AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

Sabtu, 24 November 2012

HISTORICAL EVENTS OF MAKKAH'PENAKLUKAN MAKKAH

بسم الله الرحمن الر حيم

إن الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمرانالآية: 102


                                     OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI



“HISTORICAL EVENTS OF MAKKAH”


PENAKLUKAN MAKKAH 

(Tahun 8 Hijriyah)
Ditaklukannya kota Makkah merupakan kemenangan yang paling bernilai penting bagi Ummat Muslim, sebab dengan tercapainya kemenangan ini berhala-berhala dan mereka yang menyembah berhala telah dikeluarkan dari Baitullah (Ka’bah) dan sekaligus telah tegaknya agama Allah. Penghargaan dan kehormatan baru telah dianugerahkan kepada Rasulullah (SAW) beserta para pengikut beliau.
Kekalahan telak kaum kafir Quraisy yang kaya dan sombong memberikan bukti bahwa Islam adalah agama yang benar. Maka banyaklah suku-suku Arab yang lain pun dengan sukacita dan sukarela memeluk Islam.

KELICIKAN KAUM KAFIR
Selanjutnya saya akan kemukakan secara ringkas keadaan yang mengarah pada tercapainya kemenangan besar ini. Kaum Quraisy Makkah telah melanggar perjanjian Hudaibiyah di bulan Dzulqaidah tahun ke-6 Hijriyah. Kelicikan mereka adalah mengabaikan dan meniadakan perjanjian itu. Ini karena mereka ketakutan terhadap ummat Muslim dan berharap agar dilakukan perubahan terhadap perjanjian itu. Maka mereka mengutus salah seorang pemimpin mereka; Abu Sufyan; ke Madinah dengan maksud mengubah isi perjanjian. Sesampai di Madiah yang ia kunjungi pertama adalah anak perempuannya, Ummu Habibah (RA), yang juga istri Nabi (SAW).
Manakala Abu Sufyan baru saja hendak duduk diatas tilam yang tergelar diatas lantai tanah rumah anaknya, Ummu Habibah menggulung tilam itu seraya berkata kepada ayahnya, "Tilam ini untuk Rasulullah (SAW). Engkau tak boleh mendudukinya sebab engkau seorang penyembah berhala yang tak menentu." Abu Sufyan merasa sangat kecewa dengan perlakuan putrinya itu. Ia juga berkunjung kepada Abu Bakar (RA), Umar (RA), Ali (RA), and Fatimah (RA) dan meminta pertolongan mereka. Mereka semua menyambut dingin kedatangannya. Maka iapun patah-arang dan pulang kembali ke Makkah.
Persiapan untuk memasuki Makkah dengan kekuatan penuh pun dilakukan oleh Rasulullah (SAW). Beliau pun berdoa, "Wahai Allah, aku mohon kepada-Mu janganlah ada seorangpun dari mata-mata kaum kafir Makkah yang melihat kedatangan kami, agar kami dapat menangkap mereka semua secara mendadak."

PERTOLONGAN ALLAH (SWT)
Beberapa kali telah dilancarkan usaha oleh orang-orang Quraisy, namun Allah (SWT) menggagalkan usaha itu. Pasukan Muslim pun telah begitu dekat dengan Makkah. Kaum Quraisy telah menjadi sangat kecut bercampur was-was disebabkan oleh kecurangan mereka sendiri. Termasuk Abu Sufyan pemimpin mereka yang biasanya berkeliling kota Makkah pada malam hari demi berjaga-jaga atas bahaya yang mengancam. Suatu malam, Abbas (RA) paman Nabi (SAW), berpapasan dengan Abu Sufyan. Abbas (RA) memberitahu Abu Sufyan bahwa Rasulullah (SAW) dan pasukannya telah berada di Makkah.
Abu Sufyan berkata, "Kaum Quraisy sekarang ini telah benar-benar berantakan akibat serbuan mendadak ini." Abbas (RA) pun menasehatinya, "Jika seseorang kami melihatmu, tentu ia akan membunuhmu. Aku sarankan kamu ikut denganku dan aku yang akan meminta perlindungan atas dirimu kepada Rasulullah (SAW)." Abu Sufyan pun meng-iya-kan saran itu. Nabi (SAW) bertanya kepada Abu Sufyan, "Masih sajakah kamu belum mengakui bahwa aku adalah Nabi utusan Allah (SWT)?" Abbas (RA) pun menasehati Abu Sufyan, "Sebaiknya engkau segera memeluk Islam sebelum seseorang membunuhmu." Maka Abu Sufyan pun berkata, "Aku bersaksi bahwa tiada yang patut disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah (SAW)." Abbas (RA) meminta agar Rasulullah (SAW) memberi penghargaan kepada Abu Sufyan mengingat ia adalah seorang pemimpin Quraisy yang disegani.
Maka Nabi (SAW) pun bersabda, "Barang siapa masuk kedalam rumah Abu Sufyan ia aman, barang siapa masuk kedalam rumahnya sendiri ia aman, barang siapa masuk kedalam Masjidil-Haram pun juga aman."

PASUKAN MUSLIM MASUK KOTA MAKKAH
Khaled bin Walid (RA) bersama pasukannya bergerak masuk kota Makkah dari sisi kanan, Zubair bin Awwam (RA) dari sisi kiri, sementara Abu Ubaidah (RA) memimpin pasukan yang berjalan kaki. Rasulullah (SAW) bergerak menuju Baitullah dalam kawalan kaum Anshar dan Muhajirin. Pasukan Muslim tak mendapati hambatan apapun kecuali sekelompok kecil pemuda Quraisy tak dikenal yang berusaha menghentikan langkah Khalid bin Walid (RA). 8 orang dari mereka tewas dalam pertempuran singkat itu, sementara sisanya tunggang-langgang meninggalkan pertempuran. Dua orang pejuang Muslim, entah bagaimana terpisak dari kelompok pasukannya. Mereka berusaha menuju Ka’bah melalui jalur yang lain, maka mereka berdua pun terbunuh oleh pasukan kafir.
Seluruh pasukan Muslim bergabung dengan Nabi (SAW) di bukit Shafa yang tepat berada di perbatasan Masjidil Haram.

MEMASUKI MASJIDIL HARAM
Rasulullah (SAW) masuk ke dalam Masjidil Haram, mencium Hajar Aswad dan melanjutkan dengan berkeliling Ka’bah dengan menunggang onta beliau. Pada waktu itu terdapat 360 berhala yang tergeletak di atas atap Rumah Allah (SWT).
Beliau (SAW) ketika itu membawa busur panah, disentuhnya berhala-berhala itu dengan busur panah beliau sambil mengumandangkan Ayat ke-81 dari Surah Al-Isra’

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

Setiap berhala yang tersentuh busur panah Rasulullah (SAW) jatuh terjerembab dengan muka menghadap ke tanah. Beliau (SAW) pun memanggil Usman bin Talhah dan memintanya menyerahkan kunci pintu Ka’bah.

DI DALAM BAITULLAH
Rasulullah (SAW) melihat banyak gambar di dalam Ka’bah, diantaranya ada yang menggambarkan Nabi Ibrahim (AS) dan Nabi Ismail (AS) sedang menggenggam anak-panah undian di tangan mereka. Seluruh gambar itu pun disingkirkan oleh Nabi Muhammad (SAW) dari dalam Baitullah.
Rasulullah (SAW) menutup pintu Ka’bah. Waktu itu, Bilal (RA) dan Usamah (RA) bersama Rasulullah (SAW) berada didalam Ka’bah. Beliau (SAW) mengerjakan shalat didalam Ka’bah, setelah itu berkeliling ruangan Ka’bah sambil berdziikir Allahu Akbar, Allahu Akbar.Selanjutnya beliau keluar dari Baitullah dan menyaksikan bahwa kaum Quraisy telah resah menantikan apa yang akan dilakukan oleh Rasulullah (SAW) selanjutnya.
Sambil berpegangan pada pintu Ka’bah Rasulullah (SAW) menyampaikan khutbah kepada kaum Quraisy.
Beliau (SAW) bersabda, "Tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah (SWT). Hanya Dia. Tidak ada sekutu bagu-Nya. Dia memenuhi janji-Nya dan memberi pertolongan kepada hambanya yang patuh kepada-Nya, sendirian saja Dia mengalahkan semua musuh-musuh-Nya … Allah (SWT) telah menghancurkan sifat sombong dan membanggakan diri dari para kakek-moyang kalian. Semua manusia adalah keturunan Adam (AS) dan Adam terbuat dari tanah." Kemudian Rasulullah (SAW) membacakan Surah Al-Hujarat, Ayat-13.

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Sementara sambil menyimak khutbah fikiran orang-orang Quraisy diliputi kekhawatiran. Terlintas dalam benak mereka berbagai hal yang mungkin akan terjadi mengingat bahwa dahulu mereka telah menyiksa Nabi (SAW) dan para pengikutnya, pernah berusaha membunuh mereka dan mengusir mereka dari tanah kelahiran. Kaum kafir itupun telah memicu tiga pertempuran besar dengan tujuan mengenyahkan Ummat Muslim dari muka bumi. Maka kaum kafir Quraisy pun berfikir bahwa Rasulullah (SAW) boleh jadi akan memerintahkan pengikutnya untuk membunuh mereka semua ataupun mengambil alih apapun yang mereka miliki atau, paling tidak, mereka semua akan dijadikan budak.
Rasulullah (SAW) bertanya kepada orang-orang Quraisy: "Apakah yang kalian kira akan kuperbuat terhadap kalian pada hari ini?" Mereka berkata, "Kebaikan, sebab engkau adalah kerabat kami yang berbudi luhur." Sampai disini, Rasulullah (SAW) mengatakan kepada mereka," Akan kuperlakukan kalian sebagaimana halnya Nabi Yusuf (AS) memperlakukan saudara-saudaranya." Dan Rasulullah (SAW) menyatakan pemberian maafnya yang begitu besar, beliau pun membacakan kalimat maaf Nabi Yusuf (AS) yang terabadikan dalam Surah Yusuf Ayat-92:

Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu,

Dengan kata lain, Nabi (SAW) mengatakan, "Kalian bebas dari segala tuntutan. Tak seorangpun akan membahayakan kalian pada hari ini." Betapa tak ada contoh lain dalam sejarah kehidupan manusia, sebuah pemberian maaf yang begitu besar kepada musuh yang sangat haus-darah.

BISIK-BISIK ANTAR PEMUKA QURAISY
Waktu shalat Dzuhur telah masuk. Rasulullah (SAW) menyuruh Bilal (RA) untuk mengumandangkan Adzan. Bilal (RA) naik ke atap Ka’bah dan mengumandangkan Adzan. Sementara Bilal (RA) sedang adzan, tiga pemuka Quraisy yang berpengaruh saling berbisik satu sama lain sambil duduk di pelataran Ka’bah. Attab bin Asid berbisik kepada Harits bin Hisyam, "Untunglah ayahku sudah meninggal dunia dan tak sempat menyaksikan ‘monyet hitam’ ini berteriak-teriak di atas rumah suci ini. Andai ia menyaksikan kejadian ini tentulah ia akan sangat bersedih." Haris menimpali, "Dengarlah, jika aku yakin bahwa ia (maksudnya Muhammad (SAW)- pent.) benar-benar seorang Nabi, Tentu aku menjadi pengikutnya." Orang ketiga, yakni Abu Sufyan, berkata, "Aku takkan berkomentar apapun. Jika ku lakukan juga, bahkan bebatuan di sekeliling kita ini akan menyampaikan pembicaraan kita ini kepadanya."
Jibril (AS) menyampaikan kepada Nabi (SAW) perihal bisik-bisik mereka itu. Maka beliau (SAW) pun berjalan menghampiri mereka bertiga dan berkata, "Aku mengetahui apa yang baru saja kalian perbincangkan." Dan, beliau (SAW) kemudian mengulang isi percakapan mereka. Maka serentak Harits and Attab berucap, "Kami bersumpah bahwa tidak ada orang disekitar manakala kami tadi saling berbisik, sehingga ia dapat mendengar kami dan melaporkan isi pembicaraan kami kepadamu. Maka kami bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah, dan bahwa engkau adalah Rasul (Utusan) Allah."
Nabi Muhammad (SAW) meninggalkan Makkah setelah tinggal disana selama 13 hari. Hal yang mengagumkan adalah, Attab bin Asid diangkat oleh Rasulullah (SAW) sebagai gubernur Makkah. Beliau (SAW) juga mengembalikan kunci pintu Ka’bah kepada Utsman bin Thalhah yang pada waktu itu masih belum beriman. Utsman bin Thalhah sangat terkejut dan heran atas kebaikan budi Rasulullah (SAW) kepadanya, maka ia pun serta merta memeluk Islam. Rasulullah (SAW) mengumumkan bahwa kunci Ka’bah akan tetap berada di tangan keluarga Utsman bin Thalhah hingga datangnya Hari Kiamat.

KEKHAWATIRAN KAUM ANSHAR
Kaum Anshar berbincang-bincang diantara mereka. Makkah adalah kota asal Nabi (SAW). Di kota inilah beliau (SAW) dilahirkan. Kini Allah (SWT) telah menganugerahkan kemenangan atas kota suci ini kepadanya. Tentu Rasulullah (SAW) akan lebih cenderung untuk memilih tetap tinggal di tanah kelahirannya. Selama pembicaraan ini berlangsung, Rasulullah (SAW) sedang khusyuk berdoa di bukit Shafa. Usai memanjatkan doa, beliau memanggil kaum Anshar dan bertanya kepada mereka, "Apakah yang sedang kalian perbincangkan antar kalian sendiri?" Mereka pun merasa malu. Setelah Rasulullah (SAW) mendesak untuk diberitahu mereka pun mengungkapkan apa yang menjadi kekhawatiran mereka kepada beliau (SAW). Maka Rasulullah (SAW) memberikan penegasan kepada kaum Anshar, "Jangan khawatir, kini hidup dan mati aku bersama kalian." Dan kaum Anshar pun merasa sangat bahagia.
Demikianlah adanya, Sepanjang hayatnya, Rasulullah (SAW) tetap bermukim di Madinah walaupun setelah Makkah ditaklukan. Hal ini menunjukkan betapa berartinya kota Madinah.

PENGHANCURAN BERHALA-BERHALA UTAMA
Setelah penaklukan Makkah, Rasulullah (SAW) mengutus Khalid bin Wallid (RA) untuk menghancurkan ‘Uzza, Amru bin Ash (RA) diutus untuk menghancurkan Suwwa, dan Sa'ad bin Zaid (RA) diutus untuk menghancurkan Manaat. Dengan demikian agama Allah telah ditegakkan di dalam dan di sekeliling kota Makkah.

BERBONDONG-BONDONG MEMELUK ISLAM
Dua ribu orang lelaki dan perempuan dari suku Quraisy memeluk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah (SAW) di bukit Shafa. Banyak suku-suku bangsa Arab yang lainnya pun, yang sebelumnya telah yakin atas kenabian Muhammad (SAW), namun selama ini enggan menyatakan lantaran sepak-terjang kaum Quraisy, kini pun bersama-sama dalam jumlah besar memeluk Islam. Perhatikan Surah An-Nasr, Ayat 1-3

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat.

Ketika Rasulullah (SAW) membacakan ayat-ayat ini, para sahabat nampak sangat berbahagia, namun Abbas (RA) mulai menangis terisak-isak. Rasulullah (SAW) pun menanyainya gerangan apa yang menyebabkan tangisnya. Abbas (RA) berkata, "Ini adalah pertanda berakhirnya tugas risalah yang engkau emban dan boleh jadi Allah (SWT) akan segera memanggilmu untuk kembali kepada-Nya dalam waktu dekat." Rasulullah (SAW) sependapat dengan pemikirannya.
Sebagaimana sekarang kita ketahui, Surah An-Nasr adalah surah terakhir yang diwahyukan secara utuh kepada Rasulullah (SAW), dan beliau (SAW) wafat delapan puluh hari setelah turunnya surah ini.


Tiada ulasan:

Catat Ulasan