بسم الله الرحمن الر حيم
إن
الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران
– الآية: 102
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
KITAB RAHASIA SHALAT DAN SEGALA KEPENTINGANNYA
(Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Segala pujian bagi Allah yang mengumiakan akan hambaNya dengan
segala nikmat yang halus-halus dan mengurniakan akan hati mereka dengan segala
nur Agama dan tugasnya, yang diturunkan dari 'Arasy kebesaran ke langit dunia,
dari derajat-derajat kerah-matan, salah satu dari tanda-tanda kasih-sayangNya,
yang berbeda dengan raja-raja, serta ke-esa-an dengan kebesaran dan keagungan,
dengan menggerabirakan makhlukNya untuk bermohon dan ber-do;a. Maka berfirman
Ia : "Adakah yang berdo'a, maka Aku terima do'anya itu.
Adakah yang meminta ampun, maka aku ampunkan dosanya Berbeda
dengan sultan-sultan, dengan membuka pintu dan membuang hijab,
makadimudahkanNya bagi segala hambaNya untuk bermunajah dengan
shalat-shalat, betapapun bertukarnya keadaan di dalam jama'ah orang ramai dan
ditempat-tempat yang sunyi. Tidak dengan memberikan kelapangan saja, tetapi ia
dengan lemah-lembut mengajak dan memanggil, sedang selain Dia -dari raja-raja
yang lemah itu- tidak memperkenankan berbicara secara sembunyi melainkan
setelah menyerahkan hadiah dan suap Maka maha-sucilah Ia, maha-besarlah
kedudukanNya, maha-kuatlah kekuasaanNya, maha-sempumalah kasih-sayangNya dan
maha-lengkaplah kebaikanNya.
Rahmat kepada Muhammad Nabi Nya dan waliNya yang pilihan dan
kepada keluarganya dan shahabatnya kunci petunjuk dan lampu kegelapan serta
selamat yang sempuma.
Adapun kemudian, maka sesungguhnya shalat itu
tiang Agama dan tonggak keyakinan,- pokok segala jalan mendekatkan diri kepada
Tuhan dan sinar cemerlang untuk kebaktian kepadaNya.
Sesungguhnya, telah kami selidiki dalam ilmu fiqih secara meluas,
sedang dan ringkas dari madzhab akan segala pokok dan cabangnya, kami
kesampingkan kesungguhan dari ranting-rantingnya yang jarang terjadi dan
kejadian-kejadiannya yang hampir tak pernah kejadian, supaya adalah semuanya
ini menjadi simpanan bagi mufti (orang yang mengeluarkan
fatwa-fatwa). Daripadanya ia mengambil paham dan berpegang dan kepadanya ia
mengadu dan kembali.
Kami sekarang di dalam Kitab ini, meringkaskan kepada yang tak
boleh tidak saja, bagi seorang pelajar fiqih, mengenai segala amal
perbuatan dhahiriyah dan segala rahasianya yang bathiniyah. Kami menyingkapkan
segala artinya yang halus-halus tersembunyi, mengenai pengertian khusyu',
ikhlas dan niat, hal mana yang tiada berlaku kebiasaan menyebutkannya di dalam
ilmu fiqih, Kami su-sun Kitab ini kepada tujuh bab :
mengenai fadlilah (keutamaan) shalat. mengenai pengutamaan amalan
dhahir dari shalat. mengenai pengutamaan amalan bathin dari shalat. mengenai
imam shalat dan cara mengikuti imam, mengenai shalat Jum'at dan adabnya.
mengenai masalah yang bermacam-macam yang menjadi bahaya yang merata, yang
memerlukan murid kepada mengetahuinya. mengenai amalan sunat dan lainnya.
Bab Pertama / Bab Kedua / Bab Ketiga / Bab Keempat / Bab Kelima / Bab Keenam / Bab Ketujuh
Bab pertama : Mengenai fadiilah shalat, sujud,
berjama'ah, adzan dan lainnya.
FADLILAH ADZAN :
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم . :
"Tiga orang pada hari qiamat di atas bukit kecil dan kesturi hitam,
tiada menyusahkan mereka oleh hisab amalan dan tiada menimpa ke atas diri
mereka oleh kegelisahan, sehingga selesailah ia dari segala sesuatu diantara
manusia . Orang yang tiga itu ialah : orang yang membaca Al-Qur'an karena
mengharap akan Wajah Allah 'Azza wa Jalla dan menjadi imam pada sesuatu kaum,
di mana kaum itu senang kepadanya; orang yang beradzan (melakukan bang) pada
masjid dan berdo a kepada Allah 'Azza wa Jalla karena mengharap akan WajahNya
dan orang yang berpenghidupan sempit di dunia maka yang
demikian itu tiada mengganggukannya daripada berbuat amalan akhirat". (1).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
"Tiadalah yang mendengar seruan adzan dari orang yang
beradzan itu, baik yang mendengar itu jin atau manusia ataupun sesuatu yang
lain, melainkan naik saksi ia untuk orang yang beradzan itu pada hari
qiamat". (2).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "
Tangan Tuhan Yang Maha Pengasih itu di atas kepala muadzin (orang
yang beradzan)r sehingga selesailah ia daripada adzannya". (3)
Ada yang mengatakan mengenai penafsiran firman Allah 'Azza wa
Jalla :
(Wa man ahsanu qaulan mim man da'aa ilallaahi wa 'amila
shaali-haa).
Artinya : "Siapa yang lebih baik perkataannya dari
orang yang memanggil kepada Tuhan dan mengerjakan perbuatan baik". (S.
Ha Mim @ Al fushilat33), bahwa ayat ini turun mengenai orang-orang muadzin.
1.Dirawikan
At-Tirmidzi dari Ibnu Umar dan dipandangnya hadits hasan (baik).
2.Dirawikan
Al-Bukhari dari Abdullah bin Yusuf.
3.Dirawikan
Ath-Thabrani dan Al-Hasan bin Sa'id dari Anas, dengan isnad dla'if.
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
إذا سمعتم النداء فقولوا مثل ما يقول المؤذن
(Idzaa sami -tumun nidaa-a faquuluu mitsla maa yaquulul
mu-adzdzin).
Artinya : "Apabila kamu mendengar seruan adzan,
maka ucapkanlah apa yang diucapkan oleh muadzin itu ".
Mengucapkan yang demikian itu adalah sunat, kecuali mengenai "Hayya
'alash-shalaah " dan "Hayya 'alal-falaak "
maka diucapkan pada yang dua mi ialah : "Laa haula wa laa quwwata
illaa billaah ". Dan pada ucapan muadzin : "Qadqaamatish
shalaah", maka pendengar mengucapkan : أقامها الله وأدامها ما دامت السموات والأرض Aqaamahallaahu
wa adaamahaa maa daama-tis samaawaatu wal ardl". (Ditegakkan
Allah kiranya shalat itu dan dikekalkanNya selama kekal langit dan bumi),
Dan pada tatswib, yaitu : ucapan muadzin pada
shalat shubuh : "Ashshalaatu khairum minan nauum". (Shalat
itu lebih baik dari pada tidur), maka pendengarnya mengucapkan : "صدقت وبررت ونصحت وعند الفراغ Shadaqta wa bararta wa nashahta" (Benar engkau, telah
berbuat kebajikan engkau dan telah memberi nasehat engkau).
Ketika selesai dari adzan, maka dibacakan do'a, yaitu :
اللهم رب هذه الدعوة التامة والصلاة القائمة آت محمدا الوسيلة والفضيلة والدرجة الرفيعة وابعثه المقام المحمود الذي وعدته إنك لا تخلف الميعاد
(Allaahumma rabba haadzihid da'-watit taammati wash- shalaatil
qaa-imati, aati Muhammadanil wasiilata wal fadliilata wad darajatar rafn-'ata
wab-'atshul maqaamal mahmuudal ladzii wa 'adtahu, innaka laa tukhliful
mii-'aad).
Artinya : "Ya Allah, ya Tuhanku, yang memiliki
do'a ini yang sempurna, dan shalat yang berdiri tegak! Berikanlah kepada
Muhammad jalan„ kelebihan dan derajat tinggi! Dan bangkitkanlah dia pada tempat
terpuji yang telah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi
janji".
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab : "Barangsiapa mengerjakan
shalat pada tanah Sahara yang luas, niscaya bershalat di kanannya seorang
malaikat dan dikirinya seorang malaikat. Maka jika ia beradzan dan berqamat
(iqamah), niscaya bershalat di belakangnya malaikat-ma-laikat berbaris seperti
bukit".
FADLILAH SHALAT FARDLU.
Berfirman Allah Ta'ala :
(Innash shalaata kaanat 'alal mu'miniina kitaaban mauquutaa).
Artinya : "Sesungguhnya shalat itu suatu kewajiban
yang ditentukan waktunya untuk orang-orang yang beriman". (S.
An-Nisaa', ayat 103).
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Lima
shalat diwajibkan oleh Allah kepada segala hamba. Maka barangsiapa mengerjakan
semuanya dan tidak menyianyiakan suatupun daripadanya, sebagai
meringan-ringankan haknya, niscaya adalah untuknya pada Allah suatu janji bahwa
ia akan masuk sorga. Dan barangsiapa tidak mengerjakan semuanya, maka tiadalah
baginya pada Allah suatu janji. Jika dikehendaki oleh Allah niscaya
di'azabkannya dan jika dikehendakiNya niscaya dimasukkannya ke dalam
sorga". (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Perumpamaan
shalat yang lima itu adalah seumpama sebuah sungai yang tawar airnya yang
meluap-luap, di pintu seseorang daripada kamu. la mandi padanya tiap-tiap hari
lima kali. Apakah pendapatmu tentang orang itu, apakah masih ada
dakinya?".
Menjawab para shahabat : "Tak ada sedikitpun!".
Maka menyambung Nabi صلى الله عليه وسلم "Sesungguhnya
shalat yang lima itu, menghilangkan dosa seperti air menghilangkan daki".
(2)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Sesungguhnya
shalat-shalat itu menghapus-kan dosa yang terjadi diantaranya, selama bukan
dosa besar". (3)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Diantara
kita dan orang-orang munafiq itu terdapat saksi-saksi gelap dan terang, yang
tiada sanggup mereka mempengaruhi kedua saksi itu ". (4)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
menjumpai Allah, sedang dia menyia-nyiakan shalat, maka tidak diperdulikan oleh
Allah sesuatu daripada kebajikan-kebajikannya ". (5)
1)Dirawikan
Malik, Ahmad dan lain-lain dari Ubbadah bin Ash-Shamit,
2)Dirawikan
Muslim dari Jabir.
3)Dirawikan
Muslim daru Abi Hurairah.
4)Dirawikan
Malik dari Sa'id bin Al-Musayyab, hadits mursal.
5)Dirawikan
Ath-Thabrani dart Anas.
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : Shalat
itu tiang Agama. Barangsiapa meninggalkan shalat maka ia telah meruntuhkan
Agama'(1)
Ditanyakan Rasulullahصلى الله عليه وسلم :
"Amalan apakah yang lebih utama (afdlal)?".
Menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم :
"Shalat pada awal waktunya".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
memelihara shalat yang lima itu dengan menyempurnakan bersuci dan waktunya,
niscaya jadilah shalat itu nur baginya dan pembuktian pada hari qiamat. Dan
barangsiapa menyianyiakannya, niscaya dibangkitkan ia beserta Fir'aun dan Haman".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Kunci
sorga itu shalat".
Dan bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم . : "Tiada
diwajibkan oleh Allah kepada makhlukNya sesudah tauhid yang lebih menyukakan
kepadaNya selain daripada shalat. Jikalau adalah sesuatu yang lain, yang lebih
menyukakan kepadaNya dari shalat, niscaya telah beribadah dengan dia para
malaikatNya. Para malaikat itu, sebahagiannya ruku' sebahagian sujud,
sebahagian berdiri dan duduk".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
meninggalkan shalat dengan sengaja, maka kufurlah dia", Artinya :
hampir tercabut daripada Iman dengan terbuka talinya dan jatuh tiangnya.
Sebagaimana dikatakan bagi orang yang telah mendekati suatu kampung, bahwa ia
telah sampai ke kampung itu dan telah memasukinya.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم ((2 : "Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka
terlepaslah ia dari tanggungan Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Berkata Abu Hurairah ra. : "Barangsiapa berwudlu, maka
membaguskan wudlunya, kemudian ia keluar dengan sengaja untuk shalat, maka
sesungguhnya dia di dalam shalat yang sengaja ia kepada shalat itu. Dan
dituliskan baginya dengan salah satu dari dua langkahnya kebajikan dan
dihapuskan daripadanya dengan langkah yang satu lagi, kejahatan. Apabila
mendengar seorang kamu akan qamat, maka tidak wajar lah baginya mengemudiankan.
Karena yang terbesar pahala bagi kamu ialah yang terjauh rumah daripada
kamu".
Bertanya mereka : "Mengapa begitu wahai Abu Hurairah?".
Menjawab Abu Hurairah : "Dari karena banyaknya langkah.
1)Dirawikan
Al-Baihaqi dari Umar. dengan sanad dla'if.
2)Dirawikan
Ahmad dan Al-Baihaqi dari Ummu Aiman.
|
Diriwayatkan : "Bahwa yang mula pertama diperhatikan dari
amalan hamba pada hari qiamat ialah shalat. Kalau terdapat shalat itu sempuma,
niscaya diterima shalat itu daripadanya dan amalannya yang lain. Dan kalau
terdapat kurang, niscaya ditolak shalat itu daripadanya dan amalannya yang
Iain".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Hai
Abu Hurairah! Suruhlah keluargamu dengan shalat! Sesungguhnya Allah
mendatangkan rezeqi bagimu dari tempat yang tidak kamu sangka ".Berkata
setengah ulama "Orang yang mengerjakan shalat itu adalah seumpama saudagar
yang tidak memperoleh keuntungan sebelum kembali pokoknya. Demikian juga orang
yang mengerjakan shalat,tidak diterima yang sunat sebelum ditunaikannya yang
fardlu’
Abu Bakar ra. berkata : "Apabila telah
datang waktu shalat, maka pergilah ke apimu yang telah kamu nyalakan, lalu
padamkanlah api itu!".
FADLILAH MENYEMPURNAKAN RUKUN.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم صلى الله عليه وسلم . : "Shalat
fardiu itu adalah seumpama neraca. Siapa yang mencukupkan, niscaya memperoleh
cukup". (1)
Berkata Yazid Ar-Riqasyi: "Adalah shalat Rasulullah صلى الله عليه وسلم . itu
sama seolah-olah sudah ditimbang",
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم صلى الله عليه وسلم . : "Sesungguhnya
dua orang dari ummatku, keduanya berdiri kepada shalat, di mana ruku' dan sujud
keduanya itu satu. Dan diantara shalat keduanya itu adalah diantara langit dan
bumi", diisyaratkan Nabi صلى الله عليه وسلم dengan
sabdanya itu untuk "khusyu'".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Allah
tiada memandang pada hari qiamat kepada hamba yang tiada menegakkan tulang
sulbinya diantara ruku' dan sujudnya ". (2)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم . : "Tidakkah
takut orang yang memutarkan mukanya di dalam shalat, akan diputarkan oleh Allah
mukanya menjadi muka keledai?". (3)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
mengerjakan shalat pada waktunya dan melengkapkan wudlunya, menyempurnakan ruku
'nya, sujudnya dan khusu nya, niscaya shalat itu naik dengan warna
yang putih bersih, seraya mengatakan : "Kiranya Allah menjaga engkau
sebagaimana engkau telah menjaga aku!". Barangsiapa mengerjakan shalat
pada bukan waktunya dan tidak melengkapkan wudlunya, tidak menyempurnakan
ruku'nya, sujudnya dan khusu 'nya, niscaya shalat itu naik dengan warna yang
hitam gelap, seraya mengatakan: "Disia-siakan oleh Allah kiranya engkau,
sebagaimana engkau telah menyia-nyiakan aku". Sehinggakalau dikehendaki
oleh Allah apabila shalat itu, dilipatkan sebagaimana dilipatkan kain buruk,
maka dipukulkanlah dengan shalat itu mukanya".
1.Dirawikan dari
ibnul Mubarak dari ibnu hasan , Hadis Mursal
2.Dirawikan Ahmad
dari Abu Hurairah, Isnad sahih.
3.Dirawikan Ibnu Uda
dari jabir
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sejahat-jahat
manusia mencuri ialah orang yang mencuri dari shalatnya". (1)
Berkata Ibnu Mas'ud dan Salman ra. : "Shalat
itu alat penyukat. Maka barangsiapa menyempurnakan, niscaya ia menerima
sempurna dan barangsiapa menipu di dalam sukatan, maka tahulah ia apa yang
difirmankan Allah, mengenai orang-orang yang menipu pada sukatan".
FADLILAH SHALAT JAMA'AH.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم . :
صلاة الجماعة تفضل صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
(Shalaatul jamaa-'ati tafdlulu shalaatal fadzdzi bisab-'in wa
'isyriina darajatan).
Artinya : "Shalat jama'ah itu melebihi dari shalat
sendirian dengan dua puluh tujuh derajat". (2)
Diriwayatkan Abu Hurairah bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم . tidak
melihat orang pada sebahagian shalat, lalu bersabda : "Sesungguhnya aku
bercita-cita menyuruh seseorang menjadi imam yang mengimami
shalat orang banyak. Kemudian aku sendiri mencari orang-orang yang meninggalkan
shalat ber jama'ah itu lalu aku bakar rumah-rumah-nya". (3)
Pada riwayat yang lain : "Kemudian aku mencari orang-orang
yang meninggalkan shalat jama'ah itu, maka aku suruh mereka. Lalu kalau
meninggalkan juga, maka rumah mereka dibakar dengan unggunan kayu api. Jikalau
tahulah seseorang dari mereka bahwa akan memperoleh tulang yang berminyak atau
dua kuku hewan, niscaya dihadlirinya", yakni : "shalat 'Isya'"
1.Dirawikan
Ahmad dan AlHakim.,Sahih Isnadnya
2.Dirawikan
Bukhari Dan Muslim Dari Ibnu Umar.
3.Dirawikan
Bukhari dan muslim Dari Abu Hurairah.
|
Berkata Usman ra., di mana perkataannya itu adalah suatu hadits
marfu' : "Barangsiapa menghadliri shalat jama'ah 'Isya', maka
seakan-akan ia bangun setengah malam dengan ibadah. Dan barangsiapa menghadliri
shalat jama'ah Shubuh, maka seakan-akan ia bangun semalam-malaman dengan
ibadah".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم: "Barangsiapa
mengerjakan suatu shalat dengan berjama'ah, maka ia telah memenuhkan dadanya
dengan ibadah
Berkata Sa'id bin Al-Musayyab : "Tiadalah seorang muadzin
mela-kukan adzan semenjak dua puluh tahun yang lampau, melainkan saya ada di
dalam masjid.".
Berkata Muhammad bin Wasi' : "Tiada aku rindukan dari dunia,
selain dari tiga : teman, jikalau aku bengkok, maka
diluruskannya; makanan dari rezeki yang aku peroleh dengan
mudah tanpa menu-ruti kata orang dan shalat berjama'ah yang
tak aku melupakannya dan dituliskan bagiku keutamaannya".
Diriwayatkan bahwa Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah pada suatu kali
menjadi imam shalat dari suatu kaum.Tatkala mau pergi, maka ia berkata :
"Terus-nienerus setan tadi padaku, sampai setan itu me-nampakkan kepadaku
bahwa aku mempunyai kelebihan dari orang lain. Dari itu, aku tidak mau menjadi
imam shalat selama-lamanya".
Berkata Al-Hasan : "Janganlah engkau bershalat di belakang
orang yang tiada bergaul dengan ulama".
Berkata An-Nakha'i ; "Orang yang menjadi imam shalat dari
orang banyak tanpa ilmu, adalah seumpama orang yang menyukat air di dalam laut,
tidak mengetahui tambahannya daripada kekurangannya".
Berkata Hatim Al-Asham : "Tertinggal aku suatu shalat dari
berjama'ah, maka diratapi aku oleh Abu Ishak Al-Bukhari sendirian. Dan jikalau
meninggallah anakku, maka diratapi aku oleh lebih dari sepuluh ribu orang,
karena bahaya yang menimpakan Agama dipandang manusia lebih mudah daripada
bahaya yang menimpakan dunia".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Siapa yang
mendengar suatu penyeru (suara muadzin) dan tidak menjawabnya, maka adalah dia
tidak menghendaki kebajikan dan kebajikanpun tiada berkehendak kepadanya".
Berkata Abu Hurairah ra. : "Adalah lebih baik
bagi anak Adam, telinganya penuh dengan timah hancur, daripada mendengar adzan
yang tidak dijawabnya".
Diriwayatkan bahwa Maimun bin Mahran datang ke masjid, lalu orang
mengatakan kepadanya bahwa orang ramai sudah pulang (karena shalat jama'ah
sudah selesai), maka Maimun menjawab: "Innaa lillaahi wa innaa
illaihi raaji'uun! Sesungguhnya keutamaan shalat ini (shalat jama'ah),
adalah lebih baik bagiku daripada menjadi wali negeri Irak".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
من صلى أربعين يوما الصلوات في جماعة لا تفوته فيها تكبيرة الإحرام كتب الله له براءتين براءة من النفاق وبراءة من النار
(Man shallaa arba'iina yaumanish-shalawaati fii jamaa'atin laa
ta-fuutuhu fiihaa takbiiratul-ihraami kataballaahu baraa-ataini baraa-atan min
an nifaaqi wa baraa-atan minan naar).
Artinya : "Barangsiapa mengerjakan shalat empat puluh hari
dalam jama'ah, yang tidak tertinggal padanya suatu takbiratul-ihram, maka di
tulis kan oleh Allah baginya dua kelepasan : kelepasan dari nifaq dan kelepasan
daripada neraka ". (1)
Ada yang mengatakan bahwa pada hari qiamat dibangkitkan dari kubur
suatu kaum, wajahnya berseri-seri seperti bintang yang berkilau-kilauan. Maka
bertanya malaikat kepada mereka : "Apakah amal perbuatan kamu
dahulu?".
Menjawab mereka : "Adalah kami apabila mendengar adzan, lalu
bangun bersuci dan tidak diganggu kami oleh yang lain".
Kemudian dibangkitkan dari kubur suatu golongan, wajahnya seperti
bulan, maka menjawab golongan ini sesudah ditanya : "Adalah kami berwudlu
sebelum masuk waktu".
Kemudian dibangkitkan suatu golongan, wajahnya seperti matahari,
maka golongan ini menjawab : "Adalah kami mendengar adzan di masjid".
(1)
Dirawikan At-Turmudzi diri Anas, dengan isnad orang-orang perawinya
kepercayaan.
|
Diriwayatkan bahwa ulama-ulama terdahulu (salaf) adalah meratapi
dirinya tiga hari, apabila tertinggal takbir pertama pada
shalat jama'ah, Dan meratapi dirinya tujuh hari, apabila
tertinggal shalat jama'ah.
FADLILAH SUJUD.
Bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسل: "Tiadalah seorang
hamba mendekatkan dirinya kepada Allah dengan sesuatu, yang lebih utama
daripada sujud yang tersembunyi (tidak di muka umum) "(1)
Bersabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم . :
"Tiadalah seorang muslim bersujud kepada Allah dengan satu sujud,
melainkan ia diangkatkan oleh Allah satu tingkat dan dihapuskan daripadanya
satu kejahatan dengan sebab sujud itu". (2)
Diriwayatkan : "Bahwa seorang laki-laki meminta kepada
Rasulullah صلى الله عليه وسلم: "Berdo'alah pada
Allah kiranya dijadikanNya aku diantara orang yang memperoleh syafa'atmu dan
diberikanNya aku rezeki mengawani engkau dalam sorga".
Maka menjawab Nabi صلى الله عليه وسلم . :
"Tolonglah aku dengan berbanyak Sujud". (3)
Ada yang mengatakan : "Yang paling dekat seorang hamba kepada
Allah, ialah bahwa ada ia seorang yang sujud", itulah maksud firman Allah
Ta'ala : "Wasjud waqtarib". (Dan sujudlnh dan. dekat-kanlah
din kepada الله ). (S.
Al-Alaq, ayat 19).
Dan berfirman Allah Ta'ala : "Di muka mereka ada
tanda-tanda bekas sujud". (S. Al-Fath, ayat 29). Ada yang
mengatakan, yaitu apa yang tersentuh dengan mukanya dari bumi ketika sujud. Ada
yang mengatakan, yaitu nur khusyu, yang menembus cemerlang dari
bathinnya kepada dhahir. Inilah yang lebih benar. Dan ada yang mengatakan,
yaitu cahaya gemilang yang ada pada mukanya di hari qiamat dari bekas wudlu.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Apabila
anak Adam membaca ayat sajadah (ayat yang disunatkan sujud
sesudah membacanya), lalu ia sujud, maka pergilah setan sambil menangis dan
berkata : "Alangkah celakanya aku! Orang ini disuruh sujud, lalu ia sujud
maka baginya sorga. Aku disuruh sujud, lalu aku durhaka, maka bagiku
neraka".
1)
Dirawikan tbnul-Mubarak dari Shamrah bin Habib, hadits mursal
2)Dirawikan
Muslim dari Tsauban dan Abid-Darda'.
3)Dirawikan
Muslim dari Rabi'ah bin Ka'ab Al-Aslami.
|
Diriwayatkan dari Ali bin Abdullah bin Abbas, bahwa ia bersujud
tiap-tiap hari seribu sujud. Dan orang banyak menggelarkan Ali ini dengan gelar
"As-Sajjad", artinya : orang banyak sujud.
Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdul-'Aziz ra. tiada melakukan sujud
selain atas tanah. Dan Yusuf bin Asbath berkata : "Hai para pemuda!
Bersegeralah mempergunakan ketika sehat sebelum sakit! Maka tiadalah tinggal
seseorang yang aku gemari, selain orang yang menyempurnakan ruku'nya dan
sujudnya dan telah terdindinglah diantara aku dan ruku' sujud itu (karena telah
lanjut umurnya)"
Berkata Sa'id bin Jubair : "Tiada aku meminta tolong pada
sesuatu di dunia ini, selain kepada sujud".
Berkata Uqbab bin Muslim : "Tiada suatu perkarapun pada hamba
yang lebih disukai oleh Allah selain daripada orang yang menyukai berjumpa
dengan Dia. Dan tiadalah dari sa'at kehidupan hamba yang lebih dekat kepadaNya,
selain dari sa'at di mana ia tersungkur bersujud kepadaNya".
Berkata Abu Hurairah ra. : "Yang lebih mendekati seorang
hamba kepada Allah 'Azza wa Jalla, ialah apabila ia sujud, lalu membanyakkan
do'a ketika itu".
FADLILAH KHUSYU' Berfirman Allah Ta'ala :
Berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي
(Wa-aqi mish shalaata lidzikrii).
Artinya : "Kerjakanlah shalat untuk mengingati
Aku!". (S. Tha Ha, ayat 14).
Berfirman الله Ta'ala :
(Wa laa takun minal ghaafiliin).
Artinya : "janganlah engkau termasuk orang-orang yang
alpa". (S. Al-A'raaf, ayat 205).
(Wa laa taqrabush shalaata wa antum sukaaraa hattaa ta'lamuu maa
taquuluun).
Artinya : "Janganlah kamu hampiri shalat ketika
kamu sedang mabuk, sampai kamu mengetahui apa yang kamu katakan".(S.
An-Nisaa', ayat 43).
Ada yang mengatakan : mabuk dari banyak angan-angan.
Dan ada yang mengatakan : mabuk dari cinta kepada dunia.
Berkata Wahb : "Yang dimaksudkan dengan mabuk itu secara dhahirnya saja.
Yaitu memperingati kepada mabuk dunia, karena diterangkan oleh Allah sebabnya,
dengan firmanNya : "Sampai kamu mengetahui apa yang kamu
katakan
Berapa banyak orang yang bershalat yang tidak minum khamar,
padahal dia tiada mengetahui apa yang dibacanya dalam shalat.
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Barangsiapa
mengerjakan shalat dua raka'at, di mana ia tidak berbicara dengan dirinya dalam
dua raka'at itu mengenai sesuatu urusan duniawi, niscaya diampunkan baginya apa
yang telah lalu daripada dosanya". (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya
shalat itu menetapkan hati, menundukkan diri, merendahkan hati, merapati
bathin, menyesali diri. Dan engkau meletakkan dua tangan engkau seraya membaca
: "Ya Allah ya TuhankuI Ya Allah, ya Tuhanku!". Barangsiapa tiada
berbuat demikian, maka shalat itu penuh kekurangan-kekurangan".(2)
Diriwayatkan bahwa Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-kitab yang
dahulu ; "Tidaklah tiap-tiap orang yang mengerjakan shalat itu,
Aku terima shalatnya. Hanya Aku terima shalat orang yang merendahkan diri
karena kebesaranKu, tiada menyombong dengan hamba-hambaKu dan memberi makanan
kepada orang miskin yang lapar karena Aku
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم : "Sesungguhnya
diwajibkan shalat, disuruh mengerjakan hajji dan thawaf dan disuruh syi'arkan
segala ibadah hajji itu, adalah karena menegakkan dzikir (mengingati) Allah
Ta'ala". (3)
Apabila tidak ada dalam hatimu untuk yang tersebut tadi, yang mana
itulah yang dimaksud dan yang dicari, karena kebesaran dan tidak kehebatan,
maka apakah harganya dzikirmu itu?".
1)Dirawikan
Ibnu Abi Syatbah dari Shillah bin Usyaim hadits mursal.
2)Dirawikan
At-Tirmidzi dan lain-lain dari Ai-Fadl bin Abbas, dengan isnad yang tidak
diyakini.
3)Dirawikan
At-Tirmidzi dari A'isyah, hadits hasan (baik) dan shahih.
|
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم kepada
orang yang diberinya wasiat: "Apabila engkau mengerjakan shalat, maka
bershalatlah sebagai shalat orang yang mengucapkan selamat
tinggal". Artinya : mengucapkan selamat tinggal kepada dirinya, kepada
hawa-nafsunya dan kepada umurnya, berjalan kepada Tuhannya, sebagaimana
berfirman Allah 'Azza wa Jalla :
(Yaa-ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa rabbika kad-han
famu-laaqiih).
Artinya : "Hai manusia! Sesungguhnya engkau mesti
bekerja keras dengan sesungguhnya (menuju) kepada Tuhan, kemudian itu kamu akan
menemuiNya". (S. Al-Insyiqaq, ayat 6).
Berfirman Allah Ta'ala : "Bertaqwalah
kepada Allah! Allah mengajar kamu (S.Al-Baqarah282).
Berfirman Allah Ta'ala : "Dan
bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan menemui Dia". (S.
Al-Baqarah, ayat 223).
من لم تنهه صلاته عن الفحشاء والمنكر لم يزدد من الله إلا بعدا حديث من لم تنهه
(Man lam tanhahu shalaatuhu "anil faljsyaa-i wal munkari lam
yaz-dad minallaahi illaa bu'-daa).
Artinya : "Barangsiapa tidak dicegah oleh
shalatnya daripada perbuatan keji dan munkar, maka dia tidak bertambah dekat
kepada Allah melainkan bertambah jauh". (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسل :
Shalat itu adalah munajah dengan Allah. Maka bagaimanakah ada
munajah itu serta kelalaian?
Berkata Bakr bin Abdullah : "Hai anak Adam! Apabila engkau
bermaksud masuk kepada Tuhanmu tanpa izin dan berbicara dengan Dia tanpa juru
bahasa, maka masuklah!".
Lalu orang bertanya : "Bagaimanakah yang demikian itu?".
Maka menjawab Bakr bin Abdullah : "Engkau lengkapkan wudlumu
dan engkau masuk ke mihrabmu. Apabila engkau telah masuk kepada Tuhanmu dengan
tanpa izin itu, maka berbicaralah dengan Dia tanpa ada juru bahasa!".
(1)
Dirawikan Ali bin Ma'bad dari Al-Hasan, hadits mursal, dengan isnad shahih.
|
Dari 'Aisyah ra. yang mengatakan : "Adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم bercakap-cakap
dengan kami dan kami pun bercakap-cakap dengan beliau. Maka apabila datang
waktu shalat, lalu seolah-olah beliau tidak mengenal kami dan
kamipun tidak mengenal beliau", karena seluruh jiwa raga tertuju kepada
kebesaran Allah. (1)
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم . : "Allah
tidak memandang kepada shalat, di mana orang itu di dalam shalatnya tidak
menghadhrkan hatinya serta badannya'\
Adalah Nabi Ibrahim as. apabila berdiri kepada shalat, lalu
terdengar detak jantungnya pada jarak dua mil, Dan adalah Sa'id At-Tunukhi
apabila mengerjakan shalat, maka tiada putus-putusnya air mata dari dua pipinya
ke atas janggutnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat
seorang laki-laki bermain-main dengan janggutnya dalam shalat, maka beliau
bersabda : "Jikalau khusyu lah hati orang ini, niscaya
khusyu'lah anggota-anggota badannya ". (2)
Diriwayatkan bahwa Al-Hasan memandang kepada seorang laki-laki
yang bermain-main dengan batu dan berdo'a : "Ya Allah, ya Tuhanku!
Kawinkanlah aku dengan bidadari!".
Maka berkata Al-Hasan : "Buruk benarlah
pelamar yang semacam ini! Engkau melamarkan bidadari, sedang engkau
bermain-main dengan batu".
Ditanyakan kepada Khalf bin Ayyub : "Tidakkah
diganggu engkau oleh lalat dalam shalat engkau, sehingga perlu engkau usir
lalat itu?"
Menjawab Khalf bin Ayyub : "Tidak aku biasakan
bagi diriku sesuatu yang merusakkan shalatku".Maka ditanyakan lagi :
"Bagaimanakah engkau bisa tahan yang demikian itu?".
Menjawab Khalf bin Ayyub : "Orang
menceriterakan kepadaku bahwa penjahat-penjahat tahan dari pukulan
cemeti-cemeti sultan, supaya dikatakan : "Bahwa si Anu itu tahan
menderita". Lalu mereka itu merasa bangga dengan demikian. Adapun aku
berdiri dihadapan Tuhanku, maka patutkah aku bergerak karena seekor
lalat?".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar, bahwa
apabila ia bermaksud mengerjakan shalat, maka ia berkata kepada keluarganya :
"Bercakap-cakaplah kamu sesama kamu, sedang aku tidak mendengar
percakapanmu itu!".
Diriwayatkan dari Muslim bin Yassar tadi, bahwa pada suatu hari ia
mengerjakan shalat di masjid jami' Basrah. Maka robohlah suatu sudut dari
masjid itu. Lalu berkumpullah manusia ke sana. Sedang Muslim tadi tiada
mengetahuinya sama sekali, sehingga selesailah ia daripada shalatnya itu.
1.Diriwayatkan
Dari Al Azdi dari Suwaid Bin Ghaflah Hadis Mursal
2.Dirawikan
Dari AtTirmidzi dari Abu Hurairah. Dengan sanad dlai'if
|
Adalah Ali bin Abi Thalib ra. apabila datang waktu shalat, maka
gementarlah badannya dan berobahlah warna mukanya. Lalu ia ditanyakan orang :
"Apakah yang menimpakan kepada engkau wahai Amirul mu'minin?".
Ali menjawab : "Telah datang waktu amanah yang didatangkan
oleh Allah kepada langit, bumi dan bukit, maka semuanya ini enggan menerimanya
dan merasa berat daripadanya. Dan aku meneri-manya".
Diriwayatkan dari Ali bin Al-Husain, bahwa apabila ia mengambil
wudlu maka pucatlah warna mukanya. Lalu bertanyalah keluarga-nya : „Apakah yang
menimpakan kamu ketika berwudlu?".
Maka menjawab Ali bin Al-Husain : "Tahukah kamu dihadapan
Siapa aku mau berdiri?".
Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas ra. bahwa ia berkata :
"Berdo'a-lah Nabi Dawud as. dalam munajahnya : "Wahai Tuhanku!
Siapakah yang mendiami rumah Engkau dan dari siapakah yang Engkau terima
shalatnya?".
Maka diturunkan Allah wahyu kepada Dawud as. : "Wahai
Dawud.' Sesungguhnya yang mendiami rumah Ku dan yang Aku terima shalat
daripadanya, ialah orang yang merendahkan diri karena keagunganKu, menghabiskan
siangnya dengan mengingati Aku, mencegah dirinya dari hawa nafsu karena Aku,
diberinya makanan kepada orang yang lapar, diberinya tempat kepada orang yang
merantau dan dikasihaninya orang yang mendapat mushibah. Itulah orang yang
bercahaya nurnya pada segala langit Iaksana matahari. Kalau ia berdo'a kepadaKu
niscaya Aku terima dan kalau ia meminta kepadaKu niscaya Aku berikan. Aku
jadikan baginya di dalam kebodohannya, akan kasih sayang, di dalam kelalaiannya
akan peringatan dan di dalam kegelapannya akan nur yang terang ben-derang. Dia
dalam kalangan manusia, adalah Iaksana sorga firdaus pada lapisan sorga yang
paling tinggi, tiada kering sungainya dan tiada berobah buah-buahannya'
Diriwayatkan dari Hatim Al-Ashamm ra. bahwa ditanyakan orang
mengenai shalatnya, maka ia menjawab : "Apabila datang waktu shalat, maka
aku lengkapkan wudlu dan aku datangi tempat, di mana di situ aku bermaksud
mengerjakan shalat. Maka aku duduk pada tempat itu, sehingga berkumpullah
segala anggota badan ku. Kemudian aku berdiri kepada shalatku, aku jadikan
Ka'bah diantara dua keningku, titian Ash-Shiraathal Mustaqim di bawah tapak-ku,
sorga di kananku, neraka di kiriku, malikul-maut di belakangku, aku menyangka
shalat ini penghabisan shalatku, kemudian aku berdiri diantara harap dan cemas.
Aku bertakbir dengan penuh keyakinan, aku membaca bacaan dengan bacaan yang
baik, aku ruku' dengan merendahkan diri, aku sujud dengan khusu' hati, aku
duduk atas punggung kiri dan aku bentangkan belakang tapak kiri, aku tegakkan
tapak-kanan atas ibu jari kaki dan aku ikutkan keikhlasan hati. Kemudian aku
tiada mengetahui, apakah shalatku itu diterima atau tidak".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Dua raka'at shalat dengan sempurna
tafakkur, adalah lebih baik daripada mengerjakan shalat semalam suntuk, sedang
hati itu lupa",
تصنيف
حجة الإسلامالإمام أبي حامد الغزالي
وهو أبو حامد محمد بن محمد بن محمد الغزالي
الطوسيتغمده الله برحمتهومعه تخريج الحافظ العراقي رحمه الله
حجة الإسلامالإمام أبي حامد الغزالي
وهو أبو حامد محمد بن محمد بن محمد الغزالي
الطوسيتغمده الله برحمتهومعه تخريج الحافظ العراقي رحمه الله
Tiada ulasan:
Catat Ulasan