بسم الله الرحمن الر حيم
إن
الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات
أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له ، واشهد أن محمد عبده ورسوله
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون} سورة: آل عمران
– الآية: 102
OLEH:AL FADHIL USTAZ MUHAMAD NAJIB SANURI
Tentang Dalil Dalil Aqal
Ketahuilah,
bahwa yang dicari dari bab ini, ialah mengenal al-fadhilah. (kelebihan)
dan kenilaian ilmu. Dan selama belum dipahami kelebihan itu sendiri dan
tidak diselidiki maksud daripadanya, maka tak mungkinlah diketahui
adanya kelebihan itu menjadi sifat bagi ilmu atau bagi yang lain dari
segala persoalan.
Maka
sesungguhnya, telah sesat jalan orang yang ingin mengetahui bahwa si
Zaid itu seorang filosuf atau bukan, sedang dia belum lagi mengetahui
arti dan hakikat ilmu filsafat itu.
Al-fadliilah,
berasal dari perkataan al-fadlli, yaitu lebih (az-ziadah). Apabila
bersekutulah dua benda dalam sesuatu hal dan salah satu daripada
keduanya, tertentu dengan suatu kelebihan, maka dikatakanlah : itu
kelebihannya. Dan ia mempunyai kelebihan dari yang daripadanya, manakala
kelebihannya itu mengenai yang menjadi kesempurnaan sesuatu itu
sendiri. Umpamanya dikatakan : kuda itu lebih utama dari keledai, dengan
arti : bahwa kuda bersekutu dengan keledai tentang sama-sama mempunyai
kekuatan mengangkut. Tetapi ku da melebihi dari keledai, dengan kekuatan
tampil ke depan, berlari dan ketangkasan melompat serta kebagusan
bentuk.
Kalau
diumpamakan : keledai itu mempunyai suatu kelebihan daging tumbuh, maka
itu tidaklah dikatakan suatu kelebihan. Karena itu adalah suatu tambahan
pada tubuh dan suatu kekurangan dalam arti yang sebenarnya. Jadi,
tidaklah termasuk kesempurnaan sedikitpun. Dan hewan itu dicari untuk
maksud dan sifatnya, tidak untuk tubuhnya.
Apabila ini
telah anda pahami, maka tidaklah tersembunyi lagi bagi anda, bahwa ilmu
itu suatu kelebihan, bila dibandingkan dengan sifat-sifat yang lain,
sebagaimana kuda itu mempunyai suatu kelebihan, bila dibandingkan dengan
hewan-hewan yang lain. Bahkan kecepatan melompat, adalah suatu
kelebihan pada kuda dan tidaklah itu suatu kelebihan mutlak.
Ilmu itu adalah
suatu kelebihan pada dirinya dan secara mutlak tanpa diperhubungkan
kepada yang lain. Karena ilmu itu adalah sifat kesempurnaan bagi Allah
swt. Dengan ilmulah, mulia para malaikat dan Nabi-Nabi. Bahkan kuda yang
cerdik adalah lebih baik dari kuda yang bodoh.
Dari itu, ilmu
itu suatu kelebihan mutlak, tanpa diperhubungkan dengan yang
lain.Ketahuilah, bahwa sesuatu yang bernilai lagi digemari itu, terbagi
kepada :
1.dicari untuk lainnya.
2.dicari karena benda itu sendiri.
3.dicari untuk tujuan lainnya dan bersama untuk benda itu sendiri.
Maka yang
dicari karena benda itu sendiri, adalah lebih mulia dan lebih utama
daripada yang dicari untuk lainnya. Yang dicari untuk lainnya, ialah
dirham dan dinar. Keduanya adalah batu, tak ada gunanya. Kalau tidaklah
Allah Ta'ala menjadikan keduanya untuk memudahkan memperoleh keperluan
hidup,maka dirham dan dinar itu sama saja dengan batu yang terletak di
tepi jalan.
Yang dicari
untuk benda itu sendiri yaitu kebahagiaan di akhirat dan kesenangan
memandang Wajah Allah swt. Dan yang dicari untuk benda itu sendiri dan
untuk lainnya, seperti : keselamatan tubuh. Keselamatan seseorang itu
umpamanya dicari, dari segi, bahwa keselamatan itu, adalah keselamatan
bagi tubuh, dari kepedihan. Dan dengan keselamatan itu, dicari untuk
berjalan dan mencapai maksud-maksud dan hajat keperluan.
Dengan
pandangan tersebut, apabila anda perhatikan kepada ilmu, niscaya anda
memperoleh pada ilmu itu sendiri suatu kesenangan. Jadi, ilmu itu
termasuk dicari untuk ilmu itu sendiri. Dan anda peroleh bahwa ilmu itu
jalan ke negeri akhirat, kebahagiaan akhirat dan jalan mendekatkan diri
kepada Allah Ta'ala. Dan tidak akan sampai kepadaNya, selain dengan
ilmu.
Kedudukan yang
tertinggi bagi seorang manusia, ialah kebahagiaan abadi. Dan suatu yang
paling utama, ialah jalan kepadanya. Dan tidak akan sampai kepadanya
selain dengan ilmu dan amal. Dan tidak akan sampai kepada amal, selain
dengan mengetahui cara beramal.
Maka asal
kebahagiaan di dunia dan di akhirat, adalah ilmu. Jadi, ilmulah yang
terutama dari segala amal perbuatan. Betapa tidak! Kadang-kadang
mengetahui keutamaan sesuatu juga dengan kemuliaan hasilnya. Dan anda
mengetahui bahwa hasil ilmu itu, ialah mendekatkan diri kepada Tuhan
semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan
berhampiran dengan malaikat tinggi. Itu semuanya adalah di akhirat.
Adapun di
dunia, maka adalah kemuliaan, kebesaran, pengaruh, pemerintahan bagi
raja-raja dan penghormatan secara naluri. Sehingga orang Turki yang
bodoh dan orang Arab yang kasar, secara naluri, mereka menghormati
kepala-kepalanya. Karena kekhususan mereka dengan ketambahan ilmu, yang
diperoleh dari pengalaman. Bahkan dengan tabiatnya,hewan menghormati
manusia,karena perasaannya perbedaan manusia dg. kesempurnaan yang
melebihi derajat hewan itu
Inilah
keutamaan ilmu secara mutlak! Kemudian, ilmu itu berbeda-beda seperti
akan diterangkan dan sudah pada tempatnya pula berlebih kurang
keutamaannya, disebabkan kelebih-kurangnya itu, Dan keutamaan mengajar
dan belajar, sudah jelas dari apa yang kami sebutkan dahulu.
Apabila ilmu
itu, lebih utama dalam segala hal, maka mempelajarinya adalah mencari
yang lebih utama itu. Maka mengajarkannya, adalah memberi faedah bagi
keutamaan. Jelasnya, segala maksud manusia itu terkumpul dalam agama dan
dunia. Dan agama tidak teratur, selain dengan teraturnya dunia. Dunia
adalah tempat bercocok tanam bagi akhirat. Dunia adalah alat yang
menyampai- kan kepada Allah Ta'ala, bagi orang yang mau mengambilnya
menjadi alat dan tempat tinggal. Tidak bagi orang yang mengambilnya
menjadi tempat tetap dan tanah air abadi.
Urusan duniawi
tidak akan teratur, selain dengan amal perbuatan manusia. Amal
perbuatan, pekerjaan dan perusahaan manusia itu, terbatas pada tiga
bahagian :
1.Pertama pokok
: Alam ini tidak dapat tegak bila pokok ini tidak ada, yaitu empat :
pertanian untuk pangan,pertenunan untuk sandang, perumahan untuk tempat
tinggal dan siasah (politik), yaitu untuk kerukunan, persatuan dan
gotong-royong mencapai sebab-sebab yang membawa kepada kehidupan yang
lebih baik dan mengendalikannya.
2.Kedua :
ialah, yang mempersiapkan bagi tiap-tiap usaha tersebut dan yang
melayaninya. Seperti pertukangan besi, adalah melayani pertanian dan
sejumlah usaha dengan persiapan alat-alat- nya. Seperti membersihkan
kapas dari bijinya dan membuat benang. Semuanya itu demi untuk bertenun
kain dengan persiapan amal usahanya.
Ketiga : ialah,
penyempurna bagi pokok dan penghias, seperti menumbuk tepung dan
membuat roti bagi pertanian, menggunting kain dan menjahit bagi
pertenunan.
Yang tersebut
tadi, bila dihubungkan kepada tegak berdirinya alam kebumian, adalah
seumpama bahagian-bahagian dari seseorang, bila dihubungkan kepada
keseluruhannya. Yaitu ada tiga macam pula. Adakalanya pokok, seperti
hati, jantung dan otak. Adakalanya pelayan bagi pokok itu seperti perut,
urat, urat syaraf dan pembuluh darah. Dan adakalanya penyempurna dan
penghias bagi pokok, seperti kuku, anak jari, dan bulu kening.
Yang termulia
dari segala pekerjaan itu ialah pokoknya. Yang termulia dari pokoknya
ialah siasah, dengan kerukunan dan perbaikannya. Dari itu, usaha
tersebut meminta kesempurnaan dari orang yang bertanggung-jawab,
melebihi dari usaha-usaha yang lain.
Dari itu tidak
mustakhil, yang punya pekerjaan tersebut, menggunakan
pengusaha-pengusaha yang lain. Dan siasah pada perbaikan orang banyak
dan menunjukkannya ke jalan lurus, yang membawa kelepasan di dunia dan
di akhirat, adalah atas empat tingkat :
1.Tingkat tertinggi, yaitu siasah dan hukum Nabi-Nabi as. terhadap golongan tertentu dan orang banyak, baik dhahir atau bathin.
2.Tingkat
khalifah, raja-raja dan sultan-sultan. Dan hukum yang dijalankan mereka
adalah terhadap golongan tertentu dan umum seluruhnya. Tetapi mengenai
yang dhahir saja, tidak yang bathin.
3.Tingkat 'alim
ulama, yang mengenal Allah dan agamanya, yang menjadi pewaris dari
Nabi-Nabi. Hukum mereka adalah terhadap bathin golongan tertentu saja.
Golongan orang awwam, tak dapat memahami untuk memperoleh faedah dari
mereka.
Kekuatan para
ulama itu, tidak sampai kepada pengurusan amal perbuatan dhahiriyah
golongan tadi, baik dengan menyuruh, melarang dan memerintahkan.
4.Tingkat para juru nasihat. Hukum mereka adalah mengenai bathin orang awwam saja.
Yang termulia
dari usaha empat tingkat tadi, sesudah tingkat kenabian, ialah
memfaedahkan ilmu dan mendidik jiwa manusia supaya terhindar dari
pekerti tercela yang membinasakan dan menunjuk jalan, kepada budi
pekerti terpuji yang mendatangkan kebahagiaan.
Itulah yang
dimaksudkan dengan pengajaran. Kami sesungguhnya mengatakan, bahwa
mengajar ini adalah yang lebih utama, dibandingkan dengan pekerjaan dan
usaha lain. Karena keutamaan usaha itu, dapat di kenal dengan tiga
perkara : adakalanya dengan menoleh kepada naluri, yang menyampaikan
kepada mengenalinya, seperti keutamaan Ilmu Pasti dari Ilmu bahasa,
karena Ilmu Pasti itu diketahui dengan akal, sedang Ilmu Bahasa dengan
mendengar. Akal adalah lebih mulia dari pendengaran. Adakalanya dengan
melihat kepada kepentingannya yang lebih lengkap, seumpama kelebihan
pertanian dari pertukangan emas. Dan adakalanya dengan memperhatikan
tempat pekerjaan itu, seumpama kelebihan pertukangan emas dari pada
penyamakan kulit. Sebab yang pertama tempatnya emas dan yang kedua
tempatnya kulit bangkai.
Dan tidaklah
tersembunyi bahwa ilmu agama ialah memahami jalan akhirat, yang dapat
diketahui dengan kesempurnaan akal dan kebersihan kecerdikan. Akal
adalah yang termulia dari sifat-sifat insan sebagaimana akan diterangkan
nanti. Karena dengan akal, manusia menerima amanah Allah.
Dan dengan akal
akan sampai kesisi Allah swt. Adapun tentang umum kegunaannya, maka tak
diragukan lagi, karena kegunaan dan kehasilannya ialah kebahagiaan
akhirat. Adapun kemuliaan tempat, maka bagaimana tersembunyi??
Guru itu
berpengurusan dalam hati dan jiwa manusia. Yang termulia di atas bumi,
ialah jenis manusia. Yang termulia dari bagian tubuh manusia ialah
hatinya. Guru itu bekerja menyempurnakan, membersihkan, mensucikan dan
membawakan hati itu mendekati Allah 'Azza wa Jalla. Mengajarkan ilmu itu
dari satu segi adalah ibadah kepada Allah Ta'ala dan dari segi yang
lain adalah menjadi khalifah Allah Ta'ala. Dan itu adalah yang termulia
menjadi khalifah Allah. Bahwa Allah telah membuka pada hati orang
berilmu, akan pengetahuan yang menjadi sifatNya yang teristimewa, maka
dia adalah seperti penjaga gudang terhadap barang gudangan- nya yang
termulia. Kemudian diizinkan berbelanja dengan barang itu untuk siapa
saja yang memerlukannya.
تصنيف
حجة الإسلامالإمام أبي حامد الغزالي
وهو أبو حامد محمد بن محمد بن محمد الغزالي
الطوسيتغمده الله برحمتهومعه تخريج الحافظ العراقي رحمه الله
حجة الإسلامالإمام أبي حامد الغزالي
وهو أبو حامد محمد بن محمد بن محمد الغزالي
الطوسيتغمده الله برحمتهومعه تخريج الحافظ العراقي رحمه الله
Tiada ulasan:
Catat Ulasan