pertanyaan itu mungkin diajukan, apakah Yehiel
benar-benar percaya yang Jesus tidak disebut-sebut di dalam Talmud atau,
bisa juga ia mengajukan pertanyaan ini sebagai suatu tipuan yang
cerdik, untuk menciptakan keadaan mendesak Yehiel … tentu saja Rabbi
Yehiel dapat dimaafjkan bila ia tidak mengakui sesuatu yang tidak
sepenuhnya dipercayainya, dalam rangka mencegah proses tiranik yang
menghadapkan budaya dari suatu agama tertentu, terhadap agama yang
lain”.[13]
Beginilah cara orang Yahudi menyanggah
sampai dengan hari ini tentang adanya nash Talmud yang mengandung
ayat-ayat yang penuh dengan kebencian. Sebuah kata tentang “kebohongan
Yahudi diplesetkan dan disulap menjadi “dapat dimaafkan”, sementara
setiap penyelidikan terhadap kitab-kitab suci Yahudi oleh peneliti
non-Yahudi dipandang sebagai “proses tiranik”. Sementara itu serangan
kaum Yahudi terhadap kitab-kitab Injil Perjanjian Baru dan al-Qur’an
tidak pernah dianggap sebagai “proses tiranik”. Hanya kritik kaum non-
Yahudi yang dianggap tiranik, sedangkan cara mempertahankan diri bagi
orang Yahudi adalah berdusta.
Betapapun banyaknya sanggahan dan
kebohongan yang keluar dari ‘The Anti-Defamation League’ (ADL – ‘Liga
Anti-Penghinaan’ Yahudi) dan dari the Wiesenthal Center, dalam buku ini
dikutip nash-nash baik dari Talmud maupun juga dari mufassir Talmud
‚paling’ terkemuka” di mata orang Yahudi sendiri, seperti Moses
Maimonides,
Pada tahun 1994 Rabbi Tzvi Marx,
direktur pendidikan teknologi terapan pada ‘Shalom Hartman Institute’ di
Jerusalem, telah menulis semacam pengakuan yang menakjubkan tentang
bagaimana kaum Yahudi di masa yang silam telah membuat dua jenis
kumpulan kitab: kitab Talmud yang otentik sebagai bahan pelajaran bagi
para pemuda mereka di sekolah-sekolah (‘kollel’) Talmud, dan sebuah lagi
kitab Talmud yang telah “disensor dan diamendemen” yang ditujukan bagi
konsumsi para ‘goyyim’ yang tidak mengerti apa-apa. Rabbi Marx
menjelaskan bahwa versi tafsir Maimonides yang dikeluarkan untuk
konsumsi umum, tertulis misalnya, “Barangsiapa membunuh seorang manusia,
ia telah melanggar hukum”. Tetapi Rabbi Marx menyatakan, nash yang asli
berbunyi, ” Barangsiapa membunuh seorang Israeli, ia melanggar hukum”.
[14]
Buku Hesronot Ha-shas (“Yang Dihilangkan
dari Talmud”) lalu menjadi penting dalam kaitan ini. Heshronot Ha-shas
dicetak-ulang pada tahun 1989 oleh Sinai Publishing House, Tel Aviv.
Heshronot Ha-shas menjadi sangat berharga bagi kita, karena buku ini
menyusun suatu daftar panjang ayat-ayat Talmud yang diubah atau
dihilangkan, dan daftar ayat-ayat yang dipalsukan dewasa ini, yang
dibuat untuk konsumsi kaum ‘goyyim’ seolah-olah ayat-ayat itulah yang
otentik. Popper (h.58-59) menjelaskan : “Tidak selalu yang disensor itu
ayat-ayat panjang, tetapi acapkali satu kata pun dihapus. … Acapkali
dalam hal seperti itu digunakan dalam rangka penghapusan dan
penggantian”. [15]
Sebagai contoh pentarjamah versi Talmud
dalam bahasa Inggris terbitan Soncino menterjemahkan kata lbrani
‘goyyim’ dengan sejumlah kata-ganti samaran seperti, “kafir, Cuthean,
Mesir, penyembah berhala”, dan sebagainya. Tetapi sebenarnya kata-ganti
ini merujuk kepada kata-aseli ‘goyyim’ (semua yang non- Yahudi).
Pada catatan-kaki no. 5 Talmud pada
edisi Soncino dijelaskan bahwa, “Istilah orang Cuthea (Samaritan) disini
adalah untuk menggantikan kata-aseli ‘goyyim’ … “ Hal itu merupakan
praktek disinformasi yang lazim dipakai oleh kaum Farisi untuk
menyangkal adanya ayat-ayat yang rasialistik di dalam Talmud yang telah
diungkapkan terdahulu dalam buku ini, dalam rangka mengklaim bahwa
ayat-ayat itu adalah “karangan dari orang-orang yang anti-Semit”, antara
lain The Babylonian Talmud online Talmud versi Soncino dengan editor
Rabbi Dr. Isidore Epstein of Jews’ College, London. Bandingkan
penjelasan Seder ZERAIM (זרעים), MOED (מועד), NASCHIM (נשים ), NEZIKIN
(נזיקין), KODASCHIM (קדשים), TOHOROTH (טהרות) oleh Rev. I. B. Pranaitis
(Roman Catholic Priest) dalam buku The Talmud Unmasked, The Secret
Rabbinical Teachings Concering Christians
Pada tahun 1994, Lady Jane Birdwood (80
tahun), ditangkap dan diadili di depan pengadilan pidana di London,
hanya karena "Kejahatannya" menerbitkan sebuah pamflet berjudul ‘The
Longest Hatred’ (Kebencian yang Paling Lama), berisi seluruh pernyatan
kebencian di dalam Talmud yang diangkatnya dari ayat-ayat yang berisi
kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen.
Sepanjang peradilan terhadapnya dia
dituduh sebagai suatu kejahatan --sayang tidak mendapatkan perhatian
dari media massa--, bahkan seorang Rabbi yg diundang sebagai saksi ahli
pun menyanggah sepenuhnya bahwa kitab Talmud berisi ayat-ayat yang
mengundang kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen, dan hanya karena
kedudukan dan prestise rabbi tersebut, wanita tua yang malang itu
dijatuhi hukuman “tiga bulan kurungan penjara dan denda senilai $ l000″
Dr. Israel Shahak dalam bukunya berjudul
‘Jewish History and Jewish Religion’, pada bab tentang Jesus di dalam
Talmud pada h.57, dan h.105-106, menegaskan adanya ayat-ayat yang
menganjurkan kebencian dan rasisme di dalam Talmud. Mereka yang
menyangkal kenyataan ini adalah pembohong besar.
Tanggapan Dunia ‘Judeo-Kristen’ terhadap Talmud
Dewasa ini ada persekongkolan yang kuat
antara dunia Kristen dan Yahudi. Anehnya di era modern ini tidak ada,
bahkan tidak pernah ada, para Paus, Katolik serta tokoh-tokoh gereja
Protestan yang menyerang atau mengecam ajaran rasisme di Talmud, atau
kebencian mendarah-mendaging terhadap Kristen dan kaum ‘goyyim’ (muslim
dan lain-lain) yang diajarkannya. Malah sebaliknya para pimpinan gereja
Kristen, baik Katolik maupun Protestan, menganjurkan kepada para
pengikut Jesus Kristus untuk mentaati, menghormati, bahkan membantu
pengikut Talmud. Oleh karena itu kesimpulan kita tidak lain, para
pemimpin gereja Katolik dan Protestan dewasa ini sebenarnya adalah
pengkhianat paling nyata terhadap Jesus Kristus di muka bumi dewasa ini
(periksa Perjanjian Baru Matius 23:13-15; I Thessalonika 2:14-16; Titus
1:14; Lukas 3:8-9; dan Kitab Wahyu 3:9).
Kaum Non-Yahudi adalah ‘Sampah’
Semua orang non-Yahudi dari segala ras
dan agama apa pun menurut Talmud adalah super-sampah’, begitu menurut
pendiri Habad-Lubavitch, Rabbi Shneur Zalman. Analisanya ditemukan di
dalam majalah Yahudi ‚The New Republic’, yang dalam analisisnya
menyatakan bahwa, “… ada ironi besar dalam pandangan universalisme
messianik yang baru pada gerakan Habad khususnya pandangannya tentang
kaum ’goyyim’ yakni pernyataan Habad yang tanpa tedeng aling-aling
berisi penghinaan bernada rasial terhadap kaum ‘goyyim ‘. …berdasarkan
pendapat para theolog Yahudi pada abad pertengahan – terutama sekali
pemikiran penyair dan filosuf Judah Ha-Levi pada pada abad ke-12 di
Spanyol, dan tokoh mistik Yahudi Judah Loewe pada abad ke-16 di Praha –
mereka mencari ketetapan mengenai keunggulan kaum Yahudi berdasarkan ras
dan bukannya pada keunggulan kerohanian … menurut pandangan mereka,
secara mendasar kaum Yahudi itu lebih unggul atas ras mana pun, dan
mengenai hal itu ditegaskan berulangkali dalam bentuk yang sangat
ekstrim oleh Shneur Zalman dari Lyadi.
Pendiri Lubavitcher-Hasidisme itu
mengajarkan, bahwa ada perbedaan hakiki antara jiwa orang Yahudi dengan
jiwa kaum ‘goyyim’, bahwasanya hanyalah jiwa orang Yahudi yang di
dalamnya terdapat dan memancarkan cahaya kehidupan ilahiyah. Sedangkan
pada jiwa kaum ‘goyyim’, Zalman selanjutnya menyatakan, “sama sekali
berbeda, karena terciptanya memang lebih inferior. Jiwa mereka
sepenuhnya jahat, tanpa mungkin diselamatkan dengan cara apa pun.”
Akibat rujukan tentang kaum ‘goyyim’
menurut ajaran Rabbi Shneur Zalman, tanpa kecuali menyebabkan adanya
penyakit dalam jiwa mereka. Dzat darimana jiwa kaum ‘goyyim’ terbuat
penuh dengan “sampah” rohani. Itulah sebabnya mengapa jumlah mereka
lebih banyak daripada kaum Yahudi, karena jumlah gabah lebih banyak
daripada berasnya. Semua kaum Yahudi secara hakiki baik, dan semua kaum
‘goyyim’ secara hakiki jahat.
“Karakterisasi kaum ‘goyyim’ yang
dinyatakan secara hakiki jahat dan dari segi kerohanian maupun biologis
lebih inferior dari kaum Yahudi, belum pernah diralat dalam ajaran Habad
masa kini”.[16]
Syari’at Yahudi Menuntut bahwa Kaum Kristen Wajib Dihukum Mati
Para ulama Taurat menetapkan, bahwa,
“Taurat mewajibkan bahwa ummat yang benar akan mendapatkan tempatnya di
Hari Kemudian. Tetapi, tidak semua kaum ‘goyyim’ akan memperoleh
kehidupan yang abadi meskipun mereka taat dan berlaku shaleh menurut
agama mereka … Dan meskipun kaum Kristen pada umumnya menerima Kitab
Perjanjian Lama Ibrani sebagai kitab yang diwahyukan dari Tuhan, namun
mereka (disebabkan adanya kepercayaan pada apa yang disebut mereka
ketuhanan pada Jesus) sebenarnya kaum Kristen adalah penyembah berhala
menurut Taurat, oleh karena itu patut dihukum mati, dan mereka kaum
Kristen itu sudah dipastikan tidak akan memperoleh ampunan di Hari
Kemudian.”
Takhayul Kaum Yahudi
Bukanlah mengada-ada bila edisi Talmud
Babilonia dipandang sebagai kitab suci Yahudi yang paling otoritatif.
Karena orang Kristen terperdaya oleh para pengkhotbah Yahudi, maka para
Paus kian hari kian percaya dan meminta fatwa kepada rabbi Yahudi
sebagai “nara sumber yang shahih” untuk mendapatkan keterangan bila
berkaitan dengan kitab Perjanjian Lama, yang tanpa mereka sadari
berkonsultasi dengan para okultis (juru-ramal).
Yudaisme adalah agama kaum Farisi dan
para pendeta Babilonia, yang menjadi sumber ajaran Talmud dan Qabala,
yang di kemudian hari membentuk agama Yudaisme. Kitab suci Yudaisme
Orthodoks lainnya, seperti ‘Kabbalah’, isinya penuh dengan ajaran
tentang astrologi, ramal-meramal, gematria, nekromansi (sihir), dan
demonologi (ilmu hitam).
Jika seorang Yahudi ingin bertaubat ia
cukup mengangkat seekor ayam, membaca mantera untuk keperluan itu, dan
mengibas-kibaskannya di atas kepalanya untuk memindahkan dosa- dosanya
kepada ayam tersebut. Yang dapat kita katakan mengenai hal ini tidak
lain adalah takhayul dalam arti yang sebenar-benarnya. Selanjutnya
lambang Israel yang mereka sebut sebagai “bintang Nabi Daud” sama sekali
tidak ada sangkut pautnya dengan Nabi Daud a.s. Bintang itu adalah
hexagram (bersudut enam) supranatural yang melambangkan yantra dari
androgen (kelenjar yang memberikan karakteristik pada kaum laki-Iaki),
yang dihubungkan dengan para Khazar Bohemia pada abad ke-14.
Penyesatan publik dengan penggunaan nama
“negara Israel” yang didirikan pada tahun 1948, merupakan buah hasil
persekongkolan antara kaum Bolshevik-Yahudi dengan kaum Zionis yang
atheis; nama itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kelanjutan kerajaan
Nabi Daud, tetapi dikukuhkan melalui pcngakuan pertama di PBB yang
diberikan oleh diktator komunis Uni Sovyet Joseph Stalin).
Kaum Kristen akan lebih terbuka matanya
bila berkunjung ke komunitas Yahudi Hasidik menonton acara ‘Purim’,
dimana sebuah patung serupa Halloween meloncat-loncat (seperti
‘jailangkung’). Meskipun upacara ‘Purim’ itu merujuk kepada Kitab Esther
yang disebutkan sebagai nash dasarnya, dalam prakteknya upacara ‘Purim’
tidak lain adalah sebuah tradisi kaum kafir Bacchan.[17]
Para rabbi orthodoks menggunakan
kutukan, mantra, imej, dan sebagainya, yang mereka anggap lebih besar
kuasanya dari kuasa Tuhan. Kesesatan itu mereka ambil dari ajaran Sefer
Yezriah, (sebuah buku tentang ilmu sihir kaurn Qabalis). Kaum non-Yahudi
dapat menyaksikan ulangan perilaku paganisme Babilonia kuno setiap kali
mereka mengamati ritual para rabbi agama Yudaisme.[18]
Dengan mengetahui ajaran Talmud yang
menjadi dasar konstitusi prinsip, dan arah kebijakan negara dan
pemerintah Israel, mudah dipahami mengapa negara Israel sangat arogan
dengan kebuasan yang melebihi Nazi Jerman.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan