بسم الله الرحمن الر حيم
إن
الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران
– الآية: 102
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
Antara syiah dan wahhabi
Sangat menarik mencari persamaan mapupun perbedaan antara kaum Wahabi (Salafi) dengan Kaum Syiah.
Syiah dan Wahhabi sama-sama tidak mengikuti Imam Mazhab yang empat.
Kedua-duanya terhasut oleh kaum Zionis Yahudi bahwa pintu ijtihad masih
terbuka luas sehingga bagi mereka tidak patut mengikuti Imam Mazhab yang
empat dan mereka disibukkan dengan mengulang kembali apa yang telah
dilakukan oleh Imam Mazhab yang empat namun mereka belum berkompetensi
sebagai Imam Mujtahid Mutlak.
Kaum Wahabi (salafi) merasa telah mengikuti Salafush Sholeh namun
kenyataannya mereka hanyalah mengikuti para ulama yang mengaku-aku
mengikuti Salafush Sholeh namun tidak bertemu atau bertalaqqi (mengaji)
dengan Salafush Sholeh. Mereka tidak sejalan dengan Imam Mazhab yang
empat yang bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh
Kaum Syiah merasa telah mengikuti Imam Ahlul Bait namun kenyataannya
mereka hanyalah mengikuti para ulama yang mengaku-aku mengikuti Imam
Ahlul Bait namun mereka tidak sejalan dengan apa yang disampaikan oleh
Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far
Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina
Husain ra bin Sayyidina Ali ra untuk mengikuti Imam Mazhab yang empat
yang bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh
Persamaan lainnya,
Sepanjang sejarah kaum Syiah tidak terlihat mereka mengarahkan
tentaranya dan menembakkan banyak butir peluru ke Zionis Yahudi Israel
bahkan sebaliknya kaum syiah lebih banyak menorehkan darah kaum muslim.
Begitupula sepanjang sejarah kaum Wahhabi tidak terlihat mereka
mengarahkan tentaranya dan menembakkan banyak butir peluru ke Zionis
Yahudi Israel, bahkan sebaliknya mereka bekerjasama dengan Amerika yang
merupakan representatif kaum Zionis Yahudi sehingga Amerika secara tidak
langsung terbantu untuk membeli peluru dan menembakkannya kepada kaum
muslim diberbagai belahan dunia.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang untuk membunuh
manusia yang baru saja bersyahadat apalagi membunuh manusia yang telah
bersyahadat, muslim yang taat, taat mengerjakan sholat, zakat, puasa,
bahkan telah melaksanakan ibadah haji, mereka melaksakan
kewajiban-kewajiban yang ditetapkan Allah, menjauhi hal-hal yang
diharamkan-Nya, menyebarkan dakwah, mendirikan masjid, dan menegakkan
syi’ar-syi’ar-Nya
Rasulullah lalu bertanya: ‘Kenapa kamu membunuh orang yang telah
mengucapkan Laa Ilaaha Illaahu? ‘ Aku menjawab, Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya lelaki itu mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang.
Rasulullah bertanya lagi: Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu
tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak? Rasulullah
terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku
berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu. (HR Muslim 140)
Dia berkata, ‘Dan kami saat itu diberitahukan peristiwa Usamah bin
Zaid, yang mana ketika dia telah mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang
musyrik itu mengucap, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali
Allah’, namun dia tetap saja membunuhnya. Maka Basyir pun mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengadukan dan menanyakan hal
itu kepada beliau. Dia menceritakannya kepada beliau dan apa yang
diperbuat oleh lelaki tadi. Maka beliau pun memanggil Usamah dan
menanyainya, ‘Kenapa kamu membunuhnya? ‘ Dia menjawab, ‘Wahai
Rasulullah, dia telah melukai kaum muslimin, dia telah membunuh si fulan
dan si fulan, dan dia menyebutkan sebuah nama kepadanya, dan sungguh
telah menyimpan dendam terhadapnya, namun ketika dia melihat pedangku
ini, dia mengucap, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali
Allah’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi: ‘Apakah
kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya, ‘Ya.’ Beliau bertanya
lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak
ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘
(HR Muslim 142)
Dari buku berjudul “Api Sejarah”, karya Ahmad Mansur Suryanegara yang
diterbitkan Salamadani Pustaka Semesta, cetakan I Juli 2009 pada
halaman 167 dapat kita ketahui bahwa gerakan Zionisme dalam gerakan
politiknya ada dua langkah kerjasama yakni
1. Di Turki, dengan mendukung Kemal Pasha (Yahudi) menumbangkan
kesultanan Turki, 1924 M untuk membebaskan Palestina dari kesultanan
Turki
2. Di Arabia, bekerjasama dengan Raja Ibnu Saud , sekte Wahhabi.
Kerajaan Protestan Anglikan, Inggris berhasil menumbangkan kerajaan
Arabia dari kekuasaan Raja Husein ataupun putra Raja Ali, Ahlus sunnah
wal Jama’ah yang mengklaim batas wilayah Arabia meliputi Palestina dan
Syiria bekas wilayah kekuasaan kesultanan Turki. Klaim atas kedua
wilayah tersebut menjadikan Raja Husein dan putranya Raja Ali,
dimakzulkan. Kemudian, kedua raja tersebut minta suaka di Cyprus dan
Irak.
Kelanjutan dari kerjasama tersebut, Kerajaan Protestan Anglikan
Inggris mengakui Abdul Aziz bin Saudi (sekte Wahabi) sebagai raja
Kerajaan Saudi Arabia yang tidak mengklaim wilayah Palestina dan Syria
sebagai wilayah Saudi Arabia.
Keberhasilan kedua kerjasama ini, memungkinkan berdirinya negara
Israel, sesudah perang dunia II, 1939-1945M, tepatnya 15 Mei 1948
Kaum Wahabi adalah kaum yang mengikuti pemahaman ulama Muhammad bin
Abdul Wahhab berasal dari Kabilah Banu Tamim, lahir 1115 H., wafat tahun
1206 H.
Dari halaman 169
“Amerika Serikat, jauh sebelum meletusnya perang Padri, 1821-1837 M,
sudah mengadakan kontak dagang dengan Indonesia di Agam Sumatra Barat.
Kedatangan Amerika serikat menimbulkan kelompok Wahabi kuat
perekonomiannya. Namun, kolonial Belanda berusaha meniadakan pengaruh
Amerika Serikat di Sumatra Barat, dengan menggunakan potensi kaum adat
melawan Wahabi dalam Perang Padri yang berlangsung selama 17 tahun.”
Pada 1821 – 1837 M, pecah Perang Padri di Sumatra Barat yang dipimpin
oleh Imam Bondjol. Perang ini terjadi sebagai dampak dari provokasi
Belanda untuk menutup kontak dagang Amerika Serikat dan Inggris yang
melakukan pendekatan dengan masyarakat Sumatera Barat mempergunakan
paham sekutunya yakni paham Wahabi.
Jadi dapat kita pahami ternyata perang padri akibat dari keinginan
kolonial Belanda hendak menutup kontak dagang sekutu kerajaan dinasti
Saudi yakni Amerika Serikat dan Inggris.
Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz telah menyatakan bahwa mereka ada hubungan dengan kaum Yahudi.
King Faisal Al Saud bin Abdul Aziz at that time could not deny his
family’s kindred with the jews when he declared to the Washington Post
on Sept. 17, 1969 stating:
“We, the Saudi Familiy, are cousins of the Jews: we entirely
disagree with any Arab or Muslem Authority which shows any antagonism to
the Jews; but we must live together with them in peace. Our country
(Arabia) is the fountain head from where the first Jew sprang, and his
descendants spread out all over the world.”.
Terjemahan:
Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz pada saat itu tidak menyangkal
keluarganya adalah keluarga dengan Yahudi sebagaimana yang dia ungkapan
pada Washington Post pada 17 September 1969 yang menyatakan:
“Kami, Keluarga Saudi, adalah saudara sepupu dari orang-orang
Yahudi: kita sama sekali tidak setuju dengan penguasa Arab atau Muslim
yang menunjukkan sikap permusuhan kepada orang Yahudi, tetapi kita harus
hidup bersama dengan mereka dalam damai. Negara kami (arabia) adalah
sumber awal Yahudi dan nenek moyangnya, lalu menyebar keseluruh dunia“
Namun sepanjang riwayat penguasa dinasti Saudi, Raja Faisal bin Abdul
Azis sajalah yang telah membuktikan syahadatnya dengan menjauhi
laranganNya, dengan tidak menjadikan Amerika yang merupakan
representatif kaum Zionis Yahudi sebagai teman kepercayaan, penasehat,
ataupun sebagai pelindung.
Setelah resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan pendirian
Israel, Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak ayahandanya
supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu
ditolak.
Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran Faisal dilantik menjadi
pemerintah sementara. Pada tanggal 2 November 1964, ia dilantik menjadi
raja setelah Raja Saud di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.
Raja Faisal melakukan banyak reformasi sewaktu menjadi raja,
diantaranya adalah memperbolehkan anak-anak perempuan bersekolah,
televisi, dan sebagainya. Usahanya ini mendapat tentangan dari berbagai
pihak karena perkara-perkara ini dianggap bertentangan dengan Islam. Ia
berasa amat kecewa saat Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun
1967.
Pada tahun 1973, Raja Faisal memulai suatu program yang bertujuan
untuk memajukan kekuatan tentara Arab Saudi. Pada tanggal 17 Oktober
1973, ia menghentikan ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat yang
menyebabkan harga minyak di Amerika Serikat melambung tinggi. Hal ini
dilakukan untuk mendesak Amerika Serikat agar menekan Israel keluar dari
wilayah Palestina.
Namun kenyataan yang “tampak” kemudian adalah pada tanggal 25 Maret
1975, Raja Faisal ditembak mati oleh anak adiknya, yaitu Faisal bin
Musad. Beberapa analisa mengatakan pembunuhan ini ada dalam pengaturan
kaum Zionis Yahudi.
Sedangkan para penguasa dinasti Saudi pada zaman sekarang tampak
belum dapat membuktikan syahadat mereka karena mereka tidak mentaati
larangan Allah Azza wa Jalla. Mereka telah menjadikan Amerika yang
merupakan representatif kaum Zionis Yahudi sebagai teman kepercayaan,
penasehat maupun pelindung.
Firman Allah Azza wa Jalla, yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai
apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan
apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya” , (QS Ali Imran, 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak
menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila
mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka
menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci
terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena
kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum
yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan
kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk
menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:1)
Amerika yang merupakan sosok representatif dari kaum Zionis Yahudi,
sebagaimana sutradara film Holywood, membutuhkan sosok “musuh” dan
“sahabat” untuk mencitrakan diri mereka sebagai hero, pahlawan bagi
manusia di muka bumi. Istilah orang periklanan, “nggak ada loe nggak
rame“.
Kaum Zionis Yahudi ”mengarahkan” kaum Syiah khususnya yang membenci
para Sahabat, sebagai “musuh” bagi kaum Zionis Yahudi dengan tujuan
sebagai alasan untuk membunuh kaum muslim.
Kaum Zionis Yahudi ”mengarahkan ” kaum wahhabi sebagai “sahabat” bagi
kaum Zionis Yahudi dengan tujuan untuk melancarkan atau tidak
menghalangi kaum Zionis Yahudi untuk membunuh kaum muslim.
Pengarahan, pengaturan atau “Getting things done through other
people” yang dilakukan oleh Amerika bertujuan untuk melaksacanakan
cita-cita mereka yang dinamakan “The New World Order”, NWO, tatanan
dunia baru. Dunia dalam tatanan atau pengaturan Amerika yang
dibelakangnya kaum Zionis Yahudi, sebagai pemimpin manusia di muka bumi.
Dengan penguasaan mereka dalam militer, farmasi dan bidang-bidang
lainnya, mereka merasa berhak menentukan mana manusia yang berhak hidup
maupun mati. Hal ini telah mereka perlihatkan ketika mereka melenyapkan
ras suku Indian dari benua Amerika. Ditengarai Amerika melakukan
pemusnahan masal dan perang biologi melalui penyebaran kuman-kuman dan
penyakit-penyakit terhadap penduduk asli, suku Indian.
Beberapa data yang tertuang dalam The Atlas of the North American
Indian, and the Conspiracy of Pontiac and the Indian War after the
Conquest of Canada, menunjukkan bahwaJenderal Amherts, telah
“menyetujui” pendistribusian selimut dan sapu tangan yang telah
terkontaminasi bibit cacar untuk digunakan sebagai alat perang wabah
penyakit terhadap Indian Amerika. Bahkan ada bukti tertulis berupa surat
yang ditulis sendiri oleh Jeffrey Amherst. Dalam suratnya kepada
Kolonel Henry Bouquet, Komandan angkatan bersenjata Inggris, Jenderal
Amherts bertanya : “Tidak bisakah diatur suatu cara bagi pengiriman
bibit campak kepada suku-suku Indian yang tidak menyenangkan itu? Dalam
hal ini kita harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat mengurangi
jumlah mereka.” Bouquet menjawab, “Saya akan mencoba untuk menularkan
penyakit tersebut kepada mereka melalui selimut-selimut yang akan jatuh
ke tangan mereka dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak ikut
tertular.”.
Bagi kaum Zionis, manusia yang paling pandai atau paling unggul
adalah Tuhan dan berhak memimpin serta mengatur kehidupan seluruh
manusia di muka bumi. Bagi mereka Tuhan kaum beragama hanyalah persepsi
akal manusia belaka. Naudzubillah min zalik.
Penguasa negeri kaum Wahhabi, kaum beragama namun penguasa kerajaan
dinasti Saudi pada hakikatnya membantu secara tidak langsung Amerika
yang dibelakangnya kaum Zionis Yahudi untuk membeli peluru-peluru untuk
membunuh kaum muslim diperbagai belahan dunia. Bantuan tersebut didapati
dari hasil pertambangan negara pemerintahan kerajaan dinasti Saudi.
Bantuan-bantuan lainnya diperoleh Amerika dari penguasa-penguasa negeri
yang muslim lainnya seperti dari penguasa negara kita sendiri yang
diperoleh dari hasil tambang minyak bumi dan tamban-tambang lain seperti
di freeport dll.
Salah satu tanda akhir zaman adalah sebagaimana yang disampaikan hadits berikut
Dari Ibnu Umar Ra. ia berkata: “Pada satu ketika dibawa ke hadapan
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sepotong emas. Emas itu adalah
emas zakat yang pertama sekali dibawa oleh Bani Sulaim dari pertambangan
mereka. Maka sahabat berkata: “Hai Rasulullah! Emas ini adalah hasil
dari tambang kita”. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab,
“Nanti kamu akan dapati banyak tambang-tambang, dan yang akan
menguasainya adalah orang-orang jahat. (HR. Baihaqi)
Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga
kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling
mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu akan
melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan
menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh
yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut
merasakan sakitnya).” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)
Ketika kaum muslim di suatu negara diperangi oleh kaum Zionis Yahudi
maka sebaiknya semua penguasa negeri yang mengaku muslim merasakan
sebagai keadaan perang juga sehingga dapat menghentikan segala bentuk
kerjasama yang dapat memberikan kekuatan finansial bagi kaum Zionis
Yahudi.
Seharusnya dari kolaborasi antara ulama kaum Wahhabi dengan umaro /
penguasa kerajaan dinasti Saudi yang di amanahkan sebagai pelayan dua
tanah suci , mencontohkan atau meneladankan untuk menghentikan segala
bentuk kerjasama yang dapat memberikan kekuatan finansial bagi Amerika
dan sekutunya yang merupakan representatif daru kaum Zionis Yahudi.
Kaum Zionis Yahudi diduga “mengarahkan” Osama bin Laden dengan
peristiwa WTC 11 September menjadikan alasan bagi kaum Zionis Yahudi
untuk melakukan penyerangan dan penjajahan terselubung terhadap Irak,
Afghanistan dll dengan alasan menumpas terorisme dan dengan alasan
tersebut mereka dapat membunuh kaum muslim di Irak dan Afghanistan baik
dengan tangan mereka langsung atau melalui tangan kaum muslim yang
berselisih yang pada hakikatnya karena termakan hasutan kaum Zionis
Yahudi.
Kaum Zionis Yahudi diduga ‘’mengarahkan” tragedi bom bali, menjadikan
alasan untuk membentuk densus 88 (rakyat Indonesia) sehingga mereka
melakukan pembunuhan terhadap beberapa orang muslim
tanpa memandang hak-hak mereka dengan alasan menumpas terorisme.
Begitupula tragedi di Somalia sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada /2011/08/29/belajar-dari-somalia/ maupun
di Palestina, Irak, Afghanistan dan di Suriah pada akhir-akhir ini pada
hakikatnya adalah akibat hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman)
dari kaum Zionis Yahudi.
Wassalam