AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI

Sabtu, 24 November 2012

“HISTORICAL EVENTS OF MAKKAH” SEBUAH DIALOG DI SEKITAR KA’BAH

“HISTORICAL EVENTS OF MAKKAH”



SEBUAH DIALOG DI SEKITAR KA’BAH

Walaupun sangat keras siksaan dan permusuhan yang dilakukan orang-orang kafir Makkah terhadap orang-orang Muslim, dari hari ke hari semakin banyak saja orang yang memeluk Islam. Bahkan para pemimpin kaum kafir seperti halnya Umar bin Khattab (RA) dan Hamzah (RA) pun memeluk Islam. Hal ini mengakibatkan rasa kecewa yang mendalam pada kaum kafir Quraisy.
Para pemimpin mereka yang berpengaruh berkumpul di Masjidil-Haram. Nampak oleh mereka Nabi Muhammad (SAW) sedang duduk seorang diri di sudut lain dari Masjid ini. Salah seorang pemimpin kaum kafir yang bernama ‘Atbah Bin Rabi’ah berkata kepada kaum Quraisy, "Lihatlah! Muhammad (SAW) sedang duduk seorang diri, saya ada usul bahwa saya akan berbicara empat-mata dengannya dan mengajukan beberapa tawaran kepadanya. Semoga ia dapat menerima beberapa diantaranya. Jika ia terima maka permasalahan kita akan terselesaikan." Para pemimpin yang lain setuju maka ia pun bangkit dan melangkah menuju Rasulullah (SAW) kemudian duduk di hadapan beliau (SAW). ‘Atbah berkata, "wahai keponakanku, sesungguhnya kamu memiliki kedudukan tinggi dan dimuliakan oleh bangsa kita.
Kini kamu telah memelopori sebuah pergerakan baru yang memecah-belah bangsa kita. Kamu menghujat tuhan-tuhan kami dan agama kami. Kamu sebut nenek-moyang kita sebagai orang-orang kafir. Tolong, dengarkanlah perkataanku. Aku tawarkan kepadamu beberapa hal. Pertimbangkanlah dengan seksama, boleh jadi kamu menyukai beberapa diantaranya."
Nabi (SAW) berkata, "Lanjutkanlah aku akan menyimak tawaranmu." ‘Atbah pun melanjutkan, "Wahai keponakanku, jika kamu bermaksud mengumpulkan kekayaan melalui agama baru yang kamu serukan, kami akan serahkan harta yang banyak untukmu sehingga kamu menjadi yang terkaya diantara kita semua. Jika kamu menginginkan kedudukan yang tinggi, kami akan jadikan kamu pemimpin kami dan kami takkan memutuskan sesuatupun tanpa persetujuanmu. Jika kamu hendak menjadi raja, kami akan mengangkatmu sebagai raja. Jika kamu berada dibawah pengaruh jin, kami akan mengupayakan kesembuhanmu, kami akan belanjakan untuk penyembuhan ini seberapapun besar nilainya demi pulihnya kesehatanmu."
Dengan sabar Rasulullah (SAW) menyimak kata-kata yang disampaikan dan kemudian beliau berkata kepada ‘Atbah, "Adakah sudah selesai pembicaraanmu? " Iapun menjawab, "Sudah, wahai keponakanku." Nabi (SAW) pun berkata, "Apakah kamu berkenan mendengarkan jawabanku?" ‘Atbah menjawab, “Ya!" Maka Rasulullah (SAW) membacakan kepadanya 38 ayat pertama dari Surat Fushshilat sebagai jawaban atas tawaran itu. Begitu banyak pelajaran dari ayat-ayat ini, saya akan menyebutkan ringkasannya saja tahap demi tahap. ( Ibnu Ishaq )
1. Kami mulai dengan menyebut asma Allah, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang.
2. Allah (SWT) menjabarkan mentalitas kaum kafir Makkah didalam beberapa ayat berikut. Allah (SWT) berfirman, "Al-Quran diwahyukan dalam bahasamu. Terdapat petunjuk yang jelas padanya, memberi kabar gembira bagi orang-orang beriman dan peringatan/ancaman bagi orang-orang kafir tentang adanya hukuman/azab atas mereka. Namun kamu menulikan telingamu dengan mengatakan, “Telinga kami belum siap mendengar hal itu dan hati kami belum siap untuk menerimanya. Terdapat hijab diantara kamu [Muhammad (SAW)] dengan kami. Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan. Janganlah mengusik kami.” Perhatikan Surat Fushshilat, Ayat 1-5 berikut ini;

Haa Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata; "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan antara kamu dan kami ada dinding, maka bekerjalah kam;, sesungguhnya kami bekerja (pula)."
3. Rasulullah (SAW) tak mempedulikan kekasaran dan kekonyolan mereka dan menjawab mereka dengan perkataan yang baik dan cara yang rendah hati; beliau berkata, “Aku hanyalah seorang insan sebagaimana dirimu. Namun telah diwahyukan kepadaku bahwa hanya ada satu-satunya Tuhan yang patut/berguna untuk disembah.” Fushshilat Ayat-6;

Katakanlah, “ Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah tuhan yang Maha Esa,"
4. Didalam tiga ayat berikutnya dijabarkan perihal penciptaan alam semesta dengan maksud untuk menunjukkan ke-Mahaesa-an Allah (SWT). Sebagai contoh, Allah (SWT) telah mengadakan makanan, mineral, buah-buahan, dan tetumbuhan yang berbeda-beda di berbagai belahan bumi disesuaikan dengan penghuni masing-masing daerah. Beberapa tempat terdapat mineral berharga, wilayah lainnya terdapat lebih banyak buah-buahan dan beberapa wilayah yang lain lebih banyak menghasilkan biji-bijian. Dengan jalan demikian semua daerah akan saling berbagi, berdagang, dan bekerjasama satu-sama-lain sebagai sebuah keluaga besar. Penempatan berbagai macam persediaan telah dilakukan dengan ke-Mahabijaksana-an Tuhan yang Tunggal. Disitulah terdapat juga tanda-tanda ke-Mahaesa-an Allah (SWT) dalam penciptaan bumi dan berlapis-lapis langit. Hanyalah orang yang tidak menggunakan akalnya sajalah apabila ia mengingkari ke-Mahaesa-an Allah (SWT) setelah ia melalui perenungan tentang keagungan penciptaan alam semesta oleh Allah (SWT).
5. Bagi kaum kafir, terdapat peringatan keras jika mereka tetap pada sikapnya yang keras-kepala setelah menyimak tanda-tanda dari Allah (SWT) yangg telah disebutkan diatas, niscaya akan dihukum sebagaimana telah terjadi pada kaum ‘Aad dan kaum Tsamud. Fushshilat Ayat-13

Jika mereka berpaling, maka katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum’Aad dan kaum Tsamud."
Bazar dan Baghwi meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah (SAW) membacakan ayat ini, ‘Atbah menutup mulut Rasulullah (SAW) dengan tangannya seraya memohon maaf atas nama hubungan kekerabatan dan meminta Nabi (SAW) tidak melanjutkan kalimat beliau yang selebihnya.
6. Pada Hari Kiamat, pendengaranmu, penglihatanmu, bahkan kulitmu, masing-masing akan berbicara sebagai saksi saksi atas dirimu. Niscaya kamu takkan dapat menyembunyikan dosa-dosamu.
7. Orang-orang kafir mencoba untuk melancarkan tipudaya licik yang lain lagi. Fushshilat #26

Dan orang-orang yang kafir berkata: ”Janganlah kamu mendenga dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka)."
Kita dapat menyaksikan bahkan sampai hari ini apa yang disebut-sebut sebagai peradaban dunia barat, manakala sedang dikumandangkan Adzan dan ketika sedang dilaksanakan Shalat (tetap saja ada kebisingan orang-orang berlalu-lalang-pent.), Perlu dipehatikan bahwa disini juga terdapat peringatan untuk orang-orang Mukmin supaya tidak berbicara manakala sedang diperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
8. Selanjutnya Rasulullah (SAW) menambahkan, (Fushshilat Ayat-27).

Maka sesungguhnya Kami akan merasakan azab yang keras kepada orang-orang kafir dan Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan seburuk-buruk pembalasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
9. Empat ayat berikutnya disebutkan tentang balasan dan penghormatan kepada Mukmin yang melaksanakan keimanannya. Misalnya didalam Fushshilat Ayat-33

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, “sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
Allah memberikan berita gembira kepada orang-orang beriman. Fushshilat Ayat 30-32

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) didalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
10. Terakhir, perhatikanlah bahwa siang dan malam, matahari dan bulan adalah juga ayat-ayat Allah (SWT). Janganlah menyembah salah satu dari benda-benda itu, tetapi hendaklah kamu menyembah yang menciptakan itu semua. Setelah membacakan ayat 37 dan 38, Nabi (SAW) melakukan gerakan sujud (sujud tilawah-pent.) setelah itu beliau berkata kepada ‘Atbah, "Telah kamu simak perkataanku. Sekarang terserah padamu apa yang ingin kamu lakukan."
‘Atbah bangkit dari duduknya dan berjalan kembali menuju kelompoknya. Begitu ia telah dekat, kelompok orang-orang kafir itupun saling berbisik satu sama lain, “Air muka ’Atbah (alias Abu Walied) berubah". Ketika ‘Atbah telah duduk diantara mereka, mereka segera bertanya, "Berita apakah yang kamu bawa?” ‘Atbah berkata; sebagaimana disebutkan dalam Ibnu Katsir; "Belum pernah kudengar kalimat-kalimat seperti itu sebelum ini. Aku bersumpah ucapannya itu bukanlah berasal dari seorang penyair. Bukan pula seperti kata-kata seorang ahli nujum. Wahai kaumku, dengarlah baik-baik ucapanku ini dan sebaiknya kalian serahkan saja urusan ini kepadaku."
‘Atbah melanjutkan, “Menurut pendapatku, sebaiknya kalian berhenti menentang ataupun menyusahkannya. Biarkanlah ia melakukan pekerjaannya, sebab suatu hari nanti perkataannya akan dihormati. Lebih baik kalian duduk berdiam diri sambil sekedar mengamati bagaimana ia mengadakan pendekatan dengan masyarakat Arab yang lain. Jika Orang-orang Arab yang lain mengalahkannya, maka tujuan kalian akan tercapai tanpa harus bersusah-payah. Namun, jika ia mengalahkan mereka dan mulai memimpin mereka, kemenangan itu pun berarti ‘Kerajaan’ kalian juga. Kehormatan baginya adalah kehormatan bagi kalian juga, sebab ia berasal dari suku Quraisy. Maka, dengan sendirinya kalian adalah sejawat dalam keberhasilannya."
Orang-orang kafir itu segera menimpali, "Wahai Abu Walid, jelas sekali bahwa Muhammad (SAW) telah mengubah pendirianmu dengan kalimat-kalimatnya yang menyihir."
‘Atbah berkata, "Aku tetap teguh pada pendirianku sebagaimana yang telah aku usulkan tadi, kalian silahkan saja melakukan apapun yang kalian rasa perlu kalian lakukan."
Dialog dramatis diatas mengajarkan kepada kita bagaimana berdakwah terhadap orang-orang yang tidak beriman;
1. Mulailah dengan nama Allah (SWT) Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang.

2. Berbicaralah kepada mereka dengan rendah hati dan tutur kata lembut meskipun jika mereka berlaku kasar dan menertawakan kita dan keyakinan kita.
3. Harus kita utarakan kepada mereka beberapa ayat/tanda dari Allah (SWT); yaitu berupa ciptaan-ciptaan-Nya; sebagai bukti-bukti atas Ke-Maha Agung-an dan Ke-Mahaesa-an Allah (SWT).
4. Kita harus mengingatkan mereka bagaimana akhir dari orang-orang yang sombong seperti halnya yang telah terjadi pada kaum ‘Aad dan kaum Tsamud yang ingkar kepada Allah (SWT).
5. Kita ingatkan mereka bahwa perbuatan dan tingkah-laku mereka tak satupun yang dapat mereka sembunyikan dari Allah (SWT). Sebegitu rupa sehingga telinga dan mata mereka sendiri, bahkan kulit mereka akan bersaksi atas segala perbuatan mereka pada hari kiamat. Berbagai bagian dari tubuh mereka ibarat pasukan keamanan yang bekerja untuk Allah (SWT).
6. Ingatkanlah mereka mengenai akibat dari kekufuran mereka baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
7. Terakhir; yang tak kalah pentingnya; Terdapat tanda-tanda Ke-Agung-an Allah (SWT) pada adanya matahari dan bulan, siang dan malam, dan lain-lain hal ciptaan Allah (SWT). Janganlah menyembah ciptaan-ciptaan-Nya itu, namun sembahlah yang telah menciptakan semua itu, yakni, satu-satunya Tuhan yang Tunggal (Ahad), Sang Maha Pencipta (Al-Khaliq).


Tiada ulasan:

Catat Ulasan