Jihad adalah amal tertinggi dalam Islam, dan jalan keluar bagi
permasalahan ummat adalah dengan menunaikan Jihad. Pada saat sekarang
ini, ketika bumi Islam
dijajah oleh orang kafir, ketika penjara kuffar dan thowaghit dipenuhi
oleh para tawanan muslim, ketika hukum Allah tidak tegak di atas bentang
kehidupan dunia, dan ketika Islam dikepung dari seluruh arah untuk
dimusnahkan, Jihad hukumnya fardlu ‘ain, kewajiban atas setiap pribadi
muslim. Jihad harus ditunaikan oleh seorang anak meskipun orang tuanya
menolak, Jihad harus ditunaikan seorang isteri meskipun suaminya
melarang, dan Jihad harus ditunaikan oleh seorang yang berhutang
meskipun yang memberi hutang menghalanginya.
Saudara Saudariku, isu
(Jihad) ini semakin penting untuk diangkat karena hari ini musuh kuffar
yang kita hadapi bukan lagi berbentuk satu bangsa atau satu ras. Tetapi
ia adalah sistem kekufuran global yang merambah seluruh dunia. Kaum
kuffar hari ini berkonspirasi untuk memerangi kita, yang belum pernah
kita saksikan sebelumnya. Jadi, akankah kita siap untuk menghadapi
peperangan besar antara balatentara Roma melawan Ummat Islam –Al
Malhamah– sebagaimana yang telah dikabarkan Rasulullah saw?
Kembali
aku ingin tekankan: Jihad hari ini hukumnya Fardlu Ain atas setiap
muslim yang mampu. Maka, siapa saja kita yang hendak meraih ridha Allah,
wajib bagi kita berusaha mencari jalan untuk menunaikan faridlah ini
dan mendukungnya. Berikut aku persembahkan kepada Ikhwah fillah semua,
44 Cara Mendukung Jihad Fi Sabilillah:
1. Berniat secara jujur dan ikhlash
Engkau
harus sentiasa menguatkan niat dan tekad untuk dapat bergabung dengan
barisan Mujahidin. Rasulullah bersabda: Siapa yang tidak pernah
berperang (fi sabilillah) dan tidak pernah berniat berperang, maka ia
mati di atas cabang dari cabang-cabang kemunafiqan. (Riwayat Muslim)
Dan
tanda dari niat yang jujur adalah kesungguhan dan mempersiapkan diri
menerjuni Jihad. Allah berfirman: Seandainya mereka benar-benar berniat
untuk berangkat (berjihad), tentu mereka mempersiapkan dirinya. (QS At
Taubah 46)
Kondisi dari Jihad Difaa’ (Jihad defensif) ada lima
sebagaimana ditetapkan oleh Abu Qudamah Al Hanbali: Islam, baligh,
berakal, memiliki bekal finansial, dan sehat dari ketidakmampuan fisik.
Jika seseorang tidak punya bekal finansial dan tidak dapat menemukan
orang yang dapat membiayainya berjihad, atau ia memiliki kendala fisik,
atau berbagai kendala lain yang membuatnya luput dari menunaikan Jihad,
maka salah satu tanda dari niat yang jujur dan sungguh-sungguh, adalah
ia merasa sangat bersedih karena luput dari menunaikan Jihad. Allah
berfirman tentang orang-orang yang tidak dapat mengusahakan perbekalan
dan perlengkapan untuk dapat berangkat berjihad dalam Perang Tabuk: Dan
tiada (dosa) atas orang-orang yang datang kepadamu (Muhammad) supaya
engkau mengusahakan mereka kendaraan untuk membawa mereka (berjihad),
lalu engkau berkata, “Aku tidak dapat mengusahakan kendaraan untuk
kalian”. Mereka kembali sedang mata mereka bercucuran air mata karena
kesedihan, lantaran mereka tidak dapat memperoleh apa yang dapat
dinafkahkan (untuk berjihad). (QS At Taubah 92)
2. Berdoa dengan jujur kepada Allah untuk mendapat syahadah
Rasulullah
bersabda: “Siapa yang jujur meminta kepada Allah syahadah, maka niscaya
akan Dia anugerahkan pahala syuhada meski ia meninggal dunia di atas
tempat tidur”. (Diriwayatkan oleh Muslim)
Meminta dengan jujur kepada
Allah untuk mati syahid membuat Allah ridha, karena itu menunjukkan
bahwa engkau bersungguh-sungguh mau menyerahkan hidupmu untukNya. Tetapi
berhati-hatilah, agar jangan engkau hanya mengucapkan harapan sekedar
di bibir saja (lip service). Seseorang yang betul-betul jujur meminta
mati syahid akan cepat merespon setiap seruan Jihad kapan saja ia
mendengarnya, dan ia sentiasa mencari cara apa saja yang dapat
menghantarkannya menuju mati syahid di Jalan Allah, di tempat mana saja
yang ia persangkakan.
Salah satu sebab mengapa musuh Allah sampai
hari ini berhasil mengalahkan Ummat Islam dan merampas negerinya adalah
karena telah hilang dari jiwa kita cinta kematian di Jalan Allah.
Rasulullah bersabda: Ummat-ummat akan berkumpul mengepung kalian seperti
kawanan hewan buas mengelilingi meja hidangan. Para Shahabat bertanya,
“Apakah saat itu jumlah kita sedikit?” Rasulullah menjawab, “Tidak,
jumlah kita banyak tetapi kita seperti buih di tengah laut. Allah telah
mencabut rasa takut dari hati musuh terhadap kalian dan menimpakan ke
dalam hati kalian “Al Wahn”. Mereka bertanya, “Apa itu ‘Al Wahan’ ya
Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Cinta dunia dan takut/benci
kematian”. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud)
Kita harus menghidupkan
kembali tradisi syahadah dan cinta kematian karena segenap musuh Allah
begitu gentar menghadapi orang-orang yang cinta kematian.
3. Jihad dengan harta
Jihad
dengan harta mendahului Jihad dengan diri kita dalam berbagai ayat Al
Quran kecuali satu ayat (yaitu ayat 111 Surah At Taubah. Pent). Ini
menunjukkan kepada kita pentingnya Jihad dengan harta, karena Jihad fi
Sabilillah sangat memerlukan harta dan pendanaan. Dengan kata lain,
tidak ada uang, Jihad sulit dilaksanakan, dan Jihad sungguh memerlukan
banyak pendanaan. Inilah mengapa dalam tafsirnya Al Qurtubi menjelaskan
bahwa harta yang dinafkahkan untuk shodaqoh akan dilipatgandakan sepuluh
kali, tetapi harta yang dinafkahkan untuk Jihad fie Sabilillah akan
dilipatgandakan lebih dari tujuh ratus kali! Allah berfirman:
Perumpamaan harta yang dinafkahkan di Jalan Allah seperti sebuah benih
yang tumbuh menjadi tujuh tangkai; masing-masing tangkai berbuah seratus
butir. Dan Allah melipatgandakan pahala kepada siapa saja yang Dia
kehendaki. (QS Al Baqarah 261)
Mungkin kontribusi paling penting yang
dapat diberikan Muslim di barat (atau mereka yang keadaannya semisal)
untuk berjihad adalah berpartisipasi dalam Jihad dengan harta mereka,
karena dalam banyak kesempatan Mujahidin sangat memerlukan pendanaan
melebihi kebutuhan mereka akan orang. Al Imam Sheikh Abdullah Azzam
berkata: Laki-laki membutuhkan Jihad, dan Jihad membutuhkan harta.
4. Fundraising (mencari pembiayaan) untuk Mujahidin
Sebagai
tambahan membiayai Jihad dari uang kita, maka kita juga dapat mendorong
orang lain untuk melakukan hal yang sama. Rasulullah bersabda: Siapa
yang menunjukkan seseorang kebaikan maka akan mendapat pahala yang sama
dengan orang yang mengamalkannya. Dengan mengusahakan fundrising engkau
juga telah memenuhi Sunnah Rasulullah saw di mana Beliau juga melakukan
fundrising untuk Jihad sebelum berangkat ke medan perang.
5. Membiayai Seorang Mujahid
Rasulullah
saw bersabda: Siapa yang ikut membiayai (termasuk membeli perlengkapan
perang) seorang Mujahid fie Sabilillah, maka ia telah ikut berperang.
(Majma uz Zawaid). Ini termasuk membiayai segala hal agar sang Mujahid
dapat berangkat ke medan perang, mulai dari biaya perjalanan, paspor,
tiket, perbekalan, hingga perlengkapan perang. Ini memberikan kesempatan
bagi orang kaya dan orang miskin ‘berkongsi’ dalam Jihad. Orang kaya
membiayai orang miskin yang akan berangkat berjihad.
6. Menjaga dan memelihara Keluarga Mujahid
Menjaga
dan memelihara keluarga Mujahid bisa dalam bentuk melindungi mereka,
memenuhi seluruh nafkah dan kebutuhan mereka, menyediakan bantuan
keuangan bagi mereka, serta menjaga kehormatan mereka.
Rasulullah bersabda:
·
Siapa saja yang memelihara dan menjaga keluarga dan kekayaan Mujahid
maka akan mendapat pahala setengah dari Mujahid itu. (Riwayat Muslim)
·
Kewajiban untuk menjaga kehormatan isteri para Mujahidin bagi mereka
yang tidak berangkat berjihad seperti kewajiban mereka menjaga
kehormatan ibu-ibu mereka. Jika seseorang berjanji untuk menjaga
kehormatan isteri seorang Mujahid, lalu kemudian ia mengkhianatinya,
maka di Hari Qiyamat sang Mujahid akan diberitahu bahwa orang ini telah
mengkhianatinya, maka ambillah dari segenap pahala amal sholehnya apa
yang diinginkan Mujahid itu. Maka sang Mujahid akan mengambil apa saja
dari amal sholeh orang itu. (Muslim)
· Siapa saja yang tidak (pernah)
berperang, atau ikut membiayai para Mujahidin, atau ikut
memelihara/menyantuni keluarga para Mujahidin, maka Allah akan
menimpakan bencana dan kehinaan sebelum kematiannya. (Riwayat Abu Dawud)
Jika
seseorang khawatir akan keselamatan atau nasib keluarganya, setan akan
berusaha mencari celah dan mencegahnya dari berangkat berjihad. Mungkin
orang itu akan tetap berangkat berjihad, maka setan akan berusaha
melemahkan hatinya dengan membisikkan padanya tentang nasib orang-orang
tercinta yang ditinggalkan. Karena itulah, menjaga dan memelihara
keluarga Mujahidin akan menolong mereka untuk mengokohkan hati dan
menaikkan moral mereka. Dan betapa Islam menaruh perhatian yang sangat
besar atas persoalan menjaga dan memelihara keluarga dan kekayaan
Mujahidin.
7. Menanggung Keluarga para Syuhada
Para Syuhada
telah berjuang demi Islam dan Muslimin. Mereka mempersembahkan hidupnya
untuk aku dan kalian. Maka wajib bagi kita untuk menghormati dan
melayani keluarga para syuhada. Ketika Ja’far bin Abi Thalib terbunuh di
Perang Mu’tah, Rasulullah saw berkata pada para isterinya: Siapkan
makanan untuk keluarga Ja’far, karena mereka tengah dirundung kesedihan.
Lalu Beliau mengunjungi keluarga Ja’far. (Diriwayatkan Abu Dawud an At
Tirmidzi).
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa ketika Rasulullah menerima
kabar syahidnya Ja’far, Beliau segera pergi mengunjungi rumahnya dan
meminta isteri Ja’far untuk mengumpulkan anak-anaknya. Ketika anak-anak
itu telah berkumpul, Beliau saw memeluk mereka semua dan mencium
wajahnya sementara air mata Beliau jatuh bercucuran. Asma, isteri
Ja’far, berkata: Saya bertanya pada Rasulullah apa yang telah terjadi.
Rasulullah menjawab: Ja’far telah syahid. Asma berkata: Ketika aku
mendengar kabar syahidnya Ja’far aku menangis dan menjerit. Rasulullah
kemudian pergi dan berkata pada para isterinya: Sediakan makanan untuk
keluarga Ja’far karena mereka saat ini tengah diliputi kedukaan.
Anak-anak
yatim para syuhada membutuhkan seseorang dari ummah ini yang peduli
untuk menjadi ayah bagi mereka. Para janda/isteri syuhada seharusnya
mendapat kesempatan prioritas untuk dinikahkan kembali jika ia
menginginkannya. Hal ini membutuhkan dua perubahan kultural. Yang
pertama: masyarakat Muslim harus merubah cara pandang negatifnya atas
para perempuan yang menjadi janda. Sayangnya, sampai saat ini banyak
kaum lelaki dan pemuda, menghindari menikahi para janda. Stigma seperti
ini yang melanda para Saudari muslimah kita harus segera diubah. Yang
kedua: masyarakat Islam saat ini masih sangat antipati terhadap
poligami, yang sesungguhnya sebuah jalan solusi yang telah disediakan
Allah khususnya pada masa perang seperti ini. Bukankah menjadi suatu hal
yang tidak adil jika kita ‘mengabaikan’ nasib jutaan Saudari muslimah
kita, sehingga mereka tidak dapat merasakan keberkahan pernikahan? Di
masa para Shahabat, tidak ada perempuan yang dibiarkan sendiri tanpa
adanya suami, sebagai pendamping yang akan memenuhi kebutuhan psikologi,
finansial, dan fisik dari para Saudari muslimah itu. Ketika Ja’far
syahid di Perang Mu’tah, Abu Bakr menikahi isteri Ja’far dan menanggung
keluarganya.
8. Menanggung Keluarga para Mujahid yang dipenjara
Merawat
dan menanggung keluarga muslim yang dipenjara sama pahala dan
keutamaannya dengan menanggung keluarga para syuhada. Sungguh sangat
penting dan urgen, agar praktek taawun (saling menolong) seperti ini
menjadi norma kebiasaan dalam masyarakat Muslim, sehingga ketika ada
ikhwah kita yang pergi fi Sabilillah, mereka akan merasa tenang karena
ketika mereka terbunuh atau tertangkap, mereka mengetahui bahwa keluarga
mereka tidak akan terlunta-lunta.
9. Membayar zakatmu kepada Mujahidin
Distribusi
zakat dibatasi kepada delapan kategori (delapan asnaf): Sesungguhnya
zakat itu hanyalah untuk orang faqir, orang miskin, para amil (pengurus)
zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak,
untuk melunasi orang yang berhutang, untuk fi Sabilillah, dan untuk ibnu
sabil (orang yang dalam perjalanan… (QS At Taubah 60)
Fi Sabilillah,
di Jalan Allah, merujuk kepada Mujahidin. Para Fuqoha Maliki seperti
Abu Bakr bin Al Arabi menyatakan: Imam Malik berkata, “fi Sabilillah
memiliki banyak arti, tetapi semua bersepakat, bahwa pengertian fi
Sabilillah di sini adalah Jihad”.
Imam An Nawawi menyatakan dalam Al
Minhaj ketika membahas tentang pengeluaran zakat: Mujahidin fi
Sabilillah harus diberikan nafkah untuk apa saja yang ia butuhkan juga
nafkah bagi keluarganya selama ia pergi berjihad hingga ia kembali
pulang. Meskipun kepergiannya memakan waktu yang lama sekali.
Saat
ini tidak banyak orang yang membayarkan zakatnya kepada Mujahidin.
Tetapi seandainya saja Ummat Islam dapat terhindar dari bisikan setan
yang menipu, mereka akan menyadari bahwa hari ini penunaian zakat yang
utama adalah untuk Mujahidin. Rasulullah pernah bersabda: Infaq dan
shodaqoh tidak boleh diberikan kepada golongan yang kaya, kecuali kepada
lima golongan… salah satunya yang disebutkan Nabi saw adalah Mujahidin
fi Sabilillah. (Riwayat Abu Dawud). Maka jika zakat saja boleh diberikan
kepada Mujahidin sementara ia seorang yang kaya dan mampu, bagaimana
dengan kondisi hari ini, ketika Mujahidin kita hari ini setidaknya
adalah golongan yang menghimpun empat asnaf zakat sekaligus: mereka
adalah kaum yang faqir (sangat membutuhkan), mereka adalah orang-orang
yang miskin, mereka adalah ibnu sabil (karena mereka adalah muhajirun,
orang yang berhijrah meninggalkan kampung halaman dan negerinya), dan
mereka adalah Fi Sabilillah!
Bayarkanlah zakatmu kepada Mujahidin dan ajaklah sebanyak mungkin orang untuk melakukan hal yang sama.
10. Kontribusi dalam memenuhi kebutuhan medis dan pengobatan Mujahidin
Mujahidin
kita sangat membutuhkan bantuan medis apa saja yang bisa mereka
dapatkan. Mereka sangat membutuhkan para dokter dan pekerja medis,
mereka membutuhkan rumah sakit dan klinik, dan mereka membutuhkan
obat-obatan. Ada ratusan bahkan ribuan dokter muslim. Tetapi betapa
banyak kami mendengar berbagai kisah Mujahid yang terluka, yang
sesungguhnya luka mereka dapat tertolong, tetapi mereka syahid menghadap
Allah, karena tiadanya pertolongan medis yang memadai. Para Mujahid ini
menderita sakit yang sangat panjang sebelum mereka syahid menghadap
Allah. Kepada kalian wahai Ummah, yang mempelajari ilmu medis dan
kedokteran, dan kalian berkata bahwa kalian melakukannya demi meraih
ridla Allah, kepada kalian kami katakan: ‘Aina Antum? Di manakah kalian?
(Al
Imam Abdullah Azzam bercerita, banyak peristiwa amputasi dilakukan
sementara sang Mujahid yang terluka dalam keadaan sadar, dan alat yang
digunakan adalah gergaji kayu! Sehingga sang Mujahid ini syahid bukan
karena lukanya, tetapi karena kehabisan darah setelah amputasi. Pent)
Dikisahkan
tentang Khattab (Shamir bin Sholeh As Suwailim), Komandan Islam
legendaris di Chechnya, pernah terluka dan para sahabatnya tidak dapat
menemukan satupun dokter Muslim untuk memberi perawatan medis untuknya,
sehingga terpaksa Beliau dibawa ke klinik Palang Merah, dan mereka
memberi perawatan medis untuknya di bawah todongan senjata!
Para
dokter dan pekerja kesehatan Muslim memiliki tanggung jawab sangat besar
dan kontribusi mereka begitu diperlukan. Kenyataannya bisa jadi pahala
mereka bahkan lebih besar dari para Mujahid.
11. Memberikan dukungan moral dan mendorong semangat
Ketika
Mujahidin mendengar para Imam memanjatkan doa untuk mereka, para ulama
menyampaikan fatwa untuk mendukung dan membela mereka, serta mendengar
kumpulan masyarakat Islam memuji dan menyemangati mereka, ini akan
mendorong kekuatan dan meneguhkan hati mereka. Sayangnya, kami mendapati
banyak Muslim mengkhianati saudara mereka Mujahidin dengan melontarkan
cercaan dan hinaan terhadap mereka (mereka berkata bahwa Mujahidin
adalah teroris, mereka berkata bahwa aksi jihad adalah irhab/teror,
mereka membeda-bedakan bumi jihad, dll. Pent). Kami menyaksikan banyak
ulama mengeluarkan fatwa untuk mendukung pemerintah murtaddin dalam
rangka memerangi Mujahidin. Janganlah engkau meremehkan efek negatif
pengkhianatan seperti ini terhadap Mujahidin.
12. Melindungi Mujahidin dan bangkit membela mereka
Rasulullah
saw bersabda: Barangsiapa membela kehormatan saudaranya, Allah akan
menjaga wajahnya dari api Neraka pada Hari Qiyamat. (Diriwayatkan At
Tirmidzi)
Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa membiarkan kesucian
saudara muslimnya dilecehkan dan kehormatannya dihinakan, Allah akan
meninggalkannya ketika ia tengah sangat butuh pertolongan. Barangsiapa
melindungi kesucian saudara muslimnya, dan membela kehormatannya, Allah
akan melindungi dan membelanya ketika ia tengah membutuhkan pertolongan.
(Diriwayatkan Abu Dawud)
Maka wajib bagi kita untuk bangkit membela
dan mempertahankan saudara kita yang telah membela kita dan agama kita.
Seperti ‘hukum ibu jari’, kita tidak boleh saling bersepakat dalam kata
dan tindakan untuk melawan saudara kita di dalam Islam, terlebih lagi
mereka yang telah mempersembahkan hidupnya demi membela Islam. Dan kita
tidak boleh saling bersepakat dalam kata dan tindakan bersama kaum kafir
yang memusuhi Allah SWT.
Dan jika engkau tidak mampu menyampaikan kebenaran, maka diam lebih baik.
13. Melawan kebohongan media barat
Persepsi
dari banyak Muslim hari ini dibentuk dan diarahkan oleh media barat.
Padahal Allah berfirman: Wahai orang Mu’min, jika datang orang fasiq
kepadamu membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar jangan
engkau menimpakan satu mushibah pada satu kaum disebabkan karena
ketidaktahuanmu, yang menyebabkan engkau kemudian menyesal. (QS Al
Hujurat 6)
Lalu bagaimana jika ternyata yang membawa berita itu bukan hanya fasiq, tetapi kafir?
Media
barat telah memainkan perannya yang sangat berbahaya, karena
kenyataannya mereka sengaja membungkus kejahatan dan kekejian dengan
jubah kebenaran dan obyektifitas. Tidakkah engkau saksikan, media barat
secara konsisten berusaha menutupi segala kekejian dan kekejaman yang
dilakukan pihak barat (kuffar) sementara mereka ‘memblow up’ berbagai
insiden, yang sesungguhnya sangat kecil dan tak sebanding dengan
kejahatan barat, jika itu dilakukan oleh Muslim? Tidakkah engkau
saksikan media barat telah berhasil mempresentasikan para auliya Allah,
mereka yang berjihad membelaNya, sebagai pengikut setan dan kejahatan,
sementara Firaun hari ini beserta seluruh antek-anteknya dipersepsikan
sebagai tentara kebaikan? Media barat telah memainkan perannya dalam
menyebarkan kebohongan kepada masyarakat Muslim kita.
Inilah rentetan
kenyataannya. Media ini telah secara konsisten melakukan aksi
demonisasi (pemburukan citra) terhadap Mujahidin, menyebarkan berbagai
kebohongan tentang mereka, memblowup kekeliruan mereka (meski itu
sekedar kekeliruan kecil), menebarkan benih perpecahan di antara
Mujahidin, berusaha membunuh karakter dan menghancurkan citra/reputasi
para pimpinan Jihad, mengabaikan atau memburukkan citra para ulama yang
shidq, sementara di sisi lain mengagung-agungkan serta mempromosikan
ulama su’ (ulama thowaghit). Karena itu saudara saudariku, di antara
bagian kewajiban kita adalah mengkampanyekan kesadaran ini kepada
masyarakat Muslim kita. Engkau harus mendorong masyarakat Muslim untuk
bersikap hati-hati dan kritis terhadap media barat. Seorang Muslim tidak
boleh mempercayai narasumber barat kecuali mereka telah dikonfirmasi
oleh sumber Muslim yang terpercaya. Aku katakan sumber Muslim yang
terpercaya, karena ayat Al Quran yang berbicara tentang peringatan Allah
terkait dengan berita adalah berita yang bersumber dari orang Muslim
yang fasiq. Bukan berarti kita tidak menerima seluruhnya segala hal dari
media barat itu bahkan ramalan cuaca! Tidak, tetapi yang ingin kami
tegaskan adalah hendaknya engkau bersikap kritis dan tabayyun khususnya
jika itu berita yang terkait dengan Islam dan Muslimin. Kita sering
menyaksikan, media yang telah terkenal reputasinya sebagai media yang
obyektif dan menjunjung tinggi kode etik pers, berubah menjadi media
‘pembohong’ dan manipulatif manakala isu yang diangkat adalah berbagai
berita tentang Ummat Islam. Kita menyaksikan demikianlah orang-orang
kafir telah mentradisikan ‘kedengkian’ ini terhadap kita semenjak masa
awal fajar sejarah, lalu apakah ada alasan kuat bagi kita untuk percaya
saat ini bahwa mereka telah berubah?
14. Membongkar kebusukan Kaum Munafiq
Kaum
Munafiqin telah memainkan peran yang sangat membahayakan masyarakat
Islam semenjak masa Nabi saw, dan demikian terjadi hingga sekarang.
Rasulullah memerangi mereka dan memerintahkan kita memerangi mereka
dengan membongkar segala kebusukan mereka. Jika pertempuran terhadap
kaum kuffar utamanya dengan pedang, maka pertempuran terhadap kaum
munafiq menggunakan bayan, penjelasan, ide, dan hujjah. Orang munafiq
bersembunyi di balik tameng agama dan simbol-simbol religius untuk
menyebarkan ide beracunnya, maka salah satu cara untuk menghadapi mereka
adalah menyampaikan Al Haq dan membuka kebohongan mereka. Senjata
kalian untuk menghadapi mereka adalah Al Quran dan Sunnah.
Beberapa
tokoh kemunafiqan ini bisa jadi sangat kharismatik. Mereka tampil sangat
impresif, menarik perhatian (ditambah lagi blowup media massa terhadap
mereka). Tetapi sesungguhnya mereka semua palsu. Allah berfirman: Jika
kamu melihat mereka, penampilan mereka akan membuatmu kagum. Dan jika
mereka bicara, maka kamu akan mendengarkannya. Mereka seperti kayu yang
tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan yang keras ditujukan
terhadap mereka. Mereka itu adalah musuh sebenarnya, maka waspadalah
terhadap mereka. Semoga Allah menghancurkan mereka, bagaimanakah mereka
sampai dapat dipalingkan (dari kebenaran)? (QS Al Munafiqun 4)
Para
ulama su’ (ulama yang buruk), serta penyebar ideologi sesat adalah di
antara mereka yang harus dihadapi dengan hujjah untuk mengungkapkan
kebusukan mereka.
15. Mendorong ummat (orang lain) untuk berjihad
Mengajak
orang lain untuk melakukan kebaikan adalah salah satu bentuk ibadah. Ia
adalah salah satu amal dari usaha amr ma’ruf nahi munkar. Sebagai
tambahan, mendorong ummat untuk berjihad adalah salah satu bentuk ibadah
yang diperintahkan Allah kepada kita. Allah berfirman: Wahai Nabi,
doronglah kaum Mu’minin untuk berperang… (QS Al Anfaal 65). Dan Allah
berfirman: Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu
dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri[324]. Kobarkanlah
semangat Para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah menolak
serangan orang-orang yang kafir itu. Allah Amat besar kekuatan dan Amat
keras siksaan(Nya). (QS An Nisaa 84)
16. Melindungi Mujahidin dan menjaga rahasia mereka (Wa’yul Amni)
Kita
harus menjaga lisan. Kadangkala engkau membahayakan saudaramu secara
tak sengaja karena lisanmu. Seorang Muslim harus membiasakan dirinya
mampu menjaga rahasia. Kita dapat mengambil ibrah dan pelajaran dari
Sirah bagaimana para Shahabat menolak menceritakan sesuatu bahkan kepada
para isteri mereka jika hal itu merupakan rahasia yang disampaikan Nabi
saw kepada mereka. Kadangkala engkau perlu menjaga rahasia dari
orang-orang terdekatmu: isteri, orang tua, anak, saudara, karena mereka
ini bisa jadi celah yang dapat menerobos kita. Seorang Muslim cukuplah
mengatakan sesuatu yang memang diperlukan. Bekerjalah berdasarkan kaidah
‘sebatas tahu dan sebatas perlu’. Banyak amal-amal serta kerja Jihad
yang pada dasarnya bersifat rahasia dan klandestin (tersembunyi). Maka
hendaknya kita berhati-hati dengan lisan kita. Banyak kegagalan dan
bahaya menimpa berbagai kerja Jihadi disebabkan seorang ikhwah yang baik
dan jujur tetapi tidak berhati-hati menjaga lisannya.
Musuh Islam
berusaha merekrut Muslim untuk menginfiltrasi amal Islami. Mereka akan
berkata kepada kita bahwa apa yang kita kerjakan itu demi melindungi
Islam. Mereka bahkan dapat mendatangkan ulama untuk meyakinkan kita. Di
antara kewajiban yang harus engkau lakukan dalam hal ini adalah
memperingatkan masyarakat Islam bahwa kegiatan mata-mata (tajassus,
mengintai) terhadap sesama Muslim untuk kepentingan kaum kuffar dan
antek-anteknya adalah satu tindakan kekufuran. Allah berfirman: Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi
dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim. (QS Al Maidah 51)
17. Berdoa untuk Mujahidin
Jangan
pernah meremehkan doa yang sholeh dan ikhlash. Rasulullah saw bersabda:
Ummat ini diberi kemenangan melalui kaum yang lemah di antara mereka,
melalu doa yang mereka panjatkan, doa yang sholih dan ikhlash. Berdoalah
sentiasa untuk Mujahidin di setiap sujudmu karena itu adalah saat
paling dekat antara engkau dengan Rabbmu. Yang juga penting adalah doa
qunut di dalam shalat. Doronglah para Imam masjid untuk memanjatkan doa
qunut setiap shalat terutama ketika terjadi kondisi genting atau
membahayakan Mujahidin. Beginilah Sunnah Rasulullah.
Salah seorang
Panglima Besar Islam dari Bani Ummayah, Komandan Qutaibah bin Muslim Al
Bahili berkata dalam satu pertempuran: Melihat Sheikh Muhammad bin Wasi’
(salah seorang ulama salaf) mengangkat telunjuknya ke angkasa (untuk
berdoa kepada Allah di tengah kecamuk perang) lebih aku sukai daripada
seribu bilah pedang termasyhur di tangan seribu pemuda perwira.
18. Mengikuti berita tentang Jihad dan menyebarkannya
Sentiasa mengikuti perkembangan Jihad dan Mujahidin sangat penting karena:
· Akan menjaga engkau untuk tetap ‘menyatu’ dengan Jihad dan berinteraksi secara hidup
· Akan mengokohkan rasa ‘sense of belonging’ (rasa memiliki), ghirah (semangat, kecemburuan) demi Ummah ini
·
Akan semakin meneguhkan cita-citamu untuk bergabung dalam Jihad,
manakala engkau menyaksikan berbagai aksi kepahlawanan para Mujahidin.
Juga akan menajamkan cita-cita serta doamu untuk mati syahid, manakala
engkau menyaksikan keteguhan dan keperwiraan para syuhada
· Mereka
yang sentiasa mengikuti perkembangan berita Jihad dan Mujahidin akan
menyaksikan bagaimana Allah melindungi dan membela hamba-hambaNya serta
memimpin mereka meraih kejayaan. Mereka akan menyaksikan bagaimana Ummah
ini diarahkan menuju Era Islam di bawah kepemimpinan At Thaifah Al
Manshurah, sebagaimana telah banyak disebutkan dalam hadits Rasulullah
saw
· Membaca dan mempelajari kitab sirah serta fiqh tentang Jihad
akan memberimu wawasan teoritis. Mengikuti perkembangan berita Jihad dan
Mujahidin akan memberimu wawasan praktis dan teladan nyata bagaimana
saudaramu Mujahidin tengah menerapkan berbagai teori tentang Din ini ke
tengah kancah kehidupan nyata hari ini. Hal ini akan memberimu wawasan
yang nyata, pemahaman yang realistis.
· Berita tentang Jihad
sesungguhnya berita tentang peperangan abadi antara Al Haq melawan Al
Bathil yang telah berlangsung semenjak masa Adam as hingga Hari Qiyamat
nanti. Mengikuti berbagai perkembangan Jihad akan menghidupkan
interaksimu dengan Al Quran. Ketika engkau membaca Al Quran dan
mempelajarinya dengan wawasan seperti ini maka engkau akan semakin erat
berhubungan dengan Kitabullah daripada mereka yang membaca/mempelajari
Al Quran tetapi ‘menutup dirinya’ dari berbagai dinamika nyata kehidupan
dan hidup di ‘ketinggian menara gading’. Hubungan dan pemahamanmu
dengan Kitabullah akan mencapai puncaknya ketika engkau terjun langsung
mengalami sendiri konflik pertempuran abadi ini manakala engkau telah
bergabung dengan barisan Mujahidin
Aku perlu untuk menegaskan kembali
apa yang telah aku jelaskan di point 13, yaitu engkau harus mengambil
dan menyebarkan berita dari sumber yang terpercaya. Karena menyebarkan
rumor dan kabar burung adalah salah satu karakter orang munafiq. Allah
berfirman: Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang
keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan,
kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS An Nisaa 83)
19. Menyebarkan tulisan Mujahidin dan karya ilmiah para Ulama mereka
Sungguh
sangat disayangkan, kita mendengar beberapa kalangan Muslim berkata
bahwa Mujahidin tidak memiliki ulama yang mendukung mereka dan
mengarahkan mereka. Mereka mengklaim bahwa karena tidak adanya ulama,
Mujahidin dalam aksinya sangat reaksioner, spontan, dan tanpa strategi
yang matang. Kenyataannya ada banyak ulama dan para pemikir strategis
yang hari ini mendukung Jihad. Permasalahannya, karena mereka berada di
atas Al Haq maka kebanyakan mereka terbunuh syahid, dipenjara, atau
terpaksa bergerak di bawah tanah (secara rahasia). Meskipun begitu,
Alhamdulillah, Jihad tetap memiliki sumber daya dan materi yang
mendukung amaliyatnya dan mengarahkan strateginya.
Kenyataannya,
banyak tulisan, analisa, pembahasan masalah, dan karya ilmiyah para
Ulama Jihad (Ulama Ahlu Tsugur) mungkin yang paling baik, paling
mendalam, paling kuat hujjahnya, dan sangat berakar aspek syariahnya.
Hal ini tidak aneh, karena mereka berbicara dan mengungkapkan segala hal
apa adanya, secara jujur. Mereka menyampaikan Al Haq sebagaimana
sejatinya Al Haq itu, tanpa perlu mengabaikan berbagai hujjah syariah
yang telah nyata, memanipulasi berbagai teks syariah, mencari-cari fatwa
atau pendapat ‘aneh’ (sebagaimana sering dilakukan para ulama thowaghit
dalam rangka mencari ‘pembenaran’ – atau legitimasi syar’i atas pesanan
para thowaghit). Para Ulama Mujahidin menampakkan secara tegas bahwa
mereka tidak takut pada siapapun, pada apapun. Mereka hanya takut kepada
Allah. Mereka juga tidak khawatir dibenci atau membuat marah orang
lain, asalkan Allah ridla pada mereka. Mereka sentiasa merujuk kepada
Kitabullah dan Sunnah Shohihah, serta pemahaman dan atsar Salafush
Sholeh, seperti para ulama salaf dari ummat kita, antara lain Ibnu Hajar
Al Atsqalani, Imam An Nawai, Al Qurthubi, Al Hafidz Ibnu Katsir,
Sheikhul Islam Ibnu Taimiyah, serta Imam yang empat. Tidak ada yang
mereka sembunyikan atau mereka tutup-tutupi. Hal ini membuat karya
ilmiyah mereka adalah yang paling shohih, shorih, dan rajih.
Untuk
mengatasi masalah tidak adanya penerbit atau media yang mau menerbitkan
dan menyebarkan karya mereka, maka tugas ini jatuh ke pundak Mujahidin
dan para pendukungnya untuk menyebarkan karya ilmiyah para ulama mereka.
Ini adalah bagian dari tugas dan tanggung jawab kita untuk menyebarkan
ilmu mereka. Beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam bagian ini:
· Menyebarkan buku dan risalah kepada keluarga, kerabat, dan teman
· Memposkan berbagai materi dan risalah ke internet (online)
· Merancang dan mengelola website (situs, blog, milis, dll) untuk mempublikasikan risalah itu
· Mengelola jejaring milis
· Menyebarkan risalah ke masjid-masjid
· Mendistribusikan risalah di perkumpulan-perkumpulan
· Aktif membina lingkar-lingkar halaqah yang mempelajari risalah tersebut
20. Menerbitkan dan menyebarkan fatwa untuk mendukung Mujahidin
Ada
para ulama yang masih bersedia berbicara menegaskan kebenaran. Para
ulama hanif seperti ini harus didorong untuk mendukung Mujahidin, dan
para ikhwah harus mendukung ulama ini, sehingga para ulama hanif itu
mengetahui ada para ikhwah yang mendukungnya. Fatwa dari para ulama ini
harus disebarluaskan. Ada banyak Saudara dan Saudari, para pemuda yang
sesungguhnya memiliki pandangan yang sama dan menyepakati manhaj
Mujahidin tetapi mereka belum betul-betul menerimanya hingga mereka
menyaksikan adanya ulama yang menyetujui dan mendukung manhaj itu.
Sesungguhnya segenap ummat ini tengah menanti adanya ulama yang akan
mengarahkan mereka.
21. Menyampaikan informasi dan berbagai perkembangan Jihad dan Mujahidin kepada para Ulama dan Imam
Seorang
ulama bukan berarti ia mengetahui segalanya. Bahkan kenyataannya,
seseorang yang mengambil spesialisasi pada disiplin ilmu tertentu
menjadi sangat fokus pada ilmunya itu, dan mengabaikan ilmu yang lain.
Para ulama dan imam perlu untuk sentiasa diberikan informasi yang
shohih. Dalam beberapa pengalamanku berbicara dan berdiskusi dengan
beberapa ulama, bahkan beberapa di antara mereka adalah ulama kaliber
dunia, aku dibuat heran mengetahui ternyata banyak di antara mereka yang
sedikit pengetahuannya tentang Mujahidin. Mereka tidak tahu dan
kekurangan informasi tentang Mujahidin, tentang pendirian Mujahidin atas
suatu isu, mereka juga kekurangan berita serta materi publikasi tentang
Mujahidin.
Musuh Islam mengetahui peran penting ulama dalam
masyarakat Islam. Karena itu mereka memberikan perhatian khusus kepada
para ulama. Musuh Islam sangat senang jika para ulama kita disibukkan
dalam debat dan berselisih mengenai berbagai isu dan masalah yang bukan
pokok, untuk mengalihkan perhatian mereka dari berbagai isu sentral dan
nyata yang tengah dihadapi oleh Ummah.
Apa yang dapat dilakukan oleh
ikhwah sekalian, adalah mempengaruhi para ulama itu, dan mengarahkan
cara pandangnya ke arah kebenaran. Karena ketika engkau dapat
mengarahkan pola pandang sang ulama, engkau dapat mengarahkan pola
pandang ribuan Muslim yang lain. Berikanlah para ulama berbagai bahan
bacaan pilihan. Pada tahap awal, berikanlah kepada mereka bahan materi
yang ringkas. Ingatlah, para ulama itu cenderung ada dalam keadaan
sibuk, dan memiliki banyak agenda serta bahan di meja kerja mereka untuk
mereka telaah dan pelajari, Karena itu kita harus mengikuti irama kerja
mereka dan mengakomodasi kesibukan mereka. Berdiskusilah dengan mereka
terkait dengan bahan yang mereka baca, dan berdiskusilah dengan mereka
sebagai murid, bukan sebagai lawan/opponent. Hindari mengkonfrontasi
mereka dengan pertanyaan kontroversial, karena kekhawatiran atau
kewaspadaan mereka akan dapat menyebabkan mereka menghujani engkau
dengan rentetan opini yang sebetulnya tidak benar-benar mereka yakini,
tetapi mereka kemudian bersikukuh dan membela mati-matian opini tersebut
hanya karena mereka telah mengatakannya. Berikanlah para imam dan
khatib bahan untuk diskusi dan khutbah mereka, sehingga mereka dapat
menyampaikan bahan materi itu dalam khutbahnya, khususnya khutbah
Jum’at.
22. Melatih kebugaran fisik
Rasulullah saw bersabda:
Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah daripada Mu’min yang lemah, dan
pada keduanya tetap ada kebaikan. (diriwayatkan oleh Muslim). Melatih
kekuatan fisik adalah bagian dari I’dad (persiapan) untuk Jihad. Yang
diperlukan oleh Jihad bukanlah tubuh yang kekar. Yang dibutuhkan Jihad
adalah seorang Mujahid yang dapat berjalan jauh berjam-jam, berlari
jarak jauh (sangat penting dalam perang gerilya), dapat berlari cepat –
sprint (sangat berguna dalam perang kota), serta mendaki gunung –
tebing. Seorang Mujahid harus mampu melakukan berbagai hal itu sambil
membawa beban yang berat. Di medan Jihad seperti Bosnia dan Chechnya,
seorang ikhwah yang lemah atau sakit akan menjadi beban penghalang bagi
saudaranya yang lain, karena ikhwah yang lemah ini akan memperlambat
gerak pasukan secara keseluruhan, serta mudah jatuh ke tangan musuh.
Karena itu melatih ketahanan – endurance (daya tahan, keshabaran) lebih
didahulukan. Baru setelahnya kita dapat melatih kekuatan – strength, dan
kelenturan – flexibility.
Meskipun seorang Muslim tidak sedang
berangkat berjihad, kebugaran fisik tetap penting. Sebagai contoh,
seorang Muslim yang kuat fisiknya dapat bertahan menghadapi siksaan di
penjara lebih lama dari Muslim yang lemah. Muslim generasi awal sentiasa
dalam keadaan sehat dan kuat karena mereka hidup dalam tradisi
kemiliteran – askari (ketentaraan). Shahabat Amr bin Ash, salah seorang
komandan Islam yang membuka Bumi Mesir pada masa Khalifah Umar ra, dan
kemudian ditunjuk sebagai gubernur di sana pernah menyampaikan dalam
khutbah Jum’at: Saya tidak ingin melihat kalian bertambah gemuk
sementara kuda-kuda kalian bertambah kurus. Jika saya melihat hal itu,
maka saya akan mengurangi gaji kalian sepadan dengan pertambahan berat
badan kalian.
Ikhwah fillah, berlatih kekuatan fisik dengan niyat
yang benar adalah bagian dari ibadah. Dan para Saudari saudari kita juga
tidak terkecuali. Para Saudari muslimah kita juga harus sehat dan kuat.
Menjadi tanggung jawab dari komunitas Muslim untuk mengusahakan sarana
yang memungkinkan bagi Saudari Muslimah kita untuk berlatih kekuatan
fisik yang sesuai dengan tuntunan syariat.
23. Berlatih senjata
Mempersiapkan
diri untuk Jihad adalah kewajiban, karena Jihad hari ini adalah
faridlah ain. Satu prinsip syariat berbunyi: Suatu kewajiban yang tidak
dapat dilakukan kecuali dengan memenuhi prasyaratnya, maka usaha untuk
memenuhi prasyarat tersebut menjadi wajib.
Berlatih senjata adalah
bagian yang sangat esensial dalam persiapan Jihad. Allah berfirman: Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan
itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain
mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS Al Anfaal
60)
Dan mengomentari ayat 60 Surah Al Anfaal ini, Rasulullah
bersabda: Sesungguhnya kekuatan itu ada pada melontar (menembak),
sesungguhnya kekuatan itu ada pada melontar (menembak). (Diriwatkan oleh
Muslim)
Persoalan ini sangat kritis, sehingga jika pelatihan senjata
tidak dimungkinkan di negeri kalian, maka engkau harus berusaha mencari
kesempatan pelatihan seperti itu di negara lain, jika engkau dapat.
24. Keterampilan medis dan P3K
Dalam
banyak situasi Mujahidin tidak dapat mengakses rumah sakit dan klinik.
Dalam situasi seperti itu keterampilan medis dan P3K menjadi pilihan
yang ada. Karena itu berlatih keterampilan P3K sangat relevan untuk
menghadapi berbagai kemungkinan eksterm yang dihadapi di medan Jihad.
Maka perlu ada koordinasi antara Saudara atau Saudari yang ditunjuk
untuk mendalami keterampilan medis dan P3K untuk berkoordinasi dengan
ikhwah yang memiliki pengalaman dalam Jihad, sehingga ikhwah yang
mendalami bidang medis tersebut dapat memiliki gambaran tentang situasi
yang mungkin dihadapi.
25. Mempelajari Fiqh Jihad
Engkau harus
berusaha mempelajari fiqh Jihad, termasuk fatwa para ulama terkait
berbagai isu yang dihadapi Mujahidin dalam medan Jihad hari ini.
Berbagai pemahaman yang mesti dipelajari misalnya hukum Jihad hari ini,
hukum dan kondisi Daarul Harb, permasalahan rakyat sipil dan ‘collateral
damage’ (korban rakyat sipil tak disengaja), masalah perjanjian
keamanan dengan pemerintahan nonmuslim, berjihad ketika tidak ada Imam,
hukum pemerintahan Muslim yang ada saat ini. Mempelajari berbagai aspek
dari fiqh Jihad sama pentingnya dengan mempelajari fadlilah Jihad
(seperti yang telah ditulis dalam kitab Masyariul Aswaq, Ibnu Nuhas Ad
Dimasyqi). Engkau juga perlu untuk mempelajari berbagai tulisan para
ulama dan cendekiawan yang tengah memetakan kondisi Jihad hari ini.
26. Melindungi Mujahidin dan membantu mereka
Allah
berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang
memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang
muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. (QS Al Anfaal
72)
Allah berfirman: Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman
dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan
rezki (nikmat) yang mulia. (QS Al Anfaal 74)
Ketika Mujahidin
dalam bahaya, kita harus memberi mereka perlindungan. Memang benar,
seringkali tindakan seperti itu sangat berbahaya dan menuntut
konsekuensi yang besar. Tetapi itu bisa jadi semua adalah pengorbanan
yang mungkin kita persembahkan demi mendapat ridlo Allah. Taliban
memberikan perlindungan dan menyediakan naungan bagi Mujahidin antar
bangsa yang berhijrah. Dan apa konsekuensi yang harus mereka bayar?
Mereka kehilangan kekuasaan dan pemerintahannya. Tetapi itu bukanlah
satu bentuk kekalahan. Di mata Allah itu adalah kemenangan. Sesungguhnya
engkau telah menang, meski berapapun harga dan kehilangan dunia yang
engkau derita, selama engkau tetap teguh memegang Din Allah. Dan engkau
sesungguhnya telah kalah, meski berapapun banyaknya keuntungan dunia
yang engkau peroleh, jika ternyata dengan itu engkau mengorbankan Din
dan imanmu.
Kita harus membuka rumah kita untuk Mujahidin di antara
kita, dan kita harus memberi mereka bantuan dan perlindungan yang mereka
butuhkan. Bukankah hal ini adalah hal yang menyebabkan kaum Anshar
mendapatkan status yang mulia di sisi Allah?
27. Membangun aqidah Al Walaa’ wal Baraa’
Perihal
membangun wala’ (loyalitas) hanya kepada Allah, RasulNya dan orang
beriman, serta deklarasi permusuhan dan peperangan terhadap orang-orang
kafir dan tuhan-tuhan mereka seringkali tidak mendapat perhatian yang
semestinya dalam lingkar-lingkar studi keislaman. Allah berfirman:
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa
yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah
nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya
sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada
bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku
tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim
berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan
hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami
kembali.". (QS Al Mumtahanah 4)
Allah berfirman menggambarkan mereka
yang berjuang di jalanNya sebagai: Hai orang-orang yang beriman,
Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah
akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan
Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui. (Qs Al Maidah
54)
Seorang Mujahid harus memiliki pemahaman yang bersih tentang
arti wala’/loyalitas terhadap Allah, RasulNya, dan kaum mu’min, dan di
saat yang sama mendeklarasikan permusuhan dan kebencian terhadap kaum
kafir dan kekufuran. Ibnu Taimiyah menegaskan: Engkau harus tetap lebih
mencintai orang mu’min kendati ia mengecewakanmu atau berbuat salah
kepadamu, dan engkau harus tetap lebih membenci orang kafir kendati ia
berlaku baik kepadamu.
Membenci orang kafir dan kekafiran adalah
elemen sentral dari aqidah kita. Kita harus menyadari bahwa Allah SWT
tidak akan pernah melimpahkan kita kemenangan selama kita tidak memiliki
sikap yang tegas mengenai wala dan bara, selama kita masih memiliki
rasa cinta walaupun sedikit dalam hati kita terhadap musuh kita dan
musuh Allah dan RasulNya. Kondisi spiritual di mana terbangun kokoh
loyalitas total kepada Allah dan permusuhan total kepada musuh-musuhNya
adalah salah satu pilar penting yang menjadi dasar keputusan Allah
antara rasul-rasulNya dengan ummatnya yang kafir. Allah tidak akan
pernah melimpahkan kemenangan kepada para Nabi dan ummatnya hingga
mereka menegakkan loyalitas yang sempurna kepada Allah dan menegakkan
permusuhan yang sempurna kepada kaum kuffar.
28. Menunaikan tanggung jawab kita terhadap para tawanan muslim
Rasulullah
bersabda: … dan bebaskan para tawanan… (diriwayatkan oleh Bukhari).
Para ulama kita telah berkata bahwa wajib bagi kaum Muslim untuk
membebaskan saudaranya yang ditawan musuh, meski itu harus ditebus
mengorbankan seluruh kekayaan mereka.
(Khalifah Umar bin Abdul Aziz
mengutus AbdurRahman bin Amrah untuk pergi menghadap Kaisar
Konstantinopel menebus kaum muslimin yang ditawan. Umar bin Abdul Aziz
berkata: Tawarkan kepada mereka uang tebusan. AbdurRahman bin Amrah
bertanya: Ya Amirul Mu’minin, bagaimana jika mereka meminta dua kali
lipat? Umar bin Abdul Aziz berkata: Tebuslah mereka apapun yang diminta
dengan apa yang kita punya, meski itu akan menghabiskan seluruh harta
kita. Sesungguhnya ketika engkau menebus kaum Muslimin yang ditawan,
sesungguhnya engkau tengah menebus Islam! Pent)
Banyak saudara kita
Mujahidin yang terlupakan, meringkuk dalam sel-sel penjara rahasia di
hampir setiap benua di seluruh dunia. Kita harus membangkitkan kesadaran
Ummah terkait masalah ini. Berdoalah sentiasa untuk para asraa
(tawanan) dan berjuanglah sekuat tenaga demi pembebasan mereka.
29. WWW Jihad (Jihad internet)
Internet
telah menjadi media yang luar biasa dalam menyebarkan seruan Jihad dan
mengirimkan berita tentang Mujahidin. Dalam beberapa hal, Saudara dan
Saudari fillah dapat berpartisipasi sebagai “Mujahidin internet” (Sheikh
Aiman Adz Dzawahiri menyebutnya dengan “Junudul Majhulin” – Tentara tak
dikenal. Pent) dengan melakukan beberapa hal seperti di bawah ini:
· Merancang forum diskusi internet yang menyediakan media yang bebas dan tak disensor mengenai informasi tentang Jihad.
· Merancang milis untuk saling berbagai informasi dengan para ikhwah yang memiliki minat yang sama
· Posting atau mengirim email mengenai literatur dan berita Jihad
·
Merancang website yang merangkung topik yang spesifik tentang Jihad,
seperti: berita Mujahidin, tawanan muslim, dan literatur Jihad.
30. Mendidik dan membesarkan anak-anak kita untuk mencintai Jihad dan Mujahidin
Anak-anak
kita harus dibesarkan dalam suasana perjuangan, dan dididik untuk
mencintai Jihad dan Mujahidin. Cerita yang kita sampaikan, kisah sebelum
tidur, sedapat mungkin berasal dari sejarah Din kita ini yang kaya
dengan berbagai teladan Jihad. Mari kita didik dan kita besarkan
anak-anak kita bersama Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid, Abu Ubaidah
bin Jarrah, Saad bin Abi Waqqash, Muhammad Al Fatih, Muhammad bin
Qasim, dan Sholahuddin. Jadikan figur dan idola mereka adalah
tokoh-tokoh Mujahidin masa kini. Pada saat yang sama mereka juga harus
belajar tentang kehinaan firaun, qarun, abu jahl. Mereka juga harus
diajari untuk memahami firaun-firaun masa kini, qarun-qarun masa kini,
dan abu jahl masa kini. Anak-anak kita harus diajarkan tidak untuk
“jauhi masalah dan jadilah anak yang baik”, tetapi seharusnya ajarkan
mereka untuk “berlaku jujur dan benar meski untuk itu engkau mungkin
akan menghadapi masalah”. Ajari anak-anak kita sikap inisiatif, proaktif
daripada bersikap pasif. Al Zubair bin Awwam, salah seorang dari
sepuluh Shahabat yang mendapat kabar gembira masuk Surga, selalu membawa
anaknya yang bernama Abdullah ke medan Jihad bahkan sejak sang anak
masih kecil. Karena Abdullah masih kecil dan belum mahir bertempur, maka
sang ayah membekalinya dengan pisau belati dan membiarkannya berkelana
di medan perang mencari orang kafir yang terluka untuk kemudian
mengeksekusinya. Kelak Abdulllah tumbuh menjadi salah satu pahlawan
legenda dalam sejarah ummat.
Meski Jihad secara fisik adalah domain
kaum lelaki, kaum perempuan juga perlu menyelami kehidupan para Mujahid
sebagaimana kehidupan para suaminya. Ia harus bersikap suportif jika
sang suami akan pergi berjihad, tabah ketika sang suami syahid, dan
shabr ketika sang suami tertawan musuh. Para saudari kita Mujahidah
harus meneladani kaum perempuan Anshar. Mereka menyaksikan Islam
‘merenggut’ ayah mereka, saudara mereka, para suami mereka, dan
anak-anak mereka, tetapi mereka tetap shabar dan bergembira, antusias
menyambut Muhajirin, membuka rumah mereka untuk perlindungan,
menghabiskan harta dan uang mereka demi Mujahidin, padahal mereka
memahami konsekuensi dari segala hal ini.
31. Menghindari hidup mewah
Syuhada
(insya Allah) Sheikh Abdullah Yusuf Azzam pernah berkata: Kemewahan
adalah musuh Jihad. Jihad adalah jalan kehidupan yang penuh kesulitan
dan menuntut pengorbanan. Karena itu menghindari hidup mewah akan
menghilangkan beberapa penghalang antara seseorang dengan Jihad. Engkau
harus berlatih tidur di lantai, makan makanan sederhana yang berbeda
dari yang biasa dimasak ibumu atau isterimu, menggunakan air dingin
untuk wudlu dan ghusl (mandi), dan tidak keberatan jika tidak
menggunakan shower setiap hari. Seorang ikhwah yang bercita-cita menjadi
mujahid harus mampu mengendalikan keinginannya dan mengekang nafsunya.
Ia harus melatih dirinya hidup prihatin, ia harus mematahkan beberapa
kebiasaannya hidup mewah atau bermanja-manja dan santai. Hendaknya ia
berlatih sedikit tidur dengan membiasakan qiyamullail dan berlatih
sedikit makan dengan membiasakan shoum setidaknya pada hari Senin dan
Kamis. Seorang Mujahid sejati harus mampu melepaskan dirinya dari segala
ikatan dengan dunia demi menggapai ridla Allah.
32. Mempelajari keahlian yang dapat bermanfaat bagi Mujahid
Medan
Jihad sangat luas dan menuntut banyak keahlian. Para Ikhwah harus
mendalami keahlian ini dan memanfaatkannya untuk melayani Islam. Aku
menekankan hendaknya keahlian yang kita dapatkan itu kita manfaatkan
seoptimal mungkin demi melayani Islam, karena kami banyak mendengar kaum
muslimin yang mengklaim bahwa alasan mereka belajar dan mengejar
karir/gelar adalah demi melayani Allah dan Islam tetapi setelah mereka
mendapatkan gelarnya atau karirnya mereka kemudian lebih melayani
kantong mereka dan nafsu pribadinya semata.
33. Bergabung dengan Jamaah/Kelompok yang beramal demi Jihad
Amal
jamai adalah kewajiban Muslim hari ini, karena upaya menegakkan hukum
Allah, dan itu merupakan kewajiban kita, tidak dapat dilakukan kecuali
bersama jamaah. Tetapi banyak sekali jamaah yang berkata bahwa mereka
bekerja demi Islam, lalu yang mana yang selayaknya dapat engkau
bergabung?
Karena Jihad adalah amal paling besar setelah iman kepada
Allah, dan ia adalah di antara peribadatan yang paling diperlukan hari
ini, sementara ia juga ibadah yang paling dilupakan, maka engkau harus
berusaha dapat bergabung dengan jamaah yang menjadikan Jihad sebagai
tujuan utamanya. Setiap jamaah Islam yang tidak beramal demi Jihad,
paling tidak ia dikatakan tidak sempurna. Hal ini dikarenakan semenjak
Jihad ditetapkan setelah hijrahnya Nabi saw, jamaah di mana di dalamnya
terdapat para Shahabat radliallahu’anhum telah selalu menjadikan Jihad
sebagai fokus utamanya. Inilah kebenaran dan kenyataan di masa
Rasulullah saw, Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, dan Muawiyah. Sirah
mencatat ada sembilan belas pertempuran yang diterjuni langsung
Rasulullah dan 55 ekspedisi perang yang ia perintahkan. Kesemuanya
terjadi dalam rentang sepuluh tahun! Hal yang sama kita jumpai di masa
Khulafa Rasyidin setelah Nabi saw.
34. Persiapan spiritual
Muslim
dikalahkan bukanlah karena kekuatan musuh tetapi karena kelemahan
Muslim sendiri. Allah berfirman: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu
Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS Asy Syura 30)
Karena
itu persiapan spiritual diperlukan untuk menunaikan berbagai kewajiban
agama. Ketika Rasulullah akan memanggul beban yang berat, maka Allah
memerintahkannya untuk mempersiapkan diri secara spiritual: Hai orang
yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari,
kecuali sedikit (daripadanya), seperduanya atau kurangilah dari seperdua
itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu
Perkataan yang berat. (QS Al Muzammil 1 – 5).
Karena Jihad adalah salah satu perintah Allah yang paling berat, maka kita membutuhkan banyak persiapan ruhani.
35. Menuntun Ummat kepada Ulama yang jujur
Kita
harus menyadari bahwa saat ini kita hidup pada masa di mana ulama dapat
‘dibentuk/dipesan’. Musuh Islam, melalui kendali mereka atas media dan
rejim pemerintahan muslim dapat mempromosikan figur-figur tertentu yang
mereka pertimbangkan dapat merepresentasikan sebagai Islam yang lunak
dan moderat, mereka kemudian memblowupnya dan menjadikan figur-figur ini
seperti selebriti. Seseorang yang ditunjuk menjadi Grand Mufti (mufti
besar) di beberapa negeri muslim akan dapat ‘menyulap’ orang-orang ini
dengan cepat menjadi ulama kaliber dunia. Rekayasa media, mulai dari
program televisi, media cetak, dll, akan menjadikan para figur ini
terkenal. Di sisi lain, para Ulama Haq, ulama yang jujur didesak,
dibungkam, dikejar-kejar, ditangkap dan dipenjara, atau dibunuh. Media
mengabaikannya atau menampilkan figurnya sebagai figur yang jahat
sehingga masyarakat tidak memperhatikan atau malah membencinya. Tetapi
dengan semua kenyataan itu, apakah para Ulama Haq itu ilmunya lebih
lemah dibanding para ulama pemerintah? Kenyataannya, para Ulama Haq,
para ulama yang jujur menegaskan kebenaran, lebih mendalam ilmunya,
lebih kokoh pemahamannya, karena mereka memahami kebenaran dan bertindak
semata demi kebenaran yang mereka yakini.
Menjadi tanggung jawab kita untuk menuntun ummat mengikuti Ulama Haq ini.
36. Mempersiapkan diri untuk berhijrah
Muslim
yang hidup di tengah komunitas nonmuslim telah menempatkan diri mereka
di bawah belas kasihan orang-orang kafir. Ketika daulah Islam ditegakkan
di Madinah, Rasulullah saw mendeklarasikan haram hukumnya hidup di
tengah orang-orang kafir. Maka Muslim harus mempersiapkan dirinya untuk
berhijrah jika kesempatan telah terbuka. Mempersiapkan diri untuk
berhijrah bukan hanya ditujukan untuk mereka yang tinggal di negeri
kafir, tetapi juga berlaku kepada seluruh Muslim karena kita sering
mendapati Jihad membutuhkan hijrah. Itulah mengapa Rasulullah saw pernah
bersabda: Hijrah tidak akan berhenti selama Jihad melawan musuh terus
berkobar. (diriwayatkan oleh Ahmad).
(Sementara Rasulullah sendiri pernah bersabda: Jihad akan berlaku sampai hari Qiyamat. Pent)
37. Menyampaikan nasehat kepada Mujahidin
Mujahidin
juga dapat berbuat keliru dan memiliki keterbatasan, sehingga mereka
juga butuh nasehat. Engkau dapat menyampaikan nasehat secara langsung
kepada mereka, engkau dapat mengirimkan, atau mempostingnya melalui
internet; apapun metode nasehat yang engkau lakukan, pastikan bahwa
semua engkau lakukan demi ridla Allah semata, bukan semata mengkritik
dan menyalahkan saudaramu.
Nasehat bukan hanya menunjukkan kelemahan
atau kekeliruan mereka, tetapi juga dapat mengusulkan kepada mereka
ide-ide baru atau memperingati mereka akan bahaya.
38. Mempelajari hadits tentang Fitan
Hadits
tentang fitan (bentuk plural dari fitnah) adalah serangkaian hadits
yang disampaian Rasulullah saw yang berbicara tentang berbagai peristiwa
yang akan terjadi menimpa Ummatnya setelah Beliau saw wafat. Fitnah
berarti cobaan, mushibah. Mempelajari hadits tentang fitan sangat
penting, dengan alasan sebagai berikut:
· Ada banyak sekali hadits
yang berbicara tentang fitan, sehingga ini mengindikasikan betapa
pentingnya untuk mengetahui dan memahaminya
· Umumnya khutbah dan
nasehat Rasululllah ringkas dan padat. Tetapi diriwayatkan Rasulullah
pernah menyampaikan khutbah atau nasehat kepada sekelompok Shahabat
terus bersambung mulai selesai shalat shubuh hingga isya, tidak berhenti
kecuali untukk shalat. Dan topik apa yang dibicarakan? Fitnah dan
cobaan yang akan melanda Ummat semenjak wafatnya Beliau hingga hari
Qiyamat. Jika topik tentang fitan ini tidak penting, mengapa Rasulullah
merasa perlu menyampaikannya sehari penuh kepada para Shahabatnya?
·
Para Shahabat sangat antusias mengetahui berbagai fitan yang akan
melanda, sehingga mereka kerap bertanya pada Rasulullah bagaimana mereka
dapat melindungi diri dari fitan itu.
Ada banyak manfaat bagi Mujahidin dalam mempelajari dan mengajarkan hadits tentang fitan:
· Manfaat yang utama adalah mempelajari bagaimana melindungi diri dan menghindari dari jatuh terjerumus ke dalam fitnah
· Ummat Islam dapat memperoleh pemahaman menyeluruh tentang bagaimana ummat dapat memimpin dan bagaimana mencapai kemenangan
·
Jihad memainkan peran utama dalam kancah sejarah ummat ini. Mempelajari
hadits tentang fitan akan meletakkan Jihad dalam perspektif yang
sesuai. Dua pemimpin ummat ini di akhir jaman adalah para Rijalul Jihad,
lelaki Jihad: Al Mahdi dan Isa putra Maryam.
· Berbagai hadits
tentang fitan menjelaskan secara gamblang kepada ummat ini bahwa
kebangkitan ummat menuju kemenangan sejati tidak akan dapat diraih
melalui jalan pemilihan (demokrasi) atau da’wah dengan jalan damai,
tetapi melalui bertempur dan berperang fi sabilillah.
· Mempelajari
hadits tentang fitan dan melihat peran Jihad akan membentuk visi yang
jelas kepada setiap Muslim dan mendorong mereka untuk bergabung dalam
barisan Mujahidin
39. Menyingkap kebusukan firaun dan para tukang sihir pendukungnya
Berbagai
rejim yang kini memerintah negara Islam hari ini memainkan peran
sebagai firaun terhadap Musa, dan para ulama thowaghit serta segenap
pendukung yang mengelilingi mereka memainkan peran seperti para tukang
sihir pembela firaun yang bertugas menipu dan masyarakat. Segenap rejim
thowaghit dan para pendukungnya adalah lingkar ketiga dari poros musuh
Islam bersama penyembah salib dan zionis, lalu kaum musyrikin dan
atheis.
40. Nasyid
Muslim perlu sentiasa diinspirasi untuk
melaksanakan Jihad. Pada masa Rasulullah saw, Beliau memiliki sejumlah
penyair yang akan menggubah syair untuk memompa semangat kaum Muslimin
dan menjatuhkan moral orang-orang kafir. Hari ini peran itu dimainkan
oleh nasyid. Nasyid yang baik dapat menyebar begitu luas dan diterima
banyak kalangan, yang mana bisa jadi tidak dapat dicapai oleh kuliah
atau buku. Nasyid khususnya banyak menginspirasi kaum muda, dan mereka
ini adalah pondasi Jihad di setiap masa dan jaman. Nasyid dapat
digunakan sebagai elemen penting untuk membangun tradisi dan budaya
Jihad. Nasyid cukup banyak dalam bahasa arab, tetapi masih sedikit yang
digubah dalam bahasa lain (inggris, indonesia). Maka ini sangat penting
bagi para penyair dan seniman untuk mengambil peran dan tanggung jawab
ini. Nasyid dapat mengangkat berbagai topik seperti: kesyahidan, Jihad
adalah solusi, mendukung Mujahidin, mendukung para pimpinan Jihad saat
ini, kondisi ummah, tanggung jawab pemuda, futuhat Islam, dan berjuang
mempertahankan Din. Nasyid harus memfokuskan temanya pada keadilan
daripada perdamaian, kekuatan daripada kelemahan/kelembutan. Nasyid
haruslah tegas, kuat, dan membangkitkan semangat, ketimbang penuh
penyesalan dan feminin.
41. Boykot perekonomian musuh
Ketika
Tsumamah bin Athaal masuk Islam, ia memboykot Quraisy dengan mencegat
setiap karavan yang membawa gandum menuju Mekah yang melewati negerinya.
Hari ini Muslim harus memboykot perekonomian musuh dengan berusaha
tidak memakai produknya dan mengembangkan produk sendiri.
42. Mempelajari Bahasa Arab
Bahasa
Arab adalah bahasa Jihad internasional. Hampir semua literatur Jihad
tersedia dalam bahasa Arab dan para penerbit tidak mau mengambil resiko
untuk menterjemahkannya. Sementera saat ini, pihak yang bersedia
mengeluarkan uang dan mau menerjemahkan literatur Jihad adalah badan
intelijen barat… dan sayangnya, mereka tentu tidak mau menyebarkannya
kepadamu. Bahasa Arab juga menjadi bahasa komunikasi yang mendominasi,
dipakai oleh para Mujahidin antar bangsa di hampir semua medan Jihad,
jadi bagi engkau yang ingin berangkat berjihad, tidak ada pilihan lain
kecuali engkau harus berusaha mempelajarinya. Sangat penting bagi para
Mujahidin untuk saling berkomunikasi dengan bahasa yang standar dan
Bahasa Arab adalah pilihan yang paling sesuai.
43. Menerjemahkan literatur Jihad ke bahasa lain
Sebagaimana
aku katakan di bagian sebelumnya, hampir seluruh literatur Jihad
ditulis dalam Bahasa Arab. Saudara dan Saudari yang mampu berbicara
dalam bahasa asing selain Bahasa Arab harus menterjemahkan berbagai
literatur berharga ini ke dalam bahasa mereka.
Setiap gerakan
perubahan dimulai dengan perubahan intelektual. Menurut riwayat,
Sholahuddin memulai gerakan Jihad membebaskan Bumi Islam, pertamakali
dengan menggalakkan berbagai tulisan tentang Jihad. Kami menyaksikan hal
seperti ini terjadi saat ini. Gelombang kebangkitan Jihad harus
disebarkan ke seluruh Muslim dalam berbagai bahasa.
44. Mengajarkan ummat tentang karakteristik At Thaifah Al Manshurah
Rasulullah
saw bersabda: Akan sentiasa ada satu thoifah (kelompok) dari ummatku,
berperang dan bertempur, mereka mematuhi perintah Allah, mengalahkan
musuh mereka, dan mereka tidak akan dapat ditimpakan bahaya dari
orang-orang yang melawan mereka hingga tibanya Hari Qiyamat.
(diriwayatkan oleh Al Hakim, dan ia menyatakan shahih)
Ini adalah
kelompok yang akan sentiasa dimenangkan oleh Allah, dan setiap kita
harus berjuang untuk dapat bergabung menyertainya. Engkau dapat
mengenali mereka dari beberapa ciri khas yang sentiasa ada pada mereka:
· Mereka adalah ath Thaifah, al jamaah, sekelompok orang yang saling beramal jamai, saling bekerja sama demi kebaikan
·
Berperang, ini adalah ciri khas yang menjadi kunci dari thaifah ini.
Ciri khas bahwa mereka adalah kelompok yang berperang telah membedakan
mereka dari berbagai kelompok dan jamaah Islam yang hari ini ada.
·
Tidak akan ditimpakan bahaya dari orang yang melawan/menyelisihi mereka,
hal ini terjadi karena mereka memiliki Allah di pihak mereka. Aku
pernah mendengar sebuah nasyid (meskipun yang menyanyikannya seorang
laki-laki tetapi suaranya begitu feminin sehingga engkau merasa muak
mendengarnya), nasyid itu berisi syair yang berbunyi dalam narasi yang
berbeda: mereka tidak akan ditimpa bahaya dari orang yang mengkhianati
mereka, artinya thaifah ini akan menghadapi pengkhianatan kebanyakan
ummat Islam, tetapi itu semua tidak akan membahayakan mereka.
·
Mereka kelompok yang menang, menang di sini tidak harus selalu berarti
menang atas musuh mereka di dunia. Menang artinya mereka berhasil
memelihara Din dan berjuang membelanya hingga mereka mati menemui Allah.
Ini artinya mereka tidak pernah menyerah, tidak pernah lemah, tidak
pernah berkompromi, dan tidak ragu dalam meninggikan panji-panji Islam.
Mengajarkan
orang lain tentang Ath Thaifah Al Manshurah akan menolong mereka untuk
menemukan kebenaran. Muslim yang memiliki pengetahuan dasar tentang
Islam, memiliki akal sehat, umumnya bersedia mengikuti (bertaqlid)
kelompok, jamaah, harakah, atau syuyukh. Dan berpikir sedikit obyektif
akan dengan mudah menuntun mereka untuk menemukan jamaah yang mana yang
memiliki karakteristik seperti disebutkan di atas. Karena karakteristik
Ath Thaifah Al Manshurah ini melekat pada jamaah itu seperti sarung
tangan yang melekat pada tangan.
Demikianlah Saudara dan Saudari
fillah, ini adalah serangkaian nasehat tentang bagaimana engkau dapat
mendukung Jihad hari ini. Seluruh rangkaian nasehat ini tidak akan
memiliki arti apa-apa kecuali untuk dilaksanakan. Maka berbuatlah,
lakukanlah apa yang dapat engkau lakukan, dan ajaklah orang lain untuk
ikut melakukannya.
Sebagai penutup, kami berdoa kepada Allah agar Dia
menunjukkan kita jalan yang lurus dan menjadikan kita orang yang sudi
mendengarkan nasehat dan mengikuti kebaikan.
Ya Allah! Jadikan kami dapat bergabung menyertai Mujahidin dan limpahkanlah kemenangan kepada kami atas musuh-musuh kami.
Allahumma Aamiin.