|
|
بسم الله الرحمن الر حيم
إن
الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران
– الآية: 102
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
“HISTORICAL
EVENTS OF MAKKAH”
HIJRAH KE MADINAH
PENDAHULUAN
Ada
beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum hijrah
ke Madinah.
1.
Dari generasi ke generasi, masyarakat Yahudi di Madinah
dengan penuh harapan selalu menantikan Nabi Muhammad (SAW).
Mereka ini selalu mengatakan kepada suku Aus dan Khazrij
yang berkuasa di Madinah, “Jika Nabi Muhammad (SAW)
telah datang maka dengan pertolongannya kami akan meruntuhkan
kekuasaan kalian.”
2.
Didalam musim haji tahun ke-sebelas Nabawi (kenabian),
enam orang suku Khazrij menjumpai Rasulullah
(SAW) dan
memeluk Islam. Dengan jalan ini mereka berharap dapat
menghukum orang-orang
Yahudi dengan pertolongan dari beliau (SAW).Tahun berikutnya,
bertambah lagi tujuh orang Madinah memeluk Islam. Rasulullah
(SAW) mengutus Musaab bin Umair sebagai duta yang pertama
sekaligus juru dakwah Islam.
3.
Dalam tahun ke-13 Nabawi, 75 orang dari Madinah mengundang
Nabi (SAW) untuk datang
ke Madinah dan memberikan jaminan
perlindungan terhadap beliau (SAW) dalam keadaan yang
bagaimanapun juga.
4.
Lebih jauh lagi, selain jaminan keamanan, diantara Nabi
(SAW) dengan para tamu dari Madinah
itu pun terjadi
hal
terpenting dalam sejarah, dimana ummat Muslim mendapatkan ‘tanah-kelahiran’ baru
untuk memulai pengembangan masyarakat Muslim disana.
Maka Rasulullah (SAW) pun memberikan ijin hijrah ke
Madinah kepada
ummat Muslim.
PENGORBANAN TERBESAR
Seorang
Arab hanya dapat dikenali melalui ikatan kesukuannya. Jika
ikatannya terputus maka ia pun menjadi ‘orang-hilang’ yang
tanpa makna sekecil apapun. Siapa saja bisa membunuh si ‘orang-hilang’ itu
tanpa harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Berhijrah
berarti juga memutuskan diri dari ikatan kesukuan yang dimilikinya.
Inilah pengorbanan terbesar yang telah dipilih oleh Nabi
Muhammad (SAW) dan para pengikutnya, karena siapapun tidak
perlu merasa takut untuk membunuh mereka.
Mereka
melakukan pengorbanan sejauh itu hanya dan hanya demi untuk
melaksanakan
keIslaman mereka.
Suku
Quraisy di Makkah amat sangat geram mengetahui orang-orang
Muslim bersama dengan suku-suku
berkuasa di Madinah. Maka
mereka berbuat segala cara untuk menimpakan penderitaan
kepada orang-orang Muslim atas hijrah mereka itu. Salah
satu contoh,
sebagaimana diriwayatkan Ibnu Ishaq, Abu Salamah (RA)
mencoba untuk hijrah dari Makkah ke Madinah bersama istri
dan seorang
anak mereka. Maka para iparnya pun mengambil istrinya
secara paksa, sedangkan keluarganya sendiri juga melarikan
anaknya.
Maka ia pun berhijrah seorang diri. Sang Istri menangis
berhari-hari karena dipisahkan dari suami dan anaknya.
Berselang setahun
kemudian seorang dari suku si istri menaruh iba kepadanya
dan membantunya mendapatkan ijin hijrah ke Madinah bagi
istri dan anak Abu Salamah (RA).
Ibnu
Hisyam meriwayatkan bahwa ketika Suhaib (RA) berusaha hijrah,
Orang Quraisy
berkata kepadanya, “Ketika dulu
kamu datang kemari, kamu sangat miskin dan tak dipandang
sebelah mata. Kini kamu kaya raya. Kami tak kan relakan
kamu pergi membawa kekayaanmu.” Suhaib (RA) menjawab, “Jika
kuberikan semua kekayaanku kepada kalian, akankah kalian
relakan aku pergi?" Mereka menyetujui. Suhaib
(RA) menyerahkan semua hartanya kepada mereka dan berhijrahlah
ia ke Madinah.
Mengetahui hal ini Rasulullah (SAW) berkata, “Suhaib
telah melakukan pertukaran yang menguntungkan dirinya.
Sungguh, Suhaib benar-benar telah melakukan pertukaran
yang menguntungkan
dirinya.”
Semua
muhajirin mengalami hal-hal serupa itu. Meskipun harus
menghadapi hal sedemikian, hampir
semua Muslim
memilih berhijrah
ke Madinah. Orang Quraisy begitu marah melihat kenyataan
ini. Pada suatu malam, mereka menempatkan pasukan
yang beranggotakan perwakilan masing-masing suku; satu
suku
mengutus satu orang;
di sekeliling rumah Rasulullah (SAW). Mereka bahu-membahu
untuk melakukan pembunuhan terhadap beliau ketika
keluar rumah di pagi hari. Dengan cara demikian maka suku
darimana Nabi SAW berasal takkan dapat menuntut balas
terhadap
semua suku yang terlibat.
Perhatikan
Surah Al-Anfal, ayat 30
berikut ini:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy)
memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap
dan memenjarakanmu
atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan
tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu.
Dan Allah
sebaik-baik pembalas tipu-daya.
Allah
(SWT) memberitahu Rasulullah (SAW) perihal rencana jahat
mereka. Beliau (SAW) kemudian menyampaikan
kepada
Ali (RA), “Tidurlah kamu di tempat
tidurku dan berhijrahlah ke Madinah setelah kamu selesaikan pengembalian
seluruh harta-benda (deposit) yang telah diamanahkan/dititipkan
oleh orang-orang didalam
rumahku.”
Beberapa
Catatan Penting:
1.
Bagaimanapun kebencian mereka, musuh-musuh yang haus darah
itu paham betul bahwa Muhammad (SAW) adalah
seorang yang
amat dapat dipercaya. Maka mereka biasa menitipkan barang-barang
berharga yang mereka miliki kepada beliau (SAW) demi
alasan keamanan.
2.
Sebelum Rasulullah (SAW) berhijrah, beliau memastikan terlebih
dahulu bahwa barang-barang berharga
titipan musuh-musuhnya,
dalam keadaan bagaimanapun juga, harus dikembalikan kepada
mereka.
3.
Ali (RA) merasa yakin bahwa ia akan tetap selamat dan sanggup
melaksanakan pesan yang sulit itu sebab yang
menugaskannya
adalah Rasulullah (SAW).
4.
Nabi Muhammad (SAW) menhargai bakat yang dimiliki oleh
Ali (RA) walaupun ketika itu Ali
(RA) masih muda
belia.
SEBUAH MUKJIZAT
Rasulullah (SAW) pergi meninggalkan rumah beliau pada malam
hari dengan berjalan-kaki melewat musuh-musuh yang mengepung
rumah beliau, sambil membaca ayat ke-9 dari Surah Yaa-Siin:
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang
mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga
mereka tidak dapat melihat.
Maka Allah (SWT) pun menghalangi penglihatan mereka sehingga
mereka tak dapat melihat Rasulullah (SAW) meskipun beliau
sempat menaburkan debu keatas kepala setiap anggota pasukan
yang mengepung di sekitar rumah beliau.
PERJALANAN HIJRAH RASULULLAH (SAW)
Dari
rumah beliau; Rasulullah (SAW) pergi menuju rumah Abu Bakar
(RA) dan kemudian mereka berdua melompat keluar melalui
jendela belakang rumah dan melarikan diri di kegelapan malam
sebagaimana telah direncanakan. Berdua saja mereka menempuh
jarak lebih-kurang 7.5 Km menuju sebuah goa yang dikenal
dengan sebutan “Goa Tsur”.
Orang-orang
kafir amat sangat marah karena ternyata adalah Ali (RA)
yang berada
di tempat tidur Nabi Muhammad (SAW),
maka pencarian dan pengejaran secara besar-besaran terhadap
Rasulullah (SAW) pun mereka lakukan. Mereka mengumumkan
sayembara berhadiah 100 ekor onta bagi siapa saja yang
dapat menyerahkan
kepala Nabi (SAW).
SATU MUKJIZAT LAGI
Sepasukan
orang kafir telah sampai di depan goa Tsur. Mereka mendapati
adanya sarang laba-laba di mulut goa. Mereka pun
berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak masuk kedalam
goa, sebab jika beliau (SAW) memasuki goa maka tentu sarang
laba-laba itu telah rusak. Sekelompok yang lain, juga sampai
di mulut goa itu dan mendapati sebuah sarang burung lengkap
dengan beberapa butir telur burung yang berada tepat di mulut
goa Tsur. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW)
tidak pernah masuk kedalam goa ini, sebab jika hal itu terjadi
maka tentulah jaring laba-laba dan sarang burung itu sudah
tidak lagi berada pada tempatnya.
Perhatikanlah
hal ini; musuh sebenarnya hanya kira-kira satu meter dari
beliau (SAW),
namun Allah (SWT) melindungi Nabi-Nya
dengan ciptaan-Nya yang paling rapuh; yakni sebuah jaring
laba-laba.
Setiap kali, Abu Bakar (RA) berujar, “Jika saja musuh
kita membungkukkan badan, mereka pasti dapat melihat kita.” Rasulullah
pun menjawab, “Janganlah cemas, pertolongan Allah
(SWT) menyertai kita.”.
Surah
At-Taubah , ayat-40:
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya
Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang
dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam
gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah
kamu berduka-cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka
Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya,
dan Allah menjadikan
seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat
Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
Maka hanya atas Kasih-sayang Allah (SWT) sajalah mereka
berdua bisa bersikap tenang didalam keadaan yang sedemikian
genting,
dan Allah pun menolong mereka berdua dengan pasukan-Nya
yang tak terlihat oleh mata manusia.
DI DALAM GOA TSUR
Rasullah
(SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada
hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama itu, berlangsung
pertolongan bagi mereka berdua.
1.
Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari
dan menyampaikan berita
perihal berbagai rencana dan
kegiatan orang-orang kafir kepada mereka berdua. Sebelum
fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia
selalu berada di Makkah.
2.
Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke
dalam goa pada malam hari sehingga
Rasulullah (SAW)
dan Abu Bakar (RA) bisa minum susu domba hingga cukup
kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah
sebelum
fajar selang beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu
Bakar kembali ke Makkah, dengan demikian jejak kaki Abdullah
terhapus
oleh jejak domba-domba itu.
3.
Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya
dan bekerja sebagai
pemandu yang diupah oleh
Abu Bakar (RA)
datang ke goa ini, setelah hari ke-tiga, membawa dua
ekor onta.
4.
Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta
itu kepada Nabi (SAW) sebagai hadiah. Namun
beliau
(SAW)
memaksa membeli onta itu. Abu Bakar (RA) pun akhirnya
bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus
dirham untuk onta
itu. Onta inilah yang kemudian dikenal sebagai onta
Rasulullah (SAW) yang dinamai Quswa.
5.
Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua
memulai perjalanan
menuju Madinah. Amar juga
menyertai
perjalanan mereka.
MUKJIZAT BERIKUTNYA
Selama
menempuh perjalanan dari makkah ke Madinah rombongan mereka
lewat di dekat kemah Ummu Maabad. Mereka pun bertanya, “Adakah
kamu memiliki sesuatu yang boleh kami makan atau minum?” Ia
menjawab, “Maaf, sudah tidak ada sama sekali. Bahkan
domba-domba kami pun sedang digembalakan jauh dari sini oleh
suami saya.” Rasulullah (SAW) melihat seokor domba
berada di dekat kemah, maka beliau pun bertanya, “Bagaimana
dengan domba ini?” Ummu Maabad berkata, “Domba
ini sangat lemah, tidak ada susu padanya setetes pun.” Nabi
(SAW) bertanya, “Bolehkah aku coba memerah susunya?” Ia
pun mempersilahkan, “Cobalah, sekiranya bisa mendapatkan
susu darinya.”
Kemudian
beliau (SAW) mengelus domba itu seraya memanjatkan doa
dan mulai memerah susu domba itu
dan ditampung dalam sebuah wadah. Ummu Maabad pun diberi
minum susu domba itu hingga puas. Begitu juga dengan mereka
yang menyertai beliau, mereka pun minum hingga puas.
Sekali
lagi beliau memerah susu domba itu sepenuh wadah dan meninggalkannya
untuk Ummu Maabad. Manakala suami Ummu Maabad kembali ke
kemahnya, ia pun terperanjat melihat ada sediaan susu.
Diceritakanlah kepada sang suami bahwa seorang yang sangat
mulia akhlaqnya
baru saja mengunjunginya. Ia gambarkan juga ciri-ciri tamunya
itu. Sang suami berkata, “Ciri-cirinya serupa benar
dengan seseorang yang sedang dicari-cari oleh orang-orang
Quraisy. Semoga saja aku dapat menjadi sahabatnya.” (Zadul
Ma'ad).
Adapun
rombongan Rasulullah (SAW) melanjutkan perjalanan menuju
Madinah. Suraqah bin Malik mengejar mereka dengan
menunggang kuda dan berharap dapat menangkap dan menyerahkan
Nabi (SAW) kepada kaum Quraisy agar dapat memenangkan
hadiah seratus ekor onta. Namun, begitu ia telah begitu
dekat
dengan rombongan itu, kuda yang ditungganginya terjatuh.
Entah bagaimana,
kaki kuda itu terbenam kedalam pasir. Ia telah mengupayakan
empat hal dengan hasil yang sama. Suraqah menyadari bahwa
ia telah berusaha menangkap Rasulullah (SAW). Ia berjalan
menghampiri Nabi (SAW) dan menyampaikan maksud jahat
dengan kehadirannya disitu. Suraqah memohon agar Rasulullah
(SAW)
memaafkan dirinya beserta semua warga sukunya, dan juga
memohon agar beliau (SAW) tidak menuntut balas terhadap
mereka kelak
pada waktu menaklukan kaum Quraisy. Rasulullah (SAW)
dengan sangat bijaksana meluluskan permintaan Suraqah.
Kelak kemudian,
Suraqah pun memeluk Islam. (Zadul Ma’ad).
Buraidah
Aslami, seorang kepala suku, juga ikut melakukan pengejaran
dan pencarian terhadap Rasulullah (SAW) demi
memenangi sayembara berhadiah yang diadakan oleh kaum
Quraisy. Ia telah
mengetahui posisi rombongan Nabi (SAW) dan iapun mendekat
dan berbicara kepada beliau (SAW), namun pada akhirnya
beliaupun dapat menundukkan hati Buraidah, sehingga
Buraidah berikut
tujuh-puluh orang lelaki warganya pun memeluk Islam,
diantaranya langsung pada saat itu dan ada juga yang
kemudian. Ia kibarkan
bendera putih yang terbuat dari sorbannya dan kembali
pulang ke Makkah sambil mengumumkan dengan suara keras
bahwa,
Rasulullah; sang raja perdamaian dan keadilan; sedang
dalam perjalanan.
(dari kitab Rahmatul-‘Alamin oleh Mohammad Sulaiman).
TIBA
DI QUBA’
Penduduk
Madinah dan suku-suku di sekitarnya telah berhari-hari
menantikan kedatangan Rasulullah (SAW), mereka duduk berkelompok
di sekitar tempat tinggal mereka. Manakala telah tengah hari
dimana terik matahari sudah tak tertahankan, mereka kembali
masuk ke dalam rumah masing-masing. Di suatu siang, seorang
Yahudi sedang mendaki sebuah bukit kecil bermaksud mencari
sesuatu yang bisa berguna. Ia melihat Nabi (SAW) beserta
para sahabat beliau dalam pakaian putih-putih sedang berjalan
mendekati Quba’. Maka, dengan suara lantang ia umumkan
hal ini kepada orang-orang Arab.
Ummat
Muslim Quba’ pun
bergegas keluar rumah berhiaskan pedang di tangan, penuh
keriangan menyambut kehadiran Nabi Muhammad (SAW). Abu
Bakar (RA) menjabat tangan dengan mereka satu-persatu,
Nabi (SAW)
duduk beristirahat. Pada waktu bersamaan, sinar matahari
jatuh tepat ke wajah Rasulullah (SAW). Abu Bakar (RA) pun
segera memayungkan selembar kain alas keatas Nabi (SAW)
untuk melindungi beliau dari sengatan sinar matahari. Dengan
demikan
mengertilah mereka bahwa itulah Rasulullah (SAW). (Bukhari).
Maka
saat itu juga orang-orang Yahudi menjadi saksi atas terpenuhinya
janji Allah (SWT) didalam kitab suci mereka,
dimana disebutkan didalamnya bahwa datangnya dari arah
selatan, dan Sang Quddus (insan suci) itu berasal dari
pegunungan
Faran.
Selang
beberapa hari kemudian, Nabi (SAW) mendirikan masjid di
Quba sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an.
Beliau (SAW) dan seluruh sahabat terlibat langsung dalam
pembangunan
masjid ini. Semua Muslim adalah setara dan mereka semua
sangat antusias untuk memperoleh balasan dari Allah (SWT).
Setelah
bermalam beberapa hari, Rasulullah (SAW) dan para sahabat
melanjutkan perjalanan menuju Madinah pada hari Jum’at
dan melaksanakan Shalat Jum’at di sebuah lahan
di lingkungan suku Banu Salim Bin Auf. Sampai sekarang
masih dapat kita
saksikan sebuah masjid tegak berdiri di tempat itu, masjid
itu dinamakan Masjid Jum’ah.
TIBA DI MADINAH
Setiba
Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk
di lahan terbuka di dekat rumah Abu Ayyub Ansari (RA).
Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu sampai terselesaikannya
pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk
beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi (SAW) juga secara
langsung turun tangan dalam pembangunan Masjid Nabawi, sebagaimana
juga mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid
Quba’.
Beberapa
hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri
beliau Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA),
Usamah bin
Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga
menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin
Abu Bakar
(RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru
diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan
Badar.
Di
Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya)
sebagai berikut, “Wahai Allah, jadikanlah
kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah,
atau bahkan lebih
dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi
kami. Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan
mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke
Juhfah.” Allah
(SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun menetap di Madinah
karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini. (Bukhari).
ARTI PENTING HIJRAH
Hijrah
telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:
1.
Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai
sebuah kelompok/golongan
didalam masyarakat telah berkembang
menjadi sebuah kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah diskriminasi
atas dasar warna kulit, kredo, ataupun kekayaan. Semua
Muslim setara/egaliter.
2.
Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba
di Quba‘ pada tanggal 16 Juli
632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram, dari sinilah
dimulainya perhitungan
kalender Hijriyah.
3.
Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan)
Islam. Peristiwa bersejarah berupa
perjanjian-perjanjian
yang dibuat bersama dengan kelompok Yahudi dan beberapa
suku yang lain menjadi panduan bagi generasi-generasi
yang
kemudian.
4.
Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih
Abu Bakar (RA) sebagai teman dalam perjalanan
hijrah. Hal
ini di abadikan didalam Al-Quran, Surah At-Taubah.
Ini merupakan penghargaan paling utama bagi Abu Bakar
(RA).
5.
Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari
tulisan ini dapat mengambil kesimpulan bahwa
Abu Bakar
(RA) telah memiliki peranan yang amat penting dalam
peristiwa Hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan
bahwasanya sebagian
orang masih menilai secara tidak adil terhadap
diri sahabat yang demikian dihormati ini.
|
Tiada ulasan:
Catat Ulasan