بسم الله الرحمن الر حيم
إن الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران – الآية: 102
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
Kenapa Hari Jumaat Yang Jadi Hari Besar Umat Islam?
Ada beberapa alasan untuk menjawab pertanyaan di atas. Terlebih dahulu, mari kita lihat penjelasannya.
Dari Salamah dari Abu Hurairah (ra) Nabi SAW bersabda:
“Hari
terbaik yang terbit padanya matahari adalah hari Jumaat. Sebab pada hari
itu Allah Azza wa Jalla menciptakan Adam (as), Dia memasukkan Adam ke
syurga , pada hari itu ia diturunkan ke bumi, dan pada hari itu terjadi
kiamat serta pada hari itu terdapat satu masa d imana tidak seorangpun
berdoa kecuali Dia akan mengabulkan doa itu.” (HR. Muslim)
.
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata:
“Sesungguhnya dinamakan hari Jumaat dengan Jumaat disebabkan perkataan Jumaat itu merupakan musytaq (derivasi kata) dari Al-Jam’u
(himpunan atau kumpulan). Sesungguhnya umat Islam berkumpul pada hari
Jumaat tiap minggu sekali di dalam suatu tempat yang sangat besar
(masjid)…” Allah memerintahkan kaum mukminin untuk berkumpul dalam rangka beribadah kepada-Nya.
“Wahai
orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan solat pada hari
Jumaat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah: 9)
Ibnul Qayyim Al-Jauzi mengatakan:“Termasuk petunjuk Nabi, ialah mengagungkan, memuliakan dan mengkhususkan hari agung ini dengan berbagai macam bentuk ibadah…”.
.
.
HARI YANG MULIA
Hari Jumaat merupakan nikmat rabbaniyah yang selalu dijadikan bahan kedengkian musuh-musuh Islam.
Hari Jumaat merupakan kurnia dari Allah
untuk umat ini yang telah dijadikan sebagai umat terbaik yang
dikeluarkan di tengah-tengah manusia. Allah mengutamakan hari ini di
atas semua hari dalam sesuatu minggu dan Dia mewajibkan kepada orang
Yahudi dan Nashrani untuk mengagungkannya. Tapi, mereka mengingkarinya
dan sebaliknya memilih hari lain sehingga mereka tersesat dan tidak
mendapat petunjuk. Kemudian Allah SWT terus menunjukkan kepada mereka
yang beriman kemuliaan hari ini dengan mengagungkannya.
.
Dari Abu Hurairah r.a., beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda:
نَحْنُ الآخِرُونَ السَّابِقُونَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ ، بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا،
ثُمَّ هذَا يَومُهُمُ الَّذِي فُرِضَ عَلَيْهِمْ فَاخْتَلَفُوا فِيهِ
فَهَدَانَا اللهُ، فَالنَّاسُ لَنَا فِيْهِ تَبَعٌ : اليَهُوْدُ غَداً ،
وَالنَّصَارَى بَعْدَ غَدٍ
“Kita
adalah orang terakhir, namun yang pertama pada hari kiamat meskipun
mereka telah diberikan kitab sebelum kita. Hari ini (Jumaat) adalah hari
yang telah Allah wajibkan atas mereka, namun mereka mempertikaikannya.
Maka Allah menunjukkan kita akan hari itu sehingga orang-orang mengikuti
kita dalam hari ini (Jumaat), sementara orang-orang Yahudi esok (Sabtu)
dan orang-orang Nashrani esoknya lagi (Ahad).” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, An-Nasai dan lainnya)
.
Maksud “Kita sebagai orang terakhir”
adalah sebagai keberadaan umat terakhir di dunia. Namun di akhirat
kelak akan mendahului mereka. Iaitu menjadi umat pertama yang
dihimpunkan di Mahsyar, umat pertama yang dihisab, umat pertama yang
diadili dan umat pertama yang akan masuk syurga.
“Kami umat terakhir dari penduduk bumi, namun menjadi umat pertama pada hari kiamat yang diadili sebelum umat-umat lain.”
“Kita adalah orang terakhir, namun yang paling awal pada hari kiamat. Dan kita adalah orang yang pertama kali masuk syurga.”
.
Manakala maksud diwajibkan adalah mesti
memuliakan hari tersebut. Menurut Ibnu Baththal, mereka tidak
diperintahkan dengan jelas untuk memuliakan hari Jumaat yang kemudian
mereka tinggalkan. Alasannya, seseorang tidak boleh meninggalkan
kewajiban yang Allah tetapkan atasnya sementara masih berstatus mukmin.
Lalu beliau rahimahullah berkata:
“Diwajibkan
atas mereka (memuliakan) satu hari dalam seJumaat. Lalu mereka diberi
pilihan untuk menegakkan syari’at mereka pada hari itu. Kemudian mereka
berselisih tentang hari itu dan tidak mendapat petunjuk untuk memilih
hari Jumaat.” Demikian juga yang dinyatakan oleh Al-Qadhi ‘Iyadh. (Lihat Fathul Baari: 2/355)
.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata:
“Mungkin
juga mereka telah diperintah dengan jelas, lalu mereka berselisih
pendapat apakah wajib menentukan hari itu saja atau dibolehkan untuk
menggantinya dengan hari lain. Kemudian mereka berijtihad dalam hal itu,
lalu salah.” (Lihat Fathul Baari: 2/355)
.
Dan dalam Fathul Baari, Ibnu Hajar rahimahullah
menyebutkan sebuah hadis penutup terhadap masalah ini yang diriwayatkan
Ibnu Abi Hatim dari jalur Thariq Asbath bin Nashr, dari As-Sudiy dengan
lafaz yang sangat jelas bahawa mereka diwajibkan untuk memuliakan hari
Jumaat saja lalu mereka menolak. Sabda Rasulullah shallallahu’ alaihi
wasallam:
إِنَّ اللَّه فَرَضَ عَلَى
الْيَهُود الْجُمُعَة فَأَبَوْا وَقَالُوا : يَا مُوسَى إِنَّ اللَّه لَمْ
يَخْلُق يَوْم السَّبْت شَيْئًا فَاجْعَلْهُ لَنَا
“Sesungguhnya
Allah telah mewajibkan (untuk mengagungkan) hari Jumaat atas Yahudi,
lalu mereka menolaknya dan berkata: “Wahai Musa, sesungguhnya Allah
tidak menciptakan apa-apa pada hari Sabtu, maka jadikan hari itu untuk
kami.” (Fathul Baari: 3/277 dari Maktabah Syamilah)
.
.
والله أعلم بالصوابWallahu A’lam Bish Shawab
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan