AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

Khamis, 2 Oktober 2014

Perbandingan Aqidah Islam, Kapitalisme -Sekularisme dan Sosialis - Komunis Dan Mabda'nya

بسم الله الرحمن الر حيم
إن الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران – الآية:  102
 

OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

Perbandingan Aqidah Islam, Kapitalisme -Sekularisme dan Sosialis - Komunis Dan Mabda'nya


Akidah yang sahih adalah akidah yang dibangun berdasarkan akal, sesuai dengan fitrah manusia dan naluri beragamanya. Dibangunnya akidah berdasarkan akal, artinya tidak mencukupkan hanya pada perasaan, tetapi juga pada bukti-bukti yang terindra. Bukti-bukti tersebut berasal dari dalam ataupun dari luar diri manusia, serta dari alam kehidupan, hewan, atau dari bintang-bintang dan benda angkasa lainnya. Kesesuaian akidah dengan fitrah dan naluri beragama, artinya tidak mengabaikan naluri yang ada pada manusia. Di samping itu, bahwasanya penampakan dan kecenderungan naluri ini membutuhkan pengaturan. Apabila tidak diatur, kehidupan manusia akan rusak dan sengsara. Contohnya, naluri beragama yang tidak mampu membuat aturan untuk mengatur dirinya dan tatacara beribadah, serta tidak bisa menentukan siapa yang berhak untuk disembah.

Mabda’ atau ideologi dibangun di atas akal (pemikiran) dan bukan pada asas materi dan kompromi. Pertanyaannya sekarang, materi apa yang mungkin dijadikan landasan akidah? Apakah ada saat ini mabda’ yang dibangun berdasarkan materi? Apa yang dimaksud dengan metode kompromi? Lalu, adakah mabda’ yang dibangun berdasarkan metode kompromi di dunia saat ini?

Dunia saat ini dipenuhi dengan berbagai pemikiran, pendapat, dan juga keyakinan. Di antaranya ada yang berhubungan dengan langit (ajaran samawi); ada yang berhubungan dengan bumi (ajaran buatan manusia); serta ada yang menggabungkan antara ajaran langit dan bumi dengan berbagai bentuknya. Pembahasan kita terfokus pada pemikiran yang menyeluruh, yaitu pemikiran yang memberikan penafsiran tentang segala yang ada di dunia ini. Yaitu, yang terdiri dari manusia, alam semesta, dan kehidupan; realitas yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini; serta hubungan semuanya dengan realitas yang ada sebelum dan sesudah kehidupan.

Dengan pemikiran seperti ini, akan menjawab pertanyaan manusia dari mana dia berasal, ke mana dia akan kembali, serta kaitan di antara keduanya. Penafsiran atau jawaban terhadap pertanyaan tersebut memberikan kaidah (landasan) berpikir bagi manusia untuk mengatur pemikiran dan pemahaman dalam kehidupannya. Kita tidak akan membahas jauh pemikiran-pemikiran parsial yang mencoba menafsirkan beberapa aspek kehidupan. Hal ini sebagaimana dalam ajaran Budha yang menempatkan aspek ruhani dan tatacara keagamaannya sebagai perantara untuk keluhuran individu manusia, tanpa memperhatikan kemajuan masyarakat. Selain itu, sebagaimana yang dilakukan oleh penganut Hindu berupa pengagungan pada sapi dan sibuk dengan membeda-bedakan masyarakat dalam kasta-kasta.

Ini contoh-contoh pemikiran parsial yang berhubungan dengan bentuk apa yang ada di langit. Adapun contoh pemikiran yang menolak hubungan dengan langit, seperti halnya aliran wujûdiyah (eksistensialisme) yang memandang adanya manusia seperti gambaran adanya alam keseluruhan, serta menolak pengakuan terhadap naluri beragama pada manusia dan sifat manusia yang membutuhkan yang lain bagaimanapun keadaannya. Seperti paham utopia (kemustahilan) yang memandang, ketika terlepasnya seluruh ikatan kehidupan dan hubungan sosial masyarakat, terdapat asas terbentuknya individu dan masyarakat. Pada hakikatnya hal ini merupakan respon dari pemikiran materialis, serta hawa nafsu yang melanda masyarakat Timur dan Barat.

Saat ini kita kesampingkan pemikiran-pemikiran parsial yang tidak akan pernah beranjak pada derajat mabda’, serta kita akan melihat pemikiran mabda’. Mabda yang ada di dunia saat ini tidak lebih dari tiga, yaitu mabda’ Kapitalisme Demokrasi di dunia Barat dalam bentuk negara, kemudian mabda’ ini diikuti oleh negara-negara di dunia Timur; mabda’ Sosialisme Komunisme; dan mabda’ Islam. Mengapa urutannya demikian? Karena disesuaikan dengan mabda’ mana yang lebih dominan diterapkan di dunia saat ini. Kapitalisme sebagai sebuah negara telah menguasai dunia hingga negeri-negeri Sosialis bertekuk lutut karenanya, bahkan pemikiran mereka telah tercerabut. Adapun mabda’ Islam tak satupun negara di dunia ini yang menerapkannya. Kita hanya menemukan beberapa bagian telah terhapus karena berbagai bentuk bujuk rayu terhadap masyarakatnya, sebagaimana kita mendapati pula sebagian masyarakat yang lain mengumumkan perang terhadap Islam dengan bentuk lain dan slogan-slogan lain.

Sekarang akan kita dalami kemunculan masing-masing dari ketiga mabda’ tersebut. Kita akan membahasnya dengan cara membandingkan kaidah-kaidahnya, tatacara mencapai kepemimpinan berpikir di masyarakat, dan pengaturan aspek kehidupan dengan syariatnya. Dimulai dengan mabda’ yang lebih banyak bahaya dan pengaruhnya di dunia sekarang, yaitu mabda’ Kapitalisme Demokrasi. Dari mana asalnya penamaan mabda’ ini? Kita dapati nama mabda’ ini berasal dari fakta pemaksaan akidah mabda’ ini kepada masyarakatnya. Yaitu, munculnya kelompok orang yang memiliki kekayaan (kapital) dan dominasi mereka atas masyarakat. Akan tetapi, bagaimana lahirnya akidah ini dan bagaimana akidah ini dapat menimbulkan dominasi pada masyarakat dan dunia?

Pada masa lalu, para penguasa Eropa dan Rusia menjadikan agama sebagai alat untuk menguasai dan mengeksploitasi masyarakat melalui kaki tangan mereka, yaitu kaum agamawan (rijâluddîn). Kita tidak lupa dengan terjadinya peperangan yang berlarut-larut di antara mereka. Pada saat itulah, banyak dari filsuf dan ilmuwan mengingkari agama sama sekali, serta ada pula di antara mereka yang berpendapat untuk memisahkan agama dari kehidupan dan dari penataan urusan kehidupan.

Pada akhirnya, mereka menyepakati ide untuk menjauhkan agama agar tidak turut campur dalam urusan kehidupan. Kesepakatan ini mengantarkan pada pemisahan agama dari negara sebagai lembaga yang berwenang mengatur kehidupan. Masalah ini selesai dengan kesimpulan mengabaikan agama dan tidak dibahas apakah agama diakui atau tidak karena pembahasan dibatasi dengan keharusan memisahkan agama dari kehidupan.

Akan tetapi, mengapa ide pemisahan agama dari kehidupan (Sekularisme) ini dianggap sebagai jalan tengah? Karena pemikiran ini mencoba mendamaikan kaum agamawan (para pendeta Nasrani)—yang menginginkan segala sesuatu tunduk pada mereka dengan dalih agama— dengan para filsuf dan kaum intelektual—yang menolak agama dan kekuasaan kaum agamawan.

Ide sekular ini mengakui adanya agama, tetapi menolak campur tangannya dalam menata kehidupan. Maksud dari pengakuan ini adalah mereka mengakui adanya Pencipta alam semesta sebagaimana mereka mengakui adanya Hari Kiamat, yang berarti ide ini pun mengakui apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Karena itu, ide ini menjadi akidah yang mencakup pemikiran dasar tentang kehidupan dan pemikiran cabang untuk menyelesaikan problem kehidupan yang dibangun di atas akidahnya.
Sekarang, bagaimana lahirnya akidah Sosialisme? Akidah ini lahir dari hasil berpikir para intelektual yang ternama di Eropa, di antaranya adalah Hegel, Karl Marx, dan Lenin. Mereka menolak agama dan kekuasaan pendeta Nasrani, mereka tidak melihat adanya jalan tengah (kompromi) untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Akhirnya, mereka mengakhiri pemikiran memisahkan agama dari kehidupan dan dari negara. Kemudian, mereka hanya mempunyai pendapat bahwa kehadiran agama harus ditolak. Hal ini berarti mereka menolak realitas yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia.

Mereka hanya melihat kehidupan ini sebagai materi yang terdiri dari manusia, alam semesta, dan kehidupan. Materi adalah asal dari segala sesuatu, serta evolusi materi akan mewujudkan segala sesuatu. Ini berarti mereka menolak adanya Pencipta sesuatu yang ada dan mengingkari aspek ruhani pada segala sesuatu itu. Mengakui adanya aspek ruhani—menurut mereka—berbahaya bagi manusia, mereka meyakini agama adalah candu bagi masyarakat, sebagaimana yang dikatakan oleh Marx, dan atas dasar inilah akidah Sosialisme ditegakkan.

Dengan demikian, materi adalah dasar pemikiran bagi mereka karena proses berpikir menurut mereka adalah refleksi materi (benda) pada otak, tidak lebih dari itu. Evolusi materi dianggap merupakan penyebab dari segala sesuatu yang ada. Mereka mengingkari adanya Pencipta dan Hari Kiamat. Materi itu azali sehingga kehidupan dunia ini hanya untuk kehidupan itu saja. Di atas pemikiran seperti inilah, dibangun seluruh pemikiran cabang dan aturan kehidupan mereka.

Ide Sosialisme ini bukan filsafat khayali, tetapi sebuah mabda’ dan kenyataannya dianut oleh banyak negara, seperti Uni Soviet sebagai negara adidaya di masa lalu yang menunjukkan kekuatannya di dunia. Sayangnya, mereka tidak memperhatikan faktor terjadinya kehancuran negaranya sehingga bukan saja hancur, namun terpisah menjadi negeri-negeri lebih kecil yang akhirnya tidak menganut Sosialisme, tetapi menganut ide Kapitalisme Demokrasi.

Bagaimana dengan lahirnya Akidah Islam? Akidah Islam datang dari wahyu Allah Swt yang disampaikan kepada Rasul-Nya Muhammad saw Allah Swt memerintahkan Muhammad untuk menyampaikan risalah Islam ini kepada seluruh manusia, yang diawali dengan bangsa Arab—dan risalah ini turun dengan menggunakan bahasa mereka, kemudian diakhiri dengan seluruh wilayah di dunia. Mereka tidak saja mengamalkan risalah ini, tetapi juga terikat untuk meneladani Muhammad dalam dakwah dan penerapan Islam. Kalimat Syahadat, ‘Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah’ yang berarti tidak ada sesembahan yang hak selain Allah Swt meniscayakan ketaatan kepada-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana wajib pula mengaitkan segala aktivitas dengan risalah yang dibawa oleh Muhammad saw

Hal ini berarti adanya kehidupan ini karena adanya Pencipta yang juga Pengatur kehidupan ini, lalu Dia akan membangkitkan manusia pada Hari Kiamat untuk membalas setiap jiwa terhadap apa yang diyakini dan dilakukannya. Dengan demikian, Islam memandang bahwa kehidupan dunia ini ada yang telah menciptakannya dan juga mengaturnya. Hubungan kehidupan ini dengan Pencipta adalah, Dia (Allah Swt) telah menciptakan kehidupan dan mengatur segala urusan-Nya. Adapun hubungan dunia ini dengan sesudahnya, yaitu Hari Kiamat adalah adanya balasan bagi semua keyakinan dan perbuatan. Dengan kenyataan seperti ini, Akidah Islam adalah akidah praktis yang memberikan solusi bagi semua problem kehidupan dan tentu saja Akidah Islam adalah akidah ideologis.

 
 
 
 
 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan